KAJIAN ISLAM DAN KARYA PENA

KAJIAN ISLAM YANG MEMUAT HAL-HAL BERKAITAN TENTANG PENGETAHUAN ISLAM BAIK SADURAN ATAU KARYA ASLI. BAIK HAL AKIDAH, MUAMALAT, FIKIH ATAUPUN TASKIYATUN NUFS (PENYUCIAN HATI)

JUGA KARYA PENA UMUM BERUPA PUISI CERPEN DAN KARANGAN ATAU ILMU PENGETAHUAN UMUM DAN PENELITIAN ILMIAH
Tampilkan postingan dengan label goresan kata. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label goresan kata. Tampilkan semua postingan

Senin, 17 Agustus 2015

MUTIARA KEHIDUPAN

MENIKAH ADALAH MUTIARA KEHIDUPAN

Segala puji hanya milik Allah Tuhan Semesta Alam, semoga shalawat serta salam tetap dicurahkan kepada Rasulullah Muhammad Shallahu ‘alaihi wa Salam, keluarganya, dan para sahabatnya serta umatnya hingga akhir zamman. Amma Ba’du.
Setelah sekian tahun mengalami penjombloan, penulis akhirnya diberikan karunia besar berupa mutiara cantik dan bersinar terang yang menerangi kehidupan penulis, yaitu seorang istri yang (insyaa Allah) shalihah. Allah berfirman dalam QS. An-Nur: 32
وَأَنكِحُوا الْأَيَامَى مِنكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِن يَكُونُوا فُقَرَاء يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ -٣٢-
Artinya:
Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan Memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.
Ayat tersebut bila ditafsirkan secara singkat:
Dan nikahkanlah orang-orang yang masih sendirian di antara kalian, dan orang-orang yang saleh di antara budak-budak laki-laki kalian dan budak-budak perempuan kalian. Jika mereka miskin, Allah akan Memberi mereka kecukupan dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.
Wa angkihū (dan nikahkanlah), yakni kawinkanlah.
Al-ayāmā mingkum (orang-orang yang masih sendirian di antara kalian), yakni anak-anak perempuan atau saudara-saudara perempuan kalian. Ada yang berpendapat, anak-anak kalian atau saudara-saudara perempuan kalian yang belum mempunyai pasangan.
Wash shālihīna min ‘ibādikum (dan orang-orang yang saleh di antara budak-budak laki-laki kalian), yakni dan nikahkanlah hamba-hamba laki-laki kalian yang saleh.
Wa imā-ikum iy yakūnū (dan budak-budak perempuan kalian. Jika mereka), yakni jika orang-orang merdeka itu.
Fuqarā-a yughnīhimullāhu miη fadl-lih (miskin, Allah akan Memberi mereka kecukupan dengan Karunia-Nya), yakni dengan Rezeki-Nya.
Wallāhu wāsi‘un (dan Allah Maha Luas) Rezeki-Nya, baik bagi orang-orang merdeka ataupun bagi para budak.
‘Alīm (lagi Maha Mengetahui) untuk memberi mereka rezeki.
Berdasarkan Firman Allah di atas anjuran untuk menikah sangatlah kuat khususnya bagi para pemuda/i yang memiliki nafsu yang kurang bisa dikontrol. Allah mengharamkan zina sebagaimana dalam FirmanNya dalam QS. Al-Isra’: 32,
وَلاَ تَقْرَبُواْ الزِّنَى إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاء سَبِيلاً -٣٢-
Artinya:
Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.
Para ulama mengatakan bahwa, sesuatu yang didekati saja dilarang adalah sesuatu yang memiliki larangan yang kuat dan tegas, memiliki konsekuensi dosa yang besar dan adzab yang pedih.
Allah adalah Tuhan Yang Maha Adil, ada keseimbangan dan fitrah yang menancap pada diri manusia. Manusia telah diciptakan memiliki nafsu sebagaimana hewan yang berkembang biak, karena secara fisik manusia disetting oleh Allah tinggal di dunia sebagaimana makhluk hidup yang tinggal di dunia yaitu hewan dan tumbuh-tumbuhan serta apapun yang hanya Allah yang mengetahuinya. Semua yang hidup di dunia telah disetting untuk berkembang biak melalui proses perkawinan antar lawan jenis sesama mereka.
Karena pentingnya perkembangbiakan inilah, maka Allah hadirkan nafsu pada diri manusia. Mustahil bila nafsu manusia dimatikan akan berdampak positif bagi mereka, kecuali memang pada saatnya nafsu itu mati (pada masa yang sangat tua). Sehingga nafsu merupakan fitrah manusia yang normal dan wajar, bahkan apabila manusia tidak memiliki nafsu birahi maka yang terjadi akan terputus generasi dan keturunan manusia.
Manusia secara hakiki bukanlah hewan, hati dan akal merupakan dua modal yang sangat berharga untuk menerima hidayah Iman dan Islam. Keduanya ini sudah merupakan takdir yang ditetapkan Allah kepada manusia, bahwa mereka harus tinggal di bumi untuk melaksanakan ketetapan Allah beribadah dan sebagai khalifah. Sedangkan hewan tidak memiliki beban untuk melaksanakan ketetapan Allah berupa syariat, maka konsekuensi syurga dan neraka tidak ada pada mereka. Menurut Tafsir Ibnu Katsir pada surat An-Naba ayat terakhir bahwa setelah seluruh hewan mengalami qishash (pembalasan atas perlakuan terhadap sesama hewan di dunia), mereka semuanya dijadikan tanah. Di saat itulah orang-orang kafir mengatakan,
إِنَّا أَنذَرْنَاكُمْ عَذَاباً قَرِيباً يَوْمَ يَنظُرُ الْمَرْءُ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ وَيَقُولُ الْكَافِرُ يَا لَيْتَنِي كُنتُ تُرَاباً -٤٠-
Artinya: Sesungguhnya Kami telah Memperingatkan kepadamu (orang kafir) azab yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata, “Alangkah baiknya seandainya dahulu aku jadi tanah.”
Mereka memohon kepada Allah seandainya mereka dijadikan seperti hewan saja, namun hal itu tidak bisa dilakukan, karena ketetapan sudah menjadi hukum hakiki Allah Ta’ala dan tidak bisa dirubah.
Apabila manusia yang mengemban syariat Islam ini dijadikan liar sebagaimana hewan hidup, maka manusia akan kacau balau. Syariat tidak berfungsi, perintah dan larangan pun tidak mampu membuat manusia sebagai khalifah di bumi. Apabila zina diperbolehkan, maka bagaimana keturunan manusia akan mampu dilacak dan bagaimana manusia akan mampu mengemban syariat sementara dia hidup dengan cara yang liar dan tidak disiplin.
Lihatah bagaimana contoh orang-orang Timur maupun Barat yang terkenal dengan budaya bebasnya. Bilamana sang anak lelaki maupun perempuan ditanya, “Siapa sesungguhnya ayahmu?” maka banyak di antara mereka yang tidak mengetahui siapa bapaknya, mereka hanya mengetahui ibunya. Padahal secara syariat Islam, bapak adalah sosok yang bertanggung jawab atas nafkahnya, atas kewaliannya, dan atas hak warisnya. Dengan kekuatan fisiknya peran seorang bapak sangatlah penting untuk tetap diakui, sedangkan bila sang bapak tidak jelas statusnya, dari sperma yang mana sang anak lahir menyebabkan terlantarnya sang anak. Ibunya yang wanita, telah ditakdirkan bersifat lemah fisik dan psikologinya, melahirkan dan memiliki fungsi dan tugas yang lainnya. Tentu sang anak sangat terlantar, bagaimana kehidupan mereka yang nyaman dan bahagia hanya bualan media semata.
Sudah dijelaskan dalam paparan di atas bahwasanya nafsu manusia itu wajar, namun dengan pertimbangan yang sangat syar’i Allah pun telah menetapkan hukum bahwa nafsu harus diatur, tidak boleh liar dan sembarangan diumbar. Allah melarang sesuatu (zina) maka Allah memberikan jalan keluar dan kemudahan atas larangan itu, yaitu menikah. Maka barang siapa yang menyatakan bahwa dirinya tidak akan menikah dia sudah menyalahi fitrah sebagai manusia dan dia telah keluar dari ajaran Rasulullah Muhammad Shallalahu ‘alaihi wa Sallam yaitu ajaran Islam yang fitrah. Sebagaimana pernyataan Beliau Shalallahu ‘alaihi wa Sallam sendiri terhadap orang yang menyatakan dirinya tidak akan menikah, maka Rasulullah bersabda, “Aku pun juga menikahi wanita, dan barang siapa yang tidak senang dengan sunnahku maka mereka bukan bagian dari golonganku.[1]
Tersesatlah orang yang menyatakan bahwa menikah itu hina, sehiangga mereka mengkebiri dirinya dan menutup diri untuk tidak menikah. Sudah kita lihat betapa banyak pelanggaran yang mereka lakukan (dari kalangan orang Nasrani khususnya para pendeta) secara tersembunyi yang akhirnya bocor di media, bagaimana dengan kebejatan vatikan terhadap anak-anak wanita di bawah umur, suster-suster dan pelanggaran seksual yang lainnya. Mereka punya fitrah untuk kawin, namun mereka mencoba untuk melawannya sedangkan mereka tidak mampu melawan fitrah atau ketetapan Allah, akhirnya mereka sendirilah yang hina dan mati kehormatannya.
Hinalah orang yang menjunjung adanya seks bebas, menjunjung penyimpangan seksual dan yang mengatakan bahwa seksual merupakan suatu yang harus diapresiasi secara bebas karena itu Hak Asasi Manusia. Sudah seringkali kita lihat fenomena yang menyedihkan tatkala Hak Asasi Manusia yang mereka dengungkan itu diumbar hingga ke masalah yang intim, bagaimana akhirnya kehidupan mereka. Mereka hidup liar bagai hewan yang berakal, mereka memiliki tujuan hanya untuk hidup dan tidak tahu lagi untuk apa kecuali untuk memuaskan hasrat mereka. Mereka galau, gamang, bimbang, bahkan mereka sudah hilang kehormatannya di mata sesama manusia, apalagi di mata Allah.
Maka menikah adalah solusi, solusi bagi Kaum Muslimin terlebih lagi yang mengaku mukmin. Tidak dibenarkan seorang menginginkan hidup membujang kecuali sesuatu yang sangat mendesak. Para ulama yang tidak menikah pun karena mereka cinta terhadap ilmu dan untuk kemaslahatan umat, perilaku mereka bukan untuk dicontoh dan ditiru karena mereka tentu memiliki alasan tersendiri. Bahkan ada seorang ulama di jaman salaf ash-shalih yang sangat ‘alim namun tidak menikah, oleh seorang Imam Besar dikomentari, “Dia hampir-hampir menjadi manusia sempurna dalam masalah keilmuannya, namun satu cacat yang nampak atas kami yaitu dia tidak menikah.” Allahu a’lam bhish shawwab.





[1] HR. al-Bukhari, dalam kitab: Nikah, bab: Anjuran untuk Menikah, ( no. 5063 ) dan Muslim dalam syarah-nya, dalam kitab: Nikah, bab: Disunahkan Menikah Bagi Orang yang Memiliki Keinginan dan Memiliki Kemampuan dan Menyibukkan Diri dengan Puasa Bagi yang Tidak Mampu (no. 3389 ).
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami

Rabu, 13 Agustus 2014

SUAPAN CINTA

SUAPAN CINTA

Segala Puji Hanya Milik Allah, Tuhan Semesta Alam, yang menumbuhkan cinta kasih antara hamba dengan Kholiq mereka. Juga yang menumbuhkan cinta kasih antara hamba laki-laki dan perempuan, sehingga dari situlah tumbuh generasi manusia yang sangat banyak. Semoga shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad beserta keluarga, para sahabat dan umatnya yang setia mengikuti sunnahnya hingga akhir zamman. Amma ba’d.
Kasih cinta tertinggi adalah kasih cinta seorang hamba kepada Allah Azza wa Jalla. Sebagaimana Allah berfirman, (artinya)
“Katakanlah: "jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNYA dan dari berjihad di jalan NYA, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.[1]
Wajar seseorang itu cinta kepada Bapaknya, anaknya, saudaranya, isterinya, sodara/kerabatnya, dan apa yang disebut Allah pada surat At-Taubah tersebut. Akan tetapi, bila kecintaan terhadap yang mubah mengalahkan kecintaan kepada Allah kemudian kepada RasulNya, maka itulah yang tercela.
Salah satu bentuk cinta kepada Allah menurut Abdullah At-Tamimiy adalah mereka yang juga mencintai siapa yang dicintai Allah, dan dianjurkan dicintai oleh Allah. Salah satu hal yang dianjurkan oleh Allah adalah “MENIKAH” sebagaimana Allah berfirman,
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya[2]”.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam juga menganjurkan para pemuda yang sudah merasa mampu menikah untuk segera menikah. Dan juga yang mereka tidak mampu menahan pandangan serta kemaluannya untuk segera menikah, maka Allah yang akan mencukupkan mereka. Sebagaimana Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Menikahlah, karena sesungguhnya aku akan membangga-banggakan jumlah kalian kepada umat-umat lain pada hari Kiamat, dan janganlah kalian seperti para pendeta Nasrani[3]." Itu masih salah satu hadits yang dicuplik dari sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Menikah akan melahirkan sakinah (ketenangan), mawaddah (kesejahteraan) dan rahmat (rahmat) dari Allah Ta’ala. Salah satu keharusan yang terjadi setelah menikah adalah “MENJALIN CINTA”. Tidak ada cinta lawan jenis yang halal selain kepada mahram, kecuali menikah. Orang yang bukan mahram tatkala diambil secara haq melalui syariat yang telah ditetapkan dalam Sunnah Sahihah dan dengan niat karena Allah, telah berubah statusnya menjadi ISTRI dan HALAL untuk digauli sekalipun.
Dari menikah, timbullah komunikasi yang intern, muncullah sebuah penyesuaian jati diri terhadap masing-masing pasangan, maka di sinilah letak perbedaan dengan sebelum menikah. Tatkala menikah KARENA ALLAH, maka apapun kekurangan pasangan berusaha dimaklumi, karena menikah adalah ibadah untuk memuaskan hawa nafsu yang halal dan membina keturunan yang taat serta tunduk kepada Allah. Bila menikah bukan karena Allah, atau bergaul di luar nikah, maka yang terjadi justru kebosanan, dosa, hawa nafsu yang terus menggebu, penyakit, dan adzab yang berbagai macam bentuknya.
Dengan berkomunikasi, bergaul serta yang lebih dalam dari itu semua akan melahirkan saling cinta. Cinta yang dianjurkan oleh Allah, agar manusia terus berkembang dan dengan berkembangnya manusia sholih akan melahirkan suatu kebanggaan bagi umat Islam wal Muslimin, serta kebanggaan atas Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Dalam menjalin cinta terhadap Suami-Istri, Rasulullah pernah mencontohkan suatu suri tauladan yang sangat baik dan romantis. Berikut tiga cuplikan romantisme Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam terhadap istri-istrinya:
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam juga suka memakan dan meminum berdua dari piring dan gelas istri-istrinya tanpa merasa risih atau jijik:
a. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Saya dahulu biasa makan his (sejenis bubur) bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam“[4]
b. Dari Aisyah Ra, ia berkata: “Aku biasa minum dari gelas yang sama ketika haidh, lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam mengambil gelas tersebut dan meletakkan mulutnya di tempat aku meletakkan mulut, lalu beliau minum.[5]
c. Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah minum di gelas yang digunakan ‘Aisyah. Beliau juga pernah makan daging yang pernah digigit ‘Aisyah[6].
Gaya makan dan minum yang romantis ala Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam ternyata mudah dipraktikkan oleh umat Beliau dan khasiatnya luar biasa untuk menjalin cinta antara suami istri.
Terkadang suami enggan makan, mungkin karena faktor rasa, faktor malas, atau faktor banyak fikiran. Tidak ada yang dapat menggairahkan suami kecuali keceriaan istri dan inisiatifnya untuk menggairahkan suaminya dalam menyantap makanan. Tatapan mata genit, kerlingan mata, kecupan jarak jauh, kemudian dilanjutkan kecupan di kening atau pipi suami merupakan cara ampuh untuk membangkitkan gairah suami. Hanya saja, karena situasinya adalah ‘makan’ maka, langsung sang istri mengambil sendok beserta makanan yang masih tersisa lalu disuapkan secara perlahan kepada suami dengan ucapan penuh cinta dan kasih sayang.
Ini adalah tips yang bukan omong kosong, saya pun juga pernah merasakan kelesuan makan. Alhamdulillah istri saya benar-benar pandai membuat suaminya bergairah kembali tatkala kelesuan melanda tubuh. Makanan pun masuk ke mulut dan rasa yang nikmat menjadi sangat luar biasa nikmatnya. Suapan cinta, berbeda dengan suapan benci. Suapan cinta berbeda dengan suapan keterpaksaan. Suapan cinta berbeda dengan suapan pamrih. Ada rasa di hati yang menjalar hingga mulut.
Begitu juga Sang Ibu, tatkala anaknya mengalami kelesuan dalam makan. Sang anak yang tidak bergairah hendaknya bukan malah dimarahi, diomeli, dan dicaci maki. Anak yang kurang bergairah hendaknya diusap kepalanya dengan penuh cinta, dikecup keningnya dan pipinya, kemudian berikanlah ucapan kasih sayang yang ikhlas, niscaya makanan yang minimal pun menjadi terasa nikmat di mulut anak.
Mungkin ini tips singkat agar suami dan anak yang susah makan menjadi bergairah untuk makan. Semoga bermanfaat. Wa Allahu a’lam.

Penulis:
ARNANDA AJI SAPUTRA, SE., ME.
17 Syawwal 1435 / 13 Agustus 2014






[1] Al-Qur’an, Surat At-Taubah: 24
[2] Al-Qur’an, Surat An-Nisaa: 3
[3] HR. Al-Baihaqi (VII/78) dan dikuatkan oleh Syaikh al-Albani dalam kitab ash-Shahiihah dengan hadits-hadits pendukungnya (no. 1782).
[4] HR. Bukhori dalam Adabul Mufrod
[5] HR Abdurrozaq dan Said bin Manshur, dan riwayat lain yang senada dari Muslim
[6] HR Muslim No. 300
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami

Rabu, 02 Juli 2014

PENAMPAKAN MILYAR MALAIKAT DI SEMESTA RAYA


بسم الله الرحمن الحيم
PENAMPAKAN MILYAR MALAIKAT 

DI SEMESTA RAYA

Tahukah kalian bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam diberitahu oleh Allah tentang neraka Jahannam. Kemudian beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan kepada umatnya seraya bersabda,
يؤتى بجهنم يومئذ لها سبعون ألف زمام، مع كل زمام سبعون ألف ملك يجرونها
Artinya:
"Pada hari itu (hari Kiamat) didatangkan neraka Jahannam, ia memiliki 70 ribu tali kekang, setiap tali kekang ditarik oleh 70 ribu malaikat” (HR. Muslim).

Sehingga berapa Jumlah Malaikat yang menarik Jahannam?
Secara matematis dapat kita hitung sebagai berikut:
70.000 x 70.000 = 4.900.000.000 (Empat milyar sembilan ratus juta).

Tahukah kalian seberapa besar malaikat?
Masing-masing malaikat memiliki wujud asli yang berbeda dengan besar yang berbeda pula.

1. Malaikat Pemikul ‘Arasy:
أُذِنَ لِىْ أَنْ أُحَدِّثَ عَنْ مَلَكٍ مِنْ مَلاَئِكَةِ اللهِ مِنْ حمَلَةِ الْعَرْشِ مَا بَيْنَ شَحْمَةِ أُذُنِهِ إلَى عَاتِقِهِ مَسِيْرَةُ سَبْعِمِائَةِ سَنَةٍ.
Artinya: “Aku diidzinkan untuk menceritakan tentang salah satu malaikat Allah pemikul ‘arasy, yaitu antara daging telinga (tempat anting. Pen) dengan pundaknya sejauh tujuh ratus tahun perjalanan” (HR Abu Dawud no 4727, dan dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam silsilah ash shahihah no 151).

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat malaikat Jibril dalam bentuk aslinya yang mempunyai enam ratus sayap, setiap sayap menutup ufuk, dari sayapnya berjatuhan berbagai warna, mutiara dan permata yang hanya Allah sajalah yang mengetahui keindahannya.” (Ibnu Katsir berkata dalam Bidayah Wan Nihayah bahwa sanad hadits ini bagus dan kuat, sedangkan Syaikh Ahmad Syakir rahimahullah berkata dalam Al-Musnad bahwa sanad hadits ini shahih).
3. Bagaimana dengan Malaikat penggenggam Jahannam? Tentu sangat besar, ukuran gunung tertinggi di dunia dan terbesar pun masih belum ada apa-apanya dibanding para malaikat itu. Bahkan sangat besar melebihi besar matahari. Dan yang lebih membuat kita berdecak kagum adalah, jumlah mereka 4,3 Milyar. Kalau sama makhluk itu saja kita kagum, bagaimana dengan Sang Pencipta mereka?
Masya Allah, Allahu Akbar!

Allahu a’lam bish shawwab.

nB:
Bagi pembaca yang ingin membeli buku Islami atau kitab referensi Islam sahih dan terpercaya, terjemahan maupun aslinya dapat menghubungi kami di nomor 085649509998 (SMS) atau 088803504925 (Whatsapp/Viber) atau 7674909C (BBM). 


Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami

Selasa, 11 Februari 2014

KISAH CALON PENCURI TERONG



KISAH CALON PENCURI TERONG

Segala Puji hanya milik Allah, Tuhan Semesta Alam. Semoga Shalawat serta salam tercurah kepada Nabi Muhammad ibn Abdillah beserta keluarganya, para sahabatnya serta umatnya yang mengikuti petunjuk dan sunnahnya hingga akhir zamman. Amma ba’d.
Beragam kisah nyata tetapi unik seringkali mengukir kisah manusia di bumi Allah. Kisah yang memuat berbagai pelajaran dan hikmah. Salah satunya adalah kisah orang-orang yang meninggalkan sesuatu karena Allah, PASTI akan diganti yang lebih baik dengannya. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئًا للهِ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ بَدَّلَكَ اللهُ بِهِ مَا هُوَ خَيْرٌ لَكَ مِنْهُ
Sesungguhnya tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena Allah 'Azza wa Jalla, kecuali Allah akan menggantikannya bagimu dengan yang lebih baik bagimu[1]"  
Ini adalah Sunatullah, ketetapan yang pasti dari Allah Azza wa Jalla. Ketetapan ini bukan hanya tertulis dalam hadits ini saja, akan tetapi juga dibuktikan olehNya dalam serangkaian peristiwa pada kehidupan manusia.
Sebuah kisah unik, Si Miskin “CALON PENCURI TERONG” disampaikan oleh seorang Syaikh yang terkemuka. Kejadian ini bukan jaman Bani Israil, Bukan pula Jaman Nabi, bukan pula Jaman Sahabat. Tetapi jaman modern yang sudah mulai berkembang teknologi-teknologi Simaklah kisah indahnya:
Syaikh berkata,
“Di Damaskus, Suriah. Ada seorang pemuda yang miskin, tetapi pemuda ini rajin menuntut ilmu agama. Dia tinggal di salah satu kamar masjid yang menjadi tempatnya menuntut ilmu. Begitu miskinnya dia sehingga 3 (tiga) hari tidak makan. Lantas di dalam benaknya timbul pikiran untuk mencuri makanan, karena dia anggap hal itu adalah kondisi darurat.Saat urat-uratnya sudah mulai terasa seakan putus, perutnya sakit melilit dan tubuhnya lemah lunglai, pemuda ini menguatkan dirinya untuk mencuri makanan di sekitar masjid.
Masjid itu cukup besar, atapnya bersatu dengan rumah di sekitarnya. Sehingga apabila ada orang yang berjalan di atas atap masjid dia juga bisa berjalan pula di atas atap dari rumah-rumah di sekitar masjid. Dia pun memanjat atap dan berjalan sampai di atas rumah seseorang, dilihatnya ada seorang wanita dan diapun berpaling darinya. Lalu dia pun merangkak sedikit maju ke arah depan dan didapatinya masakan yang terletak di sebuah panci. Aroma harum masakan tercium, tak sabar dia pun turun. Cepat-cepat dia buka tutup panci itu, dia menemukan sebuah terong yang dimasak dengan bau harum kelezatan, semerbak menggairahkan orang yang kelaparan seperti dirinya.
Lantas dia ambil terong itu dan dia gigit. Saat akan menelan, dia tersadar bahwa perilakunya itu tidaklah baik. Apapun alasannya, dia berfikir bahwa mencuri adalah perbuatan buruk dan makanan itu adalah haram baginya. Maka dia pun memuntahkannya dan tidak jadi menelannya. Dia pergi begitu saja lantas masuk ke dalam kamarnya kembali dan tidur.
Saat kajian digelar, dia pun mengikuti kajian seorang Syaikh, tetapi dia tidak mampu konsentrasi karena perutnya begitu lapar. Hingga saat kajian selesai, dia pun duduk merenung entah apa yang dia pikirkan. Semua orang pada bubar, hanya dia sendiri yang masih duduk merenung.
Tiba-tiba datanglah seorang wanita yang berbincang dengan syaikh itu, lalu syaikh itu memutar pandangannya di sekeliling masjid yang sudah sepi. Beliau melihat ada pemuda duduk sendirian di masjid lantas memanggilnya. Pemuda itu pun menghampiri syaikh dan mengatakan,
“ Ada apa Syaikh memanggil saya?”
“Apakah kamu sudah menikah?” Tanya Syaikh
“Belum Syaikh”
Apakah kamu ingin menikah?” Tanya Syaikh
Pemuda itu diam. Ditanya sekali lagi, pemuda itu pun tetap diam. Akhirnya karena didesak, pemuda itu berkata,
“Wahai Syaikh, saya mau. Tetapi bagaimana saya menikah, saya sendiri tak makan 3 hari.”
Syaikh berkata, “Dia ini seorang janda yang suaminya sudah meninggal, dia masih sangat muda dan membutuhkan pendamping dalam hidupnya. Dia dari negeri asing dan datang bersama pamannya yang duduk di pojok sana. Dia di sini memiliki harta warisan ayahnya yang sangat banyak dan memiliki rumah yang sangat besar. Maukah kau menikah dengannya?”
Pemuda menjawab, “Baiklah Syaikh”
Akhirnya Syaikh tersebut memanggil dua orang saksi dan dinikahkan saat itu juga dengan wali pamannya dan mahar dari syaikh. Setelah itu Syaikh berkata, “Peganglah tangan istrimu dan masuklah ke rumahnya. Itulah rumahmu yang sekarang.”
Setelah masuk ke rumah istrinya, lantas sang istri mengatakan, “Wahai suamiku, maukah kau makan bersamaku sekarang?” Pemuda itu menjawab, “Iya, mau” Dia pun begitu bahagia bisa makan yang selama ini belum pernah ia mencicipi makanan setelah 3 hari lamanya. Akan tetapi ada yang pernah dia bayangkan, tetapi apa dia lupa.
Saat sang istri mengangkat sajian makanan, kemudian dibukanya sajian itu ternyata berisi terong yang sudah ada gigitannya. Wanita itu pun heran, “Siapa yang telah menggigit terong ini?” Pemuda itu menangis lantas menceritakan semuanya. Ternyata wanita itu pemilik terong yang hampir saja ia curi.
Lalu berkatalah Si Wanita yang kini menjadi istrinya, “Kamu telah menjaga kehormatanmu. Kamu telah meninggalkan sesuatu karena Allah, dan barang siapa yang meninggalkan sesuatu yang haram karena Allah niscaya Dia akan menggantinya yang lebih baik dari itu. Kini, engkau telah mendapatkan terong itu, beserta pemilik terong begitu juga rumahnya.”

Disadur dari Buku Berjudul “Kisah-kisah Nyata
Ditulis oleh: Ibrahim bin Abdullah al-Hazimi
Penerbit: Darul Haq, Jakarta





[1] HR Ahmad no 23074
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami