KAMU PASTI BISA
Segala puji bagi Allah Tuhan Sekalian ‘Alam, yang Maha Kuasa dan Maha Penolong bagi semua makhlukNya. Semoga shalawat dan salam tetaptercurah kepada utusan Allah, Nabi Muhammad beserta keluarganya dan para sahabatnya serta ummatnya yang setia pada ajarannya hingga akhir zamman. Amma ba’d.
Seringkali kita mendengar para instruktur outbond, motivator, guru atau apalah namanya yang secara umum disebut sebagai pembimbing sering menyatakan kepada anak didiknya dengan kata, “KAMU PASTI BISA!”. Kata-kata itu sekilas sangat memotivasi dan menggairahkan, yang loyo jadi bersemangat dan yang lemah jadi kuat. Secara singkat memang sangat berpengaruh kuat, akan tetapi apabila kita cermati dan ditinjau dari jangka panjang hal ini justru sangat riskan dan sangat berbahaya.
Kata-kata “Kamu Pasti Bisa” memiliki makna penyandaran kepada orang lain, bahwa orang lain itu sebenarnya pasti bisa melakukannya, sehingga orang tersebut termotivasi untuk yakin pada dirinya sendiri bahwa dirinya memang bisa. Secara harfiah, kata ini bukan hanya menyalahi syariat akan tetapi juga memberikan efek negatif di kemudian hari. Maka marilah kita simak poin berikut ini (poin-poin ini disampaikan oleh Ust. Muh. Syukur dalam Khutbah salah satu Jumat, telah mengalami penambahan dan pengurangan pada tulisan ini akan tetapi insya Allah tidak mengubah poin yang ada):
Bila kita menilik ajaran mulia yang Allah turunkan untuk manusia yaitu Islam, maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan pada kita untuk berdoa bila keluar rumah dengan doa,” "Bismilaahi tawakkaltu 'alallahi wa laa hawla wa laa quwwata illaa billaahi" (Dengan menyebut nama Allah, aku menyerahkan diriku pada Allah dan tidak ada daya dan kekuatan selain dengan Allah saja). Kalimat ini memerintahkan kita untuk memahami makna bahwa kita ini adalah manusia yang lemah dan tak berdaya, ini adalah pada asalnya, akan tetapi kita menjadi kuat dan berdaya, menjadi cerdas dan menjadi dapat meraih prestasi maupun kemampuan tertentu karena adanya pemberian dari Allah Ta’ala.
Dalam kaidah asma wa as-sifat, kita mengimani Asma Allah yang bernama Al-Qadir (Maha Kuasa). Allah benar-benar kuasa dalam segala sesuatu, keberhasilan, kegagalan dan apapun yang terjadi adalah karena kehendak Allah. Allah Maha Kuasa atas semuanya, apapun yang mengenai kita, pasti akan kena pada kita dan apapun yang tidak pasti akan meleset. Al-Qadir menurut pengertiannya adalah, “Mampu melakukan sesuatu tanpa mengerjakan dan tanpa perantara. Dia tidak pernah ditimpa kelemahan dalam setiap kehendak yang ingin dilaksanakan-Nya”(blog.muslim-indonesia.com).
Pada dasarnya makhluk adalah selalu bergantung pada sesuatu hal, termasuk pula kita manusia yang lemah. Sebagai manusia sangat tidak masuk akal apabila kita bisa berdiri sendiri tanpa bergantung pada sesuatu, akan tetapi apakah gantungan itu bisa diandalkan? Itulah yang menjadi masalah. Maka Islam memiliki jalan keluar dan member solusi kepada manusia dalam menemukan sebuah gantungan yang kokoh dan tak akan bisa dipatahkan oleh suatu hal apapun, apabila hal itu gagal, maka itu bukan merupakan suatu kegagalan dan kekalahan akan tetapi justru merupakan cambuk untuk lebih maju kedepan. Maka Islam mengajarkan doa-doa tauhid dan kalimat yang menyatakan keyakinan kepada Sang Maha Kuasa, yaitu Allah Ta’ala.
Dalam riwayat Bukhari, Muslim, Imam Ahmad, dll., dikisahkan bahwa Nabi Ibrahim ‘alaihisallam tatkala akan/saat dilempar ke dalam api mengucapkan, “Hasbiyallahu wani’mal wakil” (Hanya kepada Allah sajalah aku memohon pertolongan). Ini adalah kalimat permintaan pertolongan paling agung yang diajarkan pada kita, meminta hanya kepada Allah Ta’ala. Tatkala pasukan perang Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam akan melakukan penyerangan, juga mengucapkan “Hasbunallah wa ni’mal wakil” (Hanya kepada Allah kami meminta pertolongan).
Kenapa hanya Allah yang kita minta tolong? Karena hanya Allah lah yang Maha Kuasa menolong kita dan hanya Allah-lah tempat bergantung yang sangat kokoh. Triliunan bahkan mega triliun makhluk di jagad raya ini tak kan mungkin mengalahkan Allah Ta’ala. Demi Allah, kita dan juga makhluk-makhluk lain yang bertriliun-triliun itu tak kan mungkin mengalahkan Allah Ta’ala. Maka, inilah akidah kita sebagai orang yang beriman. Di satu sisi kita tak mungkin berdiri sendiri dan pasti bergantung kepada selain diri kita, dan di satu sisi tiada gantungan yang kokoh di semesta ini kecuali pada Sang Pencipta. Ini merupakan kaidah keimanan sebagai sarana ketenangan jiwa dan penambah kekuatan, bukan malah sebagai pelemah. Artikel ini bukan berarti kita tidak berusaha, TIDAK! Sama sekali tidak, kita tidak menafikkan usaha, hanya saja kita memasrahkan hasil usaha kita kepada Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Memberi kebaikan pada kita. Apapun yang terjadi, pasti itu baik buat kita dan sebelum usaha itu kita lakukan pasti kita meminta pertolongan dan Allah-lah sebaik-baik penolong.
Kata “Kamu Pasti Bisa” memberikan dampak buruk yang tidak sedikit bagi kelangsungan kehidupan manusia. Yaitu:
1) orang yang mengucapkannya telah dikhawatirkan masuk ke dalam ranah syirik, karena ia bergantung kepada selain Allah, yaitu bergantung kepada dirinya sendiri. Guru memberikan arahan kepada anak didiknya untuk bergantung kepada yang lemah, yaitu dirinya sendiri. Andai mampu pun, maka kemampuan itu sebatas apa yang dilakukan oleh sang murid. Sang murid mungkin bisa menyelesaikan perhitungan dengan cepat namun tidak bisa menganalisa permasalahan yang ada dengan baik. Sang murid bisa saja sangat cerdas menghafal sederetan rumus yang ada dalam tabel matematika, namun lambat dalam menghitungnya. Akan tetapi, jika Allah berkehendak, pastilah sang murid itu bisa menyelesaikan ujian-ujian yang diberikan kepadanya dengan mudah. Ada banyak cerita yang mengejutkan, tatkala sang anak diklaim kurang mampu berpikir, namun ia menjadi yang terbaik dalam ujian akhirnya. Tak diragukan lagi, banyak mahasiswa cumlaude, akan tetapi sangat sulit berinteraksi dengan orang lain, ia cerdas akan tetapi orang lain merasa kurang nyaman bergaul dengannya, hingga permasalahan-permasalahan semakin menumpuk pada dirinya karena banyak orang yang tidak menyenanginya. Ini semua karena Allah dan hanya Allah-lah yang mampu membolak-balikkan hati manusia menjadi lebih lembut, lebih tajam empatinya, cepat dalam menangkap materi seminar atau pelajaran dan juga lainnya.
2) Dampak kedua adalah tidak kurang berbahayanya dari dampak pertama. Kata “Kamu Pasti Bisa” berarti menyatakan bahwa anak didik kita adalah pasti bisa melakukan sesuatu itu. Apabila mereka berhasil menuntaskan tantangan itu, maka mereka akan sombong. Mereka akan cenderung meremehkan orang lain dan merasa dirinya bisa melakukan sesuatu hal, mereka tidak tahu bahwa itu adalah anugerah dan nikmat dari Allah Ta’ala. Kesombongan ini merupakan salah satu akhlak yang buruk dan berdampak sangat buruk bagi pembangunan negeri maupun ummat di dunia.
Apabila anak didik kita gagal, maka mereka akan frustasi dengan sangat hebat. Mereka telah merasa bisa pada awalnya, mereka seolah-olah telah mendapatkan ‘legitimasi’ dari orang lain bahwa dia adalah orang yang mampu melakukannya, akan tetapi tatkala pada kenyataannya ia gagal, maka apa yang terjadi? ‘malu’ itu adalah hal yang lumrah, akan tetapi malu yang terkandung di dalamnya disertai dengan berlebihan dan rasa pesimistis. Pendek kata, ia sudah tidak lagi percaya dengan ‘legitimasi’ yang diberikan bahwa ia memang benar-benar mampu dan ia merasa bahwa ia tidak memiliki kemampuan, padahal kemampuan itu sejatinya milik Allah. Allah bisa memberikan kapan saja dan kepada siapa saja yang dikehendakiNya. Maka jangan heran tatakala saat ini bila ada anak didik tak lulus ujian sekolah ada yang berteriak histeris, tidak mau melanjutkan sekolah lagi, bahka ada yang bunuh diri. Tidak heran tatkala kita lihat artis dan orang-orang Jepang serta Korea merupakan negeri yang memiliki tingkat hara kiri (bunuh diri) terbesar di dunia. Selain mereka tak beragama, mereka merasa bahwa dirinya-lah yang menentukan keberhasilan dan kegagalan, maka tatkala mereka gagal mereka merasa bahwa dirinya sudah tak lagi berguna. Padahal berhasil atau tidak diri ini adalah atas kehendak Allah, kita hanya berikhtiar sekuat mungkin karena kita diperintah berikhtiar, bukan berarti tatkala gagal diri kita sudah menjadi onggokan sampah yang siap dikubur di tanah, ini kan pemahaman salah yang dapat menghancurkan diri sendiri, Allah ta’ala berfirman, “Dan tidaklah Kami menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri” (Az-Zukhruf: 76).
Dengan hanya menggantungkan kemampuan kita saja tidaklah cukup. Kuantitas pun tidak dapat mengalahkan musuh, begitupula menggantungkan kualitas adalah sama halnya. Bukankah kita sering mendengar bahwa orang yang cerdas di kelas, pandai dan disayang guru pada akhirnya gagal dalam mengikuti ujian?
Coba kita ambil pelajaran dari kisah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam (bisa dirujuk dan dibaca di kitab sirrah an-nabawiyyah, rujukan paling baik adalah yang ditulis oleh Syaikh Syafiurrahman al-Mubarakh Furry hafidzahullah ta’ala). Bahwa pada saat perang Hunain, kaum Muslimin merasa bersemangat dan sangat bergairah dalam menghadapi musuh karena jumlah mereka yang banyak. Hal ini merupakan suatu kondisi yang berbeda dengan perang Tabuk, dimana Kaum Muslimin dikepung dari berbagai arah oleh pasukan koalisi dan berjumlah sedikit, kondisi demikian ternyata berbalik pada perang Hunain.
Dalam Perang Hunain pasukan Islam-lah yang berkoalisi untuk menghadapi musuh, kaum Muslimin tatkala itu berjumlah 12.000-an orang dan pasukan musuh hanya sekitar 3 atau 4 ribuan orang. Secara kuantitas tentulah Kaum Muslimin bisa dibilang sangat besar dan perbandingannya sangat jauh. Mereka pun sempat berujar, “Bahwa kita pasti akan menang. Kita berjumlah sangat banyak dan musuh pasti bisa dikalahkan”. Mendengar itu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam langsung bersungut-sungut, tampak di wajah Beliau marah yang tertahankan.
Pada saat pertempuran dalam Babak I, terlihatlah kemarahan Allah atas kesombongan pasukan Muslim. Allah berkehendak memberikan pelajaran berharga bagi kita semua bahwa kuantitas dan kualitas makhluk sebesar apapun dan sehebat apapun tak akan bisa mengalahkan kehendak Allah Ta’ala. Masya Allah, pasukan Muslim yang berjumlah 12 ribuan orang telah kocar-kacir dan tunggang langgang, mereka sudah meninggalkan pertahanan-pertahanan strategis dan musuh bisa menerobos masuk ke dalam sektor terpenting kaum Muslimin, tinggal selangkah lagi pasukan Muslim sudah dapat terkalahkan.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam pun turun tangan, Beliau memberikan komando langsung dan memegang tampuk pimpinan tertinggi militer. Jalannya perang Beliau ambil alih kendali, akan tetapi tetap saja Kaum Muslimin kocar-kacir pada tempatnya, akhirnya Beliau menyuruh para sahabat untuk bertaubat dan berdoa kepada Allah atas kekhilafan mereka tatkala mereka merasa bahwa jumlah mereka adalah tak tertandingi. Para sahabat pun menyadari kesalahan mereka, setelah mereka melakukan taubatan nashuha dan setelah mendengar saran, kritik dan motivasi dari pemimpin tertinggi militer mereka, akhirnya pasukan kembali merapat.
Dengan geram dan penuh keyakinan pada Allah, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam berdoa kepadaNya dan meminta kemenangan pada Kaum Muslimin, kemudian beliau mengambil pasir dan ditaburkan kepada musuh. Subhanallah, musuh pun menjadi gelap gulita. Momen ini kemudian beralih kepada Babak II, dimana pasukan Islam terus menggempur musuh dan mengobrak-abrik pertahanan mereka. Allah pun memberikan kemenangan kepada Kaum Muslimin.
Kisah Kalahnya Pertempuran Melawan Israel 1967:
Dalam buku berjudul “Taujih Islamiyyah” yang ditulis oleh Syaikh Muhammad ibn Jameel Nero rahimahullah Ta’ala dinyatakan bahwa pada saat perang antara Mesir melawan Kaum Yahudi yang saat itu mereka akan membentuk negara Israel, telah terjadi suatu hal yang akhirnya berdampak fatal. Seorang penyiar radio di Cairo berorasi untuk memberikan semangat pertempuran (bila sejarah Indonesia persisi seperti Bung Tomo) mengucapkan, “MAJU TERUS, KALIAN BERSAMA POLAN DAN POLANAH (nama penyanyi) AYO MAJU TERUS SAMPAI ORANG YAHUDI KEPARAT ITU HANCUR LEBUR!”. Sungguh kalimat ini berbau syirik, tidak seharusnya Fulan dan Fulanah dijadikan penyemangat pertempuran dan yang terjadi adalah, seperti yang kita lihat Mesir telah takluk oleh Negeri Zionis Yahudi, Israel. Takluk hingga sekarang dan tidak ada ketegasan walau setelah Mesir mengalami revolusi hebat pada tahun 2011 ini. Itu masih penyiar radionya, belum pasukan-pasukannya, padahal secara teoritis kita bisa meliat bahwa Mesir lebih baik dari segi peralatan pertempurannya, saat itu Amerika tidak banyak membantu karena masih dilanda kemelut perang dingin dan pembunuhan atas John F. Kennedy.
Bandingkan dengan Bung Tomo pada tahun 1945, beliau mengobarkan pertempuran sengit melawan tentara sekutu (Belanda dan Inggris) di Surabaya. Beliau berulangkali menerikkan “ALLAHU AKBAR!!!...ALLAHU AKBAR!!!”, begitu pula pasukan di lapangan juga meneriakkannya. Beliau juga sempat mendengungkan orasi, “ALLAH BERSAMA KITA…ALLAHU AKBAR!”. Subhanallah, rakyat Indonesia berhasil memukul mundur pasukan sekutu dengan terbunuhnya W.S. Mallaby. Padahal saat itu Rakyat Indonesia hanya menggunakan bambu runcing (mayoritas) dan hanya beberapa saja yang menggunakan senapan rakitan.
Pernyataan-pernyataan di atas merupakan sebuah dalil, pernyataan dan ilustrasi bahwa kata-kata motivator yang sering menyatakan pada anak didiknya, “KAMU PASTI BISA” adalah kurang tepat. Bila mereka nonmuslim, maka kitalah yang harus menetralisir dalam hati kita. Namun bila mereka muslim, maka seharusnyalah ada yang memberitahukannya. Bila ternyata motivator itu adalah teman kita, maka cobalah kita beritahu, dan apabila motivator itu adalah kita maka berhati-hatilah, karena kata-kata itu sangat berpengaruh dan bisa berakibat fatal bila tidak pandai dalam menafsirkan. Allahu a’lam.
Semoga bermanfaat, dan bisa memberikan faedah. Bila ada kelebihan dalam tulisan ini maka itu adalah nikmat dari Allah, bila ada kekurangan mohon koreksinya. Jazaakumullahu khoiro (semoga Allah memberikan kebaikan yang besar pada kalian). Walhamdulillah hirobbil ‘alamin.
Malang, 17 Rajab 1432 (18 Juni 2011)
@nd
Untuk mengcopy file PDF silahkan download di (Free)
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Berdiskusi...Tangan Kami Terbuka Insya Allah