BOLEH JADI KIAMAT SUDAH DEKAT
Segala Puji Bagi Allah Yang Maha Kuasa, semoga shalawat serta salam tercurah pada Rasulullah Muhammad beserta keluarganya, para sahabatnya dan ummatnya yang mengikutinya hingga akhir jaman. Amma ba’d.
Allah Ta’ala berfirman, “Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya? Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba". Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui" (Al-A’raf: 187). Kiamat memang datang dengan sangat tiba-tiba dan tiada satu makhluk pun yang mengetahui kapan datangnya kiamat, hanya Allah memberikan tanda-tandanya. Sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Pada suatu hari, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam muncul di antara kaum muslimin. Lalu datang seorang laki-laki dan bertanya: ‘Wahai Rasulullah, kapankah hari kiamat itu?’ Rasulullah menjawab, ‘Orang yang ditanya mengenai masalah ini tidak lebih tahu dari orang yang bertanya. Tetapi akan aku ceritakan tanda-tandanya…” (Shahih Muslim No.10).
Apabila kita lihat keterangan-ketarangan yang dipaparkan oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah yaitu mengenai apa yang terjadi setelah hari kiamat, manusia akan dihadapkan pada hari berangkit, Padang Mahsyar, Yaumil Hisab dimana manusia dihakimi oleh Yang Maha Adil, Yaumil Mizan dimana timbangan amal ditegakkan, belum lagi ada episode Sirath bagi orang-orang yang pernah mengucapkan syahadat dalam hidupnya dan mati dalam keadaan telah mengucapkannya, periode ini merupakan periode yang wajib dilalui oleh orang yang pernah mengucapkan syahadat dan untuk membuktikan mana yang benar-benar mukmin dan mana yang munafik, mereka harus melalui jalan dengan bentuk yang tak masuk akal menurut otak manusia yaitu jalan selebar rambut dibelah tujuh yang dibentangkan. Ada orang yang berjalan dengan cepat bagai kilat, bagai kerdipan mata dan ada pula yang terseok-seok namun selamat sampai tujuan, ada pula yang terjatuh ke dalam neraka karena terkena pengait-pengaitnya. Setelah orang-orang mukmin yang benar-benar mukmin sampai tujuan, mereka memasuki Era Qishahs, dimana di tempat ini semua manusia yang beriman akan menyelesaikan urusan-urusan mereka tentang hutang piutang atau segala hal yang berkaitan dengan tuntutan sesama manusia, karena syurga benar-benar tidak menerima kecuali orang-orang yang betul-betul bersih.
Pada saat kiamat terjadi pun Allah telah menerangkan kedahsyatannya. Allah berfirman, “Tahukah kamu apakah hari Kiamat itu? Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran, dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan” (Al-Qori’ah: 3-5). Kiamat memang menjadi rahasia Allah, akan tetapi tanda-tandanya telah disampaikanNya melalui Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, beliau dalam menyampaikan tanda-tanda kiamat sangat serius dan penuh dengan kegelisahan, seakan-akan tanda-tanda itu benar-benar akan terjadi, sebagaimana ekspresi Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam tatkala menyebut salah satu tanda kiamat sebagiamana diriwayatkan oleh Zainab binti Jahsy radhiyallahu ‘anha: Bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam bangun dari tidurnya sambil bersabda, ‘Laa ilaaha illallaah, celakalah orang-orang Arab karena suatu bencana akan terjadi, yaitu hari ini dinding (bendungan) Yakjuj dan Makjuj telah terbuka sebesar ini’. Dan Sufyan (perawi hadis ini) melingkarkan jarinya membentuk angka sepuluh (membuat lingkaran dengan jari telunjuk dan ibu jari). Aku (Zainab binti Jahsy) bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah kita semua akan binasa padahal di antara kita banyak terdapat orang-orang saleh?’ Beliau menjawab, ‘Ya, jika banyak terjadi kemaksiatan’. (Shahih Muslim No.5128). Mengapa tanda-tanda itu benar-benar dijelaskan dengan detail bahkan dikisahkan Rasulullah pernah naik mimbar dan berkhutbah sangat lama dengan disaksikan para sahabatnya? Karena hal ini sangat penting, hingga Beliau Shalallahu ‘alaihi wasallam benar-benar menyampaikan huru-hara akhir jaman hingga para sahabat seakan-akan melihat di depan mereka. Sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Zaid ibn Akhtab al-Anshari radhiyallahu ‘anhu bahwa, “Rasulullah mengimami kami pada shalat Subuh, kemudian naik ke atas mimbar, lalu beliau berkutbah kepada kami hingga Zuhur, kemudian Beliau turun lalu melakukan shalat.Kemudian Beliau naik ke mimbar lagi dan berkutbah hingga Ashar, kemudian Beliau turun dan shalat kemudian naik lagi ke atas mimbar dan berkutbah hingga matahari terbenam. Beliau mengabarkan pada kami tentang (fitnah) yang terjadi dan yang akan terjadi. Maka orang yang paling tahu di antara kami adalah orang yang paling hafal di antara kami”. Maka banyak sekali hadist tentang tanda-tanda kiamat tidak diragukan kebenarannya karena derajadnya hingga sahih mutawattir (hadist yang didengar dan diriwayatkan lebih dari 10 orang sahabat Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam).
Pertanyaan selanjutnya adalah, mengapa Rasulullah begitu berapi-api dan seriusnya dalam memberikan tanda-tanda akhir jaman kepada para sahabatnya? Tanda-tanda akhir jaman diberitakan secara serius karena saat-saat itulah kiamat belum terjadi dan saat itulah manusia masih diberikan hak asasi penuh oleh Allah untuk memilih mana yang baik dan mana yang buruk sebagaimana Allah berfirman dalam Surat Al-Jin: 14 (yang artinya) ,” Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang taat dan ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus”. Sedangkan setelah hari kiamat berlangsung, maka semua makhluk termasuk manusia benar-benar tunduk kepada keputusan Allah Ta’ala yang bersifat mutlak, pada hari itulah Allah Ta’ala benar-benar Maha Kuasa atas segala peristiwanya sebagaimana dalam Surat Al-Fatihah: 4 bahwa Allah berfirman, “Yang Menguasai Hari Pembalasan”. Maka dengan adanya tanda-tanda itulah kita bisa waspada dan bisa mencoba tuk merubah diri kita sebelum penyesalan terjadi.
Lalu apakah saat kehidupan kita ini sudah benar-benar mendekati hari kiamat?
Banyak tanda-tanda yang bisa kita lihat menjelang akhir jaman sebagaimana Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam telah menerangkannya secara lengkap (dapat dirujuk kitab Asyraatus Saa’ah: Tanda-Tanda akhir jaman ditulis oleh Yusuf ibn Abdillah Ibn Yusuf al-Wabil terbitan pustaka Ibnu Katsir. Kitab tersebut merupakan terjemahan terbaik dalam Bahasa Indonesia). Akan tetapi banyak orang beriman menyatakan bahwa hari kiamat saat ini terlihat masih lama, karena kiamat baru akan terjadi saat tidak ada orang yang mengucapkan kalimat syahadat, dan saat ituah seburuk-buruk makhluk yang akan menguasai bumi. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Belum akan kiamat sehingga tidak ada lagi di muka bumi orang yang menyebut "Allah, Allah." (HR. Muslim) dan dalam hadist lain Rasulullah bersabda, “Tibanya kiamat atas makhluk-makhluk yang jahat” (HR. Muslim) artinya manusia saat itu benar-benar bukanlah manusia secara hakekat, namun mereka bagai binatang dimana karakter mereka disebutkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, dalam hadist An-Nawwas radhiyallahu ‘anhu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Dan yang tersisa adalah seburuk-buruk manusia, mereka melakukan hubungan intim di dalamnya bagaikan keledai, maka pada merekalah kiamat akan terjadi” (HR. Muslim). Lantas dimanakah mereka yang beriman dan baik hatinya? Maka Rasulullah Shalallahu ‘alahi wasallam bersabda, “Tiba-tiba saja Allah mengutus angin yang lembut, sehingga mengambil (ruh) mereka dari bawah ketiak-ketiak mereka, lalu diambillah setiap ruh mukmin dan muslim dan yang tersisa hanyalah manusia yang paling durjana. Mereka menggauli wanita mereka secara terang-terangan bagai keledai, maka kepada merekalah kiamat akan terjadi” (HR. Muslim diriwayatkan oleh An-Nawwas radhiyallahu ‘anhu). Maka tak ada lagi orang beriman saat itu, sehingga saat ini kita bisa katakan bahwa kiamat masih jauh menurut perhitungan kita dan secara logika manusia ini adalah benar. Namun pertanyaan brikutnya, akankah kita masih aman dari jauhnya kiamat ini? Maka marilah kita simak hadist di bawah ini:
HADIST RASULULLAH TENTANG PERIODE KEPEMIMPINAN GLOBAL
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda, “Periode an-Nubuwwah (kenabian) akan berlangsung pada kalian dalam beberapa tahun, kemudian Allah mengangkatnya, setelah itu datang periode khilafatun ‘ala minhaj an-Nubuwwah (kekhalifahan atas manhaj kenabian), selama beberapa masa hingga Allah ta’aala mengangkatnya, kemudian datang periode mulkan aadhdhon (penguasa-penguasa yang menggigit) selama beberapa masa, selanjutnya datang periode mulkan jabbariyyan (penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak) dalam beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah ta’aala, setelah itu akan terulang kembali periode khilafatun ‘ala minhaj an-Nubuwwah. Kemudian Nabi Muhammad saw diam.” (HR Ahmad 17680).
BILA KITA TELAAH:
Apabila kita merenungkan hadist di atas, maka dapat kita tarik suatu hipotesa (pendapat sementara, karena kenyataannya hanya Allah Ta’ala Yang Maha Mengetahuinya) bahwa periode kehidupan “Ummat Muhammad” hanya terdiri atas lima periode saja, yaitu periode Kenabian, Periode Kekhilafahan, Periode Monarki Islam, Periode Pemimpin yang menggunakan akal mereka, dan kembali lagi ke periode Kedua yaitu periode kekhilafahan yang sesuai dengan jaman kenabian.
a. Periode Pertama (p = 1 / I = 1):
Periode kenabian telah berlalu, dimana tiada lagi nabi setelah Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana Rasulullah sendiri bersabda, “Aku penutup para nabi. Tidak ada nabi lagi sesudah aku.” (HR. Ahmad dan Al Hakim), maka tatkala Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam diwafatkan hal itu secara otomatis telah berlalu masa kenabian. Adapun nabi-nabi yang diaku manusia setelahnya adalah pengakuan dusta yang hal ini merupakan tanda-tanda kiamat pula.
Tanda (p = 1 / I = 1) menandakan bahwa pemimpin yang memimpin Dunia Islam adalah pemimpin yang sangat kompeten untuk dijadikan model pemimpin. Rasulullah Muhammad Shallahu ‘alaihi wasallam benar-benar pemimpin yang berlandaskan wahyu Ilahi dan menguasai seluruh seluk beluk kenegaraan, keagamaan dan kerakyatan dengan dibangun oleh sebuah institusi kepemerintahan Islam yang sesungguhnya (sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah).
b. Periode Kedua (p = 1 / I = 1):
Periode ini pun telah berlalu. Periode ini terjadi setelah Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam wafat, beliau menunjuk Abu Bakar as-Siddiq radhiyallahu ‘anhu sebagai pengganti beliau. Tidak diragukan lagi bahwa sabahabat yang dijamin masuk syurga dan merupakan sahabat terbaik ini memerintah seluruh Dunia Islam sesuai dengan landasan Al-Qur’an dan As-Sunnah serta penuh dengan nilai-nilai agama dan keadilan. Keadaan ini berlanjut kepada pemeritahan Umar Ibn Khaththab radhiyallahu ‘anhu, saat ini pemerintahan benar-benar penuh kedamaian landasan yang digunakan tetap hukum Allah sesuai dengan apa yang dicontohkan Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam.
Fitnah mulai muncul tatkala kekhalifahan dipimpin oleh Sahabat Utsman Ibn Affan radhiyallahu ‘anhu. Jaman ini mulai muncul perpecahan-perpecahan pendapat di kalangan kaum Muslimin khususnya yang baru memeluk Islam saat detik-detik meninggalnya Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi wasallam, iman mereka masih tipis akan tetapi permasalahan ummat semakin kompleks karena secara kuantitas, fisik, budaya dan politik telah mengalami kemajemukan yang sangat meluas. Akan tetapi jaman pemerintahan Utsman Ibn Affan radhiyallahu ‘anhu masih tetap berpegang teguh pada jejak-jejak wahyu, khalifah juga masih memimpin dengan benar-benar berdasarkan dua konstitusi utama ummat Islam yaitu Al-Qur’an dan Sunnah. Pada jaman ini keturunan bukan merupakan landasan utama untuk memilih pemimpin, adapun pemimpin dipilih berdasarkan musyawarah besar para ulama (pada saat itu adalah sahabat-sahabat senior Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi wasallam).
Fitnah bertambah besar tatkala kekhalifahan dipimpin oleh Ali Ibn Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, permasalahan-permasalahan masyarakat mulai kompleks. Saat itu muncul berbagai pemahaman yang sangat bertentangan dengan Islam, sesat dan menyesatkan seperti paham khawarij, mu’tazillah dan beberapa benih-benih pemahaman sesat lainnya. Akan tetapi Ali Ibn Abi Thalib yang merupakan keponakan Rasulullah Muhammad Shallahu ‘alaihi wasallam merupakan pemimpin yang adil dan teguh dalam memegang jejak-jejak wahyu, beliau tetap berpegang dengan nilai-nilai dan hukum-hukum Islam. Institusi pemerintahan saat itu berlandaskan pemerintahan yang sesuai dengan kaidah-kaidah Islam, konsitusi adalah Al-Qur’an dan Sunnah, keputusan dilakukan berdasarkan musyawarah mufakat yang digelar oleh para ahli ilmu (Ilmu tentang Al-Qur’an dan Sunnah dan bidang-bidang yang digelutinya) sehingga keputusan dilandaskan atas dasar kaidah-kaidah Al-Qur’an dan Sunnah bukan atas dasar kepentingan semata atau atas dasar akal yang kini banyak disaksikan pada negara-negara demokrasi.
c. Periode Ketiga (p = 0 / I = 1)
Masa ini teradi setelah Ali Ibn Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu wafat, kondisi Ummat Islam semakin terpecah belah dan muncul beberapa clan berdasarkan keturunan. Kekhalifahan bukan dipilih berdasarkan musyawarah para ulama, akan tetapi dipilih berdasarkan kaidah monarki (kerajaan) yang mengutamakan keturunan sebagai pengganti kepemimpinan. Sebagaimana diketahui bersama bahwa pada periode ini muncul beberapa Dinasti yang disebut Bani, seperti Bani Umayyah, serta Bani Abasiyyah yang cukup terkenal dan memberikan banyak masukan sejarah Islam. Khalifah yang saat itu lebih pantas bila disebut Raja atau Sultan memerintah dengan menekan rakyatnya, para Sultan merasa memiliki kekuasaan dalam pemerintahan dan dalam mengatur kemaslahatan agama Islam. Jaman ini juga penuh dengan fitnah yang muncul dari para Sultan dan beberapa masyarakat yang mencoba mendekati sultan. Banyak sultan yang kejam dan menyimpang, namun ada juga sultan yang diberi rahmat oleh Allah sebagaimana Ummar Ibn Abdul ‘Aziz dan Harun al-Rasyid rahimahumullahu ‘ajma’in.
Walaupun sistem kepemimpinan beralih kepada sistem monarki, akan tetapi institusinya masih sangat erat dengan kaidah-kaidah Islam khususnya dalam landasan pemerintahan (konstitusi) yaitu sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah. Simbol-simbol kerajaan merupakan simbol-simbol Islam, beberapa hal yang dipegang teguh oleh aturan kerajaan adalah berdasarkan musyawarah mufakat yang dikembalikan pada Al-Qur’an dan Sunnah. Semangat menyebarkan agama juga masih sangat tampak, baik melalui jihad berupa pertempuran maupun jihad melalui penyebaran ilmu agama. Sebagaimana diketahui bahwa muncul banyak sekali ulama-ulama besar dalam bidang fikih seperti Imam Abu Hanifah, Imam Ahmad ibn Hambal, Imam Syafi’ie, dan Imam Malik rahimahumullah. Ulama dalam bidang hadist seperti Imam Nawawi, Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Tirmidzi dan yang lainnya serta ulama-ulama terkenal seperti Syaikhul Islam Ibnu Thaimiyyah dan Ibnul Qayyim al-Jauziyyah rahimahumullah. Sebagian besar para ulama tersebut diangkat sebagai penasehat kerajaan, akan tetapi tak sedikit yang disiksa oleh pemerintah bila terkesan menghambat jalannya pemerintahan dan fatwa-fatwa para ulama tersebut karena tidak sesuai dengan agenda kerajaan. Akan tetapi secara garis besar Islam masih dipakai sebagai pandangan hidup dan simbol-simbol Islam masih benar-benar dipakai dan dibanggakan.
Jaman ini merupakan jaman yang mengalami penurunan dari cahaya Islam menuju cahaya kegelapan. Fitnah banyak terjadi di mana-mana, tipuan dan muslihat banyak menimpa Kaum Muslimin, yang buruk dijadikan baik dan yang baik dijadikan buruk. Perebutan kekuasaan, pembunuhan dan kekacauan mulai terlihat jelas begitupula perpecahan dalam hal yang kecil hingga prinsip. Tanda-tanda kiamat mulai banyak bermunculan, jaman ini usianya cukup panjang yaitu sekitar seribu tahun lebih namun saat ini kemungkinan besar era dan periode ini telah berakhir, karena semenjak Turki Utsmani runtuh pada tahun 1924 Masehi maka runtuh pula pengagungan manusia atas hukum Islam dan syariatnya. Semenjak itu symbol-simbol Islam telah disamarkan dan tidak lagi diagungkan dan pada jaman itu pula periode (menurut hadist di atas) bergeser ke periode selanjutnya. Simbol yang disertakan (simbol ini sedikit banyak disesuaikan dengan slide Ust. M. Ihsan Tanjung) yaitu p = 0 / I = 1, artinya adalah: pemerintahan sudah mulai memburuk dan banyak terjadi ketidaknormalan dalam sistem kepemimpinan, gaya kepemimpinan juga kurang (bahkan ada yang sangat tidak) ideal, akan tetapi institusi kepemerintahan masih dalam tahap yang baik, sistem undang-undang dan simbol-simbol serta sebagian fatwa masih menggunakan Islam dan Islam masih benar-benar dijadikan pandangan hidup.
d. Periode Keempat (p = 0 / I = 0)
Periode ini merupakan periode paling kelam dalam sejarah Umat Muslim di dunia dan tatkala Umat Muslim ini sudah lebur maka kiamat benar-benar akan terjadi. Akan tetapi ternyata periode keempat ini bukanlah periode akhir karena terdapat periode terakhir sebelum kehancuran total terjadi. Hanya saja periode ini menuntut Kaum Muslimin dan Mukminin benar-benar memantabkan imannya karena fitnah pada jaman ini benar-benar dahsyat. Periode ini terjadi saat kita hidup di dunia ini, periode awal dari fitnah yang semakin mencekam hingga diperkirakan (Allahu a’lam) muncul Dajjal yang sebenarnya.
Demikian pula Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu menceritakan apa yg beliau alami dari peringatan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam terhadap fitnah, “Kami dahulu duduk-duduk bersama Nabi maka beliau menyebut fitnah dan berulang kali menyebutnya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasalam juga menyatakan: ‘Segeralah beramal fitnah-fitnah seakan potongan-potongan malam yg gelap seorang di waktu pagi sebagai mukmin dan masuk sore menjadi kafir atau di waktu sore sebagai mukmin di waktu pagi menjadi kafir ia menukar agama dgn harta benda dunia”. Kalau kita lihat jaman sekarang benar-benar merupakan jaman yang sangat gelap, cahaya Islam mulai redup akan tetapi Allah Ta’ala tidak hendak mematikannya karena Ia telah berjanji bahwa setiap jaman terdapat Ath-Tha’ifah al-Manshurah (orang-orang yang diselamatkan/berpegang teguh pada jalan Allah). Hal ini sebagaimana hadist dalam riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim rahimahumullah telah meriwayatkan di dalam Kitab Shahihnya, dari Mu'awiyah radiallahu 'anhu dari Nabi shalallahu 'alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda: "Akan senantiasa ada dari sekelompok umatku melantangkan kebenaran. Tidak memudharatkan mereka siapa yang menyelisihinya dan tidak pula siapa yang meninggalkan mereka sampai datang keputusan Allah sementara mereka tetap demikian."
Fitnah akhir jaman yang disebutkan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam pun sangat banyak bermunculan. Kondisi ini telah diprediksi oleh Rasulullah sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Beliau Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Zaman-zaman akan saling berdekatan amalan akan berkurang sifat pelit akan diberikan fitnah dan haraj akan banyak”. Para shahabat berkata “Apakah (haraj) itu?” Beliau menjawab “Pembunuhan“.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam juga menyatakan: “Segeralah beramal! fitnah-fitnah seakan potongan-potongan malam yg gelap, seorang di waktu pagi sebagai mukmin dan masuk sore menjadi kafir atau di waktu sore sebagai mukmin di waktu pagi menjadi kafir ia menukar agama dgn harta benda dunia”. Masya Allah, dan sekaranglah kita lihat jaman ini banyak bermunculan hal seperti itu na’udzubillah min dzaalik. Apakah benar kondisi ini adalah sudah muncul di jaman ini? Hanya Allah yang tahu, akan tetapi melalui pengamatan dan penelaahan yang ada, maka jaman inilah apa yang dinyatakan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam itu kemungkinan besar telah muncul. Bukti sudah banyak saat ini, pemantik paling bahaya dari kondisi ini adalah “Jaringan Islam Liberal (JIL)”
Pada awal mulanya JIL mengajarkan bahwa Kaum Muslimin harus menghormati orang beragama lain, hal ini adalah benar dan dibenarkan oleh Islam karena Islam memang menghormati Hak Asasi Manusia untuk memilih dalam kehidupannya di dunia, masalah resiko masing-masing akan menanggungnya. Allah telah memberikan pandangan dan penjelasan detail melalui Al-Qur’an dan As-Sunnah tinggal manusialah yang diberi kebebasan untuk memilih yang benar atau yang sesat. Permasalahannya paham JIL tidak sampai di sini, mereka menyebarkan doktrin bahwa Kaum Muslimin harus menghormati agama lain dan begitupula kebenaran akidahnya, karena teori mereka berdasar pada filosofi “seperti menempuh banyak jalan untuk menuju Roma”. Paham JIL ini berpendapat bahwa semua agama adalah benar dan semua masuk surga kecuali bagi mereka yang melanggar hak asasi manusia (menurut versi mereka).
Pendapat JIL yang disebutkan di atas hanyalah salah satu dari pendapatnya yang ngawur, pendapat ini sangat berbahaya karena jelas-jelas menyalahi Al-Qur’an dan Sunnah. Allah Ta’ala telah berfirman, “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya (Ali-Imran: 19). Di ayat lain Allah juga berfirman, “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi” (Ali-Imran: 85). Sehingga pernyataan JIL yang menyatakan semua agama adalah benar dan jalan masuk syurga sangat menyalahi ayat-ayat Al-Qur’an. Sedangkan orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Al-Qur’an (tidak perlu seluruhnya, sebagian saja) merupakan salah satu pembatal keimanan yang sangat telak (lihat kitab pembatal-pembatal keimanan). Kita lihat beberapa ayat ancaman bagi orang-orang yang tidak beriman pada ayat-ayat Allah. Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memamg tidak dibenarkan dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa yang pedih” (Ali-Imran: 21). Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya” (Ali-Imran: 19). Allah Ta’ala berfirman, “Sebelum (Al-Quran), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al-Furqaan. Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan (siksa)” (Ali-Imran: 4). Allah Ta’ala berfirman, “Dan orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah dan pertemuan dengan Dia, mereka putus asa dari rahmat-Ku, dan mereka itu mendapat azab yang pedih” (Al-Ankabut: 23). Allah Ta’ala berfirman, “Kepunyaan-Nyalah kunci-kunci (perbendaharaan) langit dan bumi. Dan orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, mereka itulah orang-orang yang merugi” (Az-Zumar: 63).
Maka telah kuat dasar bahwa JIL adalah pemantik utama kondisi berbolak-baliknya iman manusia. Bila kita lihat, orang-orang pendukung gerakan JIL mereka sholat, puasa, zakat dan juga haji. Akan tetapi mereka juga di lain waktu menyatakan bahwa ayat-ayat Al-Qur’an belum final dan perlu ditimbang lagi dengan ilmu sains, Islam bukanlah satu-satunya agama yang benar dan selainnya yang menyebabkan kekufuran. Hal ini berarti sangat dimungkinkan bila pagi saat mereka melakukan shalat subuh ia bersyahadat, siangnya saat ia memberikan ceramah ia membatalkan keimanannya (Allahu a’lam).
Ilustrasi juga sempat diberikan dalam kajian tentang hal ini adalah, “Seorang pekerja yang ia pada pagi harinya berdoa ‘Kami bangun di pagi ini dan segala kekuasaan adalah milik Allah. Segala Puji Bagi Allah, tiada tuhan yang dapat diibadahi secara benar kecuali Allah dan tiada sekutu bagiNya…’. Dalam kondisi ini ia beriman dan meyakini bahwa Allah Maha Kuasa dan Maha Benar atas janji-janjiNya serta Maha Benar atas apa yang dituliskan dalam kitabNya dan apa yang disampaikan RasulNya. Akan tetapi setelah dia di kantor, dia pun break pada siang harinya. Masya Allah, dia makan bareng bersama temannya yang ahli liberal, temannya mengatakan, ‘Mengapa kamu hanya memandang Islam itu yang benar, bukankah kita hidup di negara Indonesia yang harusnya kita menganut paham Nasionalisme? Semua agama benar karena mereka menyembah Tuhan kan? Hanya jalannya saja yang beda, sebagaimana ada banyak jalan menuju Mekkah. Lihatlah Ibunda Teresa, yang ia beragama Nasrani, beliau dengan sabarnya menuju ke daratan Tibet yang sangat miskin, beliau rela bersama orang-orang berpenyakit kusta dan kudisan, apakah Ibunda Teresa sebaik itu masuk ke neraka?”. Dasar orang polos dan pendiam, dia makan sambil manggut-manggut, dan yang satu makan sambil ngemimil terus. Si polos ini mendengarkan sambil ia berpikir terus mengenai pernyataan temannya Si Liberal. Setelah pulang, pemikirannya pun ganti, sambil membaca dzikir sore ia pun mulai meragukan ayat Allah yang menyatakan “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam” (ali Imran: 19). Sehingga lunturlah keimanannnya, dan inilah yang dikhawatirkan ia masuk ke dalam hadist Akhir zaman, bahwa pagi beriman sore kafir begitupula sebaliknya.
Periode keempat ini diperkirakan merupakan periode paling kelam dalam sejarah keislaman hingga menuju periode puncak. Adapun masa-masa pergantian periode ini ditandai dengan peristiwa-peristiwa besar yang merupakan transisi dari kedua periode, yaitu:
a) Dilahirkannya al-Mahdi: Al-Mahdi yang kita bahas adalah Al-Mahdi menurut versi ahlu assunnah wal jama’ah. Bahwa ia adalah bernama seperti Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam dan nama ayahnya juga seperti nama ayah Beliau. Imam Mahdi inilah yang akan memimpin pasukan perang untuk menggempur pasukan besar Yahudi yang berusaha membinasakan Kaum Muslimin. Kaum Yahudi ini tidak mau bila Kaum Muslimin mengekang hak-hak kebebasan dengan syariatnya, karena pada dasarnya Yahudi adalah ummat yang benci dengan kerasulan Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam. Kaum Yahudi ini dipimpin oleh pemimpin utama mereka, yaitu al Masih Adajjal La’natullah. Pertempuran dengan Yahudi ini telah dinyatakan dalam wahyu nubuwah Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam, dimana Baliau bersabda, “Tidak akan datang hari kiamat sehingga kaum muslimin memerangi kaum Yahudi dan membunuh mereka. Sehingga, bersembunyilah orang-orang Yahudi di belakang batu atau kayu, kemudian batu atau kayu itu berkata, ‘Wahai orang muslim, wahai hamba Allah, ini ada orang Yahudi di belakang saya, kemarilah dan bunuhlah dia!’ Kecuali pohon Gharqad (yang tidak berbuat demikian) karena ia termasuk pohon Yahudi” (Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah). Hadist lain yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari diambil dari keterangan dengan sanad tersambung hingga dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam. Bersabda, “Kalian akan diperangi oleh bangsa Yahudi. Lalu, kalian diberi kemenangan atas mereka, sampai-sampai batu pun akan berbicara, ‘Hai muslim, ini seorang Yahudi di balikku, bunuhlah ia!”. Dari dahulu hingga saat ini dan sampai masa mendatang, memang Yahudi adalah makhluk Allah berupa manusia paling cerdas dan pintar dalam akal dan otak mereka, namun paling bandel dan membangkang. Mereka merupakan kaum yang tak senang dengan ajaran Nabi Musa ‘alaihisallam dan membuat ajaran sendiri dengan mengubah Kitab Taurat mereka. Allah pun berkehendak membinasakan umat yang tersisa dalam menghafal Taurat dan membinasakan pula isi tauratnya dan disempurnakan ke dalam Kitab Injil. Kejadian yang sama dikehendaki pula oleh Allah dan disempurnakanlah dalam Kitab Al-Qur’an dan Allah tidak menghendaki kebinasaan Al-Qur’an, karena menjelang kiamat Al-Qur’an dan tulisan-tulisannya (walau satu ayat) akan diambil oleh Allah langsung. Dimana malamnya tulisan itu masih ada akan tetapi paginya sudah tiada dan yang tersisa hanyalah lembaran kosong saja. Allahu a’lam.
b) Munculnya al-Masih ad-Dajjal la’natullah: Dajjal adalah seorang laki-laki dari anak Adam yang memiliki sejumlah sifat sebagaimana dalam beberapa hadits agar manusia mengetahuinya dan berhati-hati terhadapnya, sehingga apabila kelak ia muncul maka orang-orang mukmin dapat mengenalnya serta tidak terfitnah olehnya. Sifat-sifat inilah yang membedakannya dari manusia lainnya sehingga tidak tertipu olehnya kecuali orang yang jahil yang bakal celaka. Kita memohon keselamatan kepada Allah.
DI ANTARA SIFAT-SIFAT DAJJAL
Dia adalah seorang muda yang berkulit merah, pendek, berambut keriting, dahinya lebar, pundaknya bidang, matanya yang sebelah kanan buta, dan matanya ini tidak menonjol keluar juga tidak tenggelam, seolah-oleh buah anggur yang masak (tak bercahaya) dan matanya sebelah kiri ditumbuhi daging yang tebal pada sudutnya. Di antara kedua matanya terdapat tulisan huruf kaf, fa', ra' secara terpisah, atau tulisan "kafir" secara bersambung / berangkai, yang dapat dibaca oleh setiap muslim yang bisa menulis maupun yang tidak bisa menulis. Dan di antara tandanya lagi ialah mandul, tidak punya anak.
Dalam hadist disebutkan, “Sesungguhnya Allah Ta'ala itu tidak buta sebelah matanya. Ketahuilah. sesungguhnya Al-Masih Ad-Dajjal itu buta.sebelah matanya yang kanan, seakan-akan matanya itu buah anggur yang tersembul" (Shahih Bukhari, Kitabul Fitan. Bab Dzikrid Dajjal 13: 90; dan Shahih Muslim, Kitabul Fitan wa Asy-rothis Sa'ah, Bab Dzikrid Dajjal 18: 59). Menyangkut sifat-sifat Dajjal ini bisa lebih detail dilihat pada buku berjudul Kitabul Fitan wa Asy-rothis Sa'ah (Ensiklopedia Hari Kiamat). Dajjal ini memimpin 70 ribu Yahudi yang mereka akan berperang dengan Al-Mahdi dan Dajjal sendiri akan dikejar dan dibunuh oleh Isa al-Masih. Dua al-Masih akan bertempur dengan membawa panji-panji mereka, yang satu (al-Masih Ad-Dajjal) adalah al-Masih dengan arti ‘Pembohong” dan yang satu (Isa al-Masih) dengan arti penyelamat. Pada era ini merupakan puncak fitnah terbesar, dimana banyak orang yang terjebak oleh kejahatannya dan mati dalam keadaan kafir. Fitnah Dajjal sangat luar biasa, karena Allah mengijinkannya untuk dapat mengidupkan orang mati dan dapat menurunkan hujan serta menumbuhkan tanaman. Dia yang semula mengaku orang shalih, lama-lama mengaku nabi dan lama-lama mengaku Tuhan, banyak orang terkecoh padanya khususnya yang cinta dunia. Mereka cinta harta dunia dan Dajjal bisa memberikannya atas ijin Allah Ta’ala dengan kemudahan-kemudahan dan kekuatan yang diberikan padanya, akhirnya banyak orang yang menyatakan tunduk pada Dajjal dan mati menjadi kafir…na’udzubillah tsumma na’udzubillah, untuk itulah Rasulullah menyatakan bahwa syurganya Dajjal adalah nerakanya Allah dan nerakanya Dajjal adalah Syurganya Allah. Allahu a’lam, dan semoga kita terhindar dari fitnah kejinya.
Pada periode ini, suasana kembali kepada masa periode kedua, yaitu kekhalifahan yang memegang pemerintahan berdasarkan hukum Islam dan nilai-nilai nubuwah sebagaimana kekhalifahan di jaman Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali radhiyallahu ‘anhumma ajma’in. Jaman ini dipimpin oleh al-Mahdi dimana hal ini telah dinyatakan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam sesuai dengan hadits Abdullah ibn Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Kiamat tidak akan terjadi sampai semua manusia dipimpin oleh seseorang dari Ahlulbaitku. Namanya sama dengan namaku, nama ayahnya sama dengan nama ayahku. Ia akan memenuhi bumi dengan keadilan.” Periode ini merupakan periode yang sangat singkat dan hanya berlangsung beberapa tahun saja (banyak yang menyatakan selama 40 tahun saja). Setelah periode ini Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam tidak meneruskan pembicaraannya, dan setelah periode ini diperkirakan manusia menjadi sebenar-benar manusia yang sangat jelek. Di situlah angin sejuk dan lembut mulai mencabut nyawa orang-orang beriman walau sebiji sawi dan yang tertinggal hanyalah manusia-manusia yang tiada bedanya dengan binatang, dan dari situlah kiamat al-Kubra terjadi.
Kesimpulan:
1. Berdasarkan Hadist Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam yang telah dicantumkan di atas, bahwa saat ini dunia menginjak periodisasi ke IV, yaitu periodisasi paling kelam dalam sejarah Islam dan paling banyak terjadi fitnah dengan fitnah terbesar yang akan muncul pada akhir periode ini.
2. Kita harus selalu wasapada dan mempertebal keimanan kita pada Allah Ta’ala serta tidak menyerah pada keadaan, karena Allah memerintahkan kita untuk berusaha dan menyertai kita bila kita beriman padaNya.
3. Berusahalah untuk menjadi ath-Thaa’ifah al-Manshurah (golongan yang mendapat pertolongan) di tengah-tengah kondisi ini, yaitu orang-orang yang tetap memegang teguh kedua pusaka Kaum Muslimin (Al-Qur’an dan as-Sunnah) walau beratnya sebagaimana memegang bara api. Karena panas itu hanya di dunia dan menyejukkan di akhirnya (akhirat). Sebagaimana disebutkan dalam hadist Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, bahwa Beliau bersabda, “Akan senantiasa ada satu kelompok dari umatku yang meraih kemenangan (karena berada) di atas kebenaran, orang-orang yang menelantarkan mereka tidak akan mampu menimbulkan bahaya kepada mereka, sampai datangnya urusan Allah sementara keadaan mereka tetap seperti itu” (HR. Muslim: Kitabul Imarah no. 3544 dan Tirmidzi: Kitabul fitan no. 2155). Dalam hadist lainnya disebutkan, “Akan senantiasa ada satu kelompok dari umatku yang berperang di atas urusan Allah. Mereka mengalahkan musuh-musuh mereka. Orang-orang yang memusuhi mereka tidak akan mampu menimpakan bahaya kepada mereka sampai datangnya kiamat, sementara keadaan mereka tetap konsisten seperti itu” (HR. Muslim: Kitabul imarah no. 3550). Dan perintah memegang teguh Al-Qur’an dan Sunnah dinyatakan dalam pernyataan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, Beliau bersabda, “Akan datang kepada umatku apa yang telah datang kepada Bani Israil sama persis dan tidak berbeda sampai seandainya ada pada mereka orang yang menikahi ibunya terang-terangan maka akan ada pada umatku orang yang melakukan seperti itu, sesungguhnya Bani Israil telah berpecah belah menjadi tujuh puluh satu golongan dan umatku akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan semuanya di neraka kecuali satu. Ada yang bertanya : siapakah yang satu itu wahai Rasulullah ? Beliau menjawab : (yang berada diatas) apa yang aku dan sahabatku berada padanya sekarang" (Dari Abdullah bin Amr ibn Al-Ash rdhiyallahu ‘anhu dengan sanad Hasan). Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda, “Sesungguhnya ada setelah kalian hari-hari kesabaran, orang yang berpegang teguh kepada apa yang kalian ada atasnya pada waktu itu mendapat pahala lima puluh orang dari kalian”.
Demikian beberapa hal yang disampaikan dalam Kajian Tematik yang diadakan di Masjid An-Nur Jagalan Saleyer pada tanggal 3 Rajab 1432 (5 Juni 2011). Hal-hal yang berkenaan dengan isi materi ini telah ditambah dan dikurang tanpa menghilangkan poin-poin yang utama dan penting. Apabila ada kebenaran di dalamnya hal itu merupakan anugerah dari Allah Ta’ala dan apabila ada kesalahan dalam penulisan atau hal-hal lain, maka itu adalah kelemahan penulis dalam hal ilmu, sehingga mohon koreksinya apabila di dalamnya terdapat kesalahan-kesalahan yang harus disunting kembali. Jazaakumullahu Khoiro (semoga kalian mendapat kebaikan dari Allah).
Walhamdulillahirrabbil ‘alamin.
Malang, 11 Rajab 1432 H (13 Juni 2011)
@nd.
File PDF dapat dicopy 'GRATIS' di alamat:
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Berdiskusi...Tangan Kami Terbuka Insya Allah