HABIS GELAP TERBITLAH TERANG
Segala Puji Bagi Allah, Tuhan Yang Maha Mengetahui. Semoga shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi sekaligus Utusan Allah, Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa ala ‘alihi wasallam. Amma ba’d.
Judul yang kini dipaparkan dalam artikel ini sangat mirip dengan buku yang ditulis oleh seseorang yang dinobatkan Indonesia sebagai pahlawan wanita, “R.A. KARTINI”. Begitupula mayoritas kaum wanita dan ibu di Indonesia sangat kagum sekali dengan perjuangan dan pandangan beliau. Buku itu intinya mengajarkan bahwa wanita bukanlah budak belian yang hanya bisa melayani nafsu lelaki, duduk-duduk di rumah serta pasif dalam masalah negara dan politik. Wanita haruslah sama dengan lelaki, wanita juga harus kerja sebagaimana lelaki, bekerja sama dengan mereka menciptakan suatu karier yang mendobrak bangsa ini melalui gaya sebagaimana pemuda-pemuda Eropa.
Secara sekilas RA Kartini melihat kondisi yang mengenaskan pada wanita saat itu, wanita yang dijajah oleh Belanda dan ditekan sedemikian rupa. Banyak wanita yang dijadikan boneka untuk melayani hal-hal yang sangat tidak manusiawi serta dikekang dalam beberapa hal. Namun, ajaran yang dilontarkan Kartini memiliki pengaruh yang sangat besar dan urgen pada wanita secara mayoritas saat ini dan pada bangsa ini. Ajaran persamaan gender yang dilontarkan Kartini turut menyumbang perubahan besar generasi muda khususnya para wanita.
Apabila kita melihat kondisi riil saat ini, banyak sekali kaum wanita yang melakukan pekerjaan-pekerjaan karier yang menuntut mereka sering ke luar rumahnya dengan alasan bahwa saat ini tidak ada lagi perbedaan gender, laki-laki dan perempuan sama. Sehingga bila dipikir lebih jauh buku yang ditulis oleh Kartini itu bisa menjadi positif bila disesuaikan dengan ajaran Al-Qur’an dan Sunnah, namun bisa menjadi negatif bila disesuaikan dengan hawa nafsu. Sayangnya, saat ini hawa nafsulah yang lebih mendominasi daripada fitrah manusia.
Jauh hari Islam telah mengajarkan bahwa wanita sebagai pemegang peran penting dalam pembangunan bangsa dan negara. Wanita sangat berperan penting dalam membangun generasi muda yang tangguh dan mampu mendobrak serangan musuh melalui sarang rumahnya. Emansipasi wanita juga turut diajarkan dalam Islam, sebagaimana seluruh Kaum Muslimin dituntut untuk menuntut ilmu hingga wafatnya, hal ini tidak hanya laki-laki namun kaum Ibu juga diwajibkan atas hal itu. Peran wanita juga dijunjung tinggi dengan derajad yang sangat tinggi, sebagaimana wanita tidak boleh didurhakai oleh anaknya bagaimana pun alasannya kecuali menentang perintah Allah.
Dalam beberapa hal tertentu, Islam melarang wanita melakukan beberapa hal yang itu dibolehkan oleh kaum laki-laki. Wanita diperintah melakukan sesuatu yang itu tidak diperintah kepada kaum laki-laki, namun bagitupula sebaliknya. Sebagaimana contoh, wanita dilarang memakai parfum bila keluar rumah, menuju masjid (kecuali di dalam rumah dan dihadapan suaminya), namun boleh untuk laki-laki. Wanita diharuskan menutup seluruh tubuhnya kecuali wajah (ada perbedaan pendapat) dan telapak tangannya, sedangkan laki-laki hanyalah antara pusar hingga lututnya. Di sisi lain wanita diperkenankan memakai emas, perak dan sutera sedangkan laki-laki dilarang memakai hal itu. Wanita dilarang keluar rumahnya kecuali dalam hal penting, terlebih bila melalui massa iddah (masa menunggu karena dicerai atau ditinggal mati suaminya). Semua ini adalah karena kasih sayang Allah atas wanita itu sendiri, bukan pengekangan terhadap hak kaum wanita untuk berkarier, untuk bekerja, untuk keluar rumah dan sebagainya. Wanita diperintahkan melayani suami dalam hal seksual maupun dalam hal kerumahtanggaan, karena memang itulah fitrah yang diciptakan oleh Allah kepada mereka, namun betapa besar jasa-jasa mereka tatkala mereka mengambil peran itu dengan benar sesuai ajaran Islam. Syurgalah tempat wanita tinggal kelak bila mereka bertakwa.
Coba kita tengok bagaimana Islam menjunjung wanita:
1. Allah telah menurunkan Al-Qur’an yang dinamakan Surat An-Nisaa’ yang artinya wanita. Dan tidak ada Surat yang dinamakan Ar-Rijal atau dalam kosakata yang lain yang berarti pria.
2. Dalam hal hukuman terhadap seseorang yang menuduh keji seorang wanita, maka hukumannya begitu beratnya. Allah berfirman, “Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik” (An-Nur: 4).
3. Ibu dan bapak sangat dihargai dalam Islam, Allah berfirman, “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri" (Al-Ahqaf: 15).
4. Keutamaan menuntut ilmu adalah tidak hanya dikhususkan bagi laki-laki. Kaum wanita adalah wajib menuntutu ilmu sebagai bekal pendidikan untuk anak-anaknya kelak.
5. Dalam hal warisan, wanita di jaman jahiliyah baik di wilayah Hijaz maupun di Indonesia mayoritas adat menyatakan bahwa mereka tidak berhak mendapatkan warisan, tidak saling mewarisi dan tidak mendapatkan harta suami bila dicerai. Maka Islam memberikan bantahan dan memuliakan mereka dengan Firman Allah (yang artinya), “Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan” (An-Nisa: 7). Dalam hal warisan laki-laki dan wanita sama, hanya saja perbandingannya yang berbeda, wanita ½ dari lelaki. Hal ini bukan tidak adil, karena bila kita lihat beban lelaki lebih berat dari beban wanita. Dan dalam masalah harta, Islam telah memberikan bobot yang sama walau itu dari pintu yang berbeda. Kita lihat seorang laki-laki: Harta yang mereka dapatkan adalah dari Harta Waris dan dari nafkah yang wajib ia cari (Baik melalui kerja atau ghanimah bila memang harus bertempur dengan musuh); sedangkan wanita: harta yang mereka peroleh adalah dari Harta Waris dan dari nafkah yang diberikan suami untuk mereka. Keduanya sama-sama mendapatkan harta waris dan nafkah, hanya saja beban dan tanggung jawabnya yang berbeda. Suami kerja mencari nafkah yang merupakan kewajiban mereka, istri mengurus rumah tangga di rumah dan membimbing anak-anak mereka yang juga merupakan kewajiban mereka. Beban mereka sama, namun tugas mereka berbeda. Inilah bentuk manajemen organisasi rumah tangga khususnya dalam rangkaian pembagian tugas yang sangat terstruktur dalam Islam.
6. Kisah para ulama terdahulu dan sekarang yang hanif dalam hidupnya, sebagaimana Imam Bukhari, Imam Syafi’I serta Syaikh Utsaimin, Syaikh Ibn Baz, beberapa wali di Indonesia serta ulama lainnya. Mereka sukses dunia dan akherat karena peran orang tua mereka, khususnya ibu mereka dalam mendidik dan membina mereka dalam bimbingan Al-Qur’an dan Sunnah, membangun mental mereka dengan motivasi akherat serta memberikan mereka bekal ilmu pengetahuan dunia secara tepat dan tidak dengan obsesi yang salah (hanya untuk mencari dunia semata).
Refleksi masa kini:
Namun kini banyak orang yang menganggap buku rujukan Kartini berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang” adalah buku rujukan spesial bagi wanita. Buku itu seakan-akan menjadikan wanita sebagai penanding bagi peran laki-laki. Percampur bauran laki-laki dan wanita dalam kantor, perusahaan, pemerintahan dan politik organisasi apapun jenisnya, bahkan dalam keolahragaan seakan-akan hal ini didasari oleh kitab karangan Kartini yang saat ini sedang gencar didukung oleh lembaga nasional hingga internasional.
Generasi muda yang lahir dari rahim-rahim mereka sedikit sekali yang merasakan kasih sayang secara penuh akan peran ibunya. Semenjak lahir, ia hanya diberi kasih sayang hanya beberapa hari saat cuti kerja waktu melahirkan saja. Setelah Sang Ibu bekerja, ia diberi kasih sayang hanya beberapa jam saat jam-jam istirahat saja, itu pun tidak optimal. Selebihnya pembantulah yang melakukan tugas merawat, mendidik dan memberikan asuhan dan arahan kepada Sang Generasi Muda. Padahal ahli psikologis sangat memahami hal ini, bahwa sang ibu dalam mendidik anak-anaknya sangat beda jauh hasilnya apabila diberikan kepada pembantu, penyebabnya adalah karena secara psikologis pembantu mendidik mereka hanya karena beban tanggung jawab saja, mereka dengan dominan hanya memikirkan uang dan uang walau sedikit yang tidak demikian. Banyak sekali kasus penculikan anak oleh pembantu yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Namun bila Sang Ibu yang merawat mereka, dari sisi kedekatan psikologis, hubungan darah dan nasab sangat dekat sehingga betapapun rewel anaknya sang ibu dengan ikhlas memberikan yang terbaik pada mereka, kecuali ibu yang tidak normal. Kini bila ibu sibuk mencari uang dengan alasan untuk menambah pendapatan padahal rumah tangganya sudah berkecukupan, sibuk berkarir, sibuk dalam membangun jenjang pendidikan hingga lupa urusan rumah tangga maka bagaimanakah hasil sang anak nanti pada saat besarnya?
Banyak orang tua yang kurang tepat mendidik anak-anaknya. Mereka menyekolahkan anak-anaknya hingga jenjang S1, setelah itu belum kerja sudah dilamar oleh seorang laki-laki, namun orang tuanya menolaknya karena sang anak wanita belum kerja. Alasan mereka, membuang biaya sekolah dan kuliah sekian tahun, belum kerja sudah menikah. Ini adalah alasan yang nanti akan diminta pertanggung jawaban oleh Allah. Karena fitrah seseorang manusia khususnya wanita adalah menikah, dan dalam hadist serta atsar dinyatakan bahwa kewajiban seorang wali (ayah terutama) adalah mencarikan suami yang baik (sholeh) bagi anak-anaknya. Masalah pendidikan yang tinggi yang ia raih, itu sangat bermanfaat bagi pendidikan anak-anaknya kelak,bahka seorang wanita/istri kuliah hingga Master dan Doktoral itu seharunya dilakukan, hanya saja itu adalah untuk mengembangkan kualitas sang anak yang ditumbuhkan di rumah orang tuanya. Belum lagi pendidikan kini bertambah mahal biayanya, peran sang ibu dalam mendidik mereka dengan ilmu yang tinggi namun dengan biaya praktis sangat dibutuhkan.Jangan salahkan sang anak bila sang anak kedepannya durhaka kepada orang tuanya karena kurang kasih dan sayang orang tua kepada anaknya. Anaknya diasuh pembantunya sementara ayah dan ibunya sibuk berkarir. Ibunya yang seharusnya menemaninya bermain, belajar dan tidur namun sang ibu sibuk mengembangkan karirnya, berangkat pagi pulang petang hingga sang anak tidak merasakan kasih sayang sang ibu. Wajar bila sang anak lebih sayang kepada pembantunya daripada kepada sang ibu bila memang itu yang terjadi, karena memori otak dan psikologis mereka sudah ditanamkan demikian, dekat dengan pembantu dan jauh dari ibu. Pernah diamati seorang anak yang ibunya berkarir di pemerintahan (pemda) dan ayahnya seorang pengusaha, keduanya berangkat pagi dan pulang malam. Apa yang terjadi, guru lesnya, pembantunya lebih ia senangi daripada ayah dan ibunya. Na’udzubillah tsumma na’udzubillah.
Terlebih lagi pada masa iddah, dimana Allah berfirman, “Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. Kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru” (At-Thalaaq: 1). Ayat ini merupakan perintah yang ditujukan bukan hanya kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam saja, walau memang lafadznya terdapat kata “Hai Nabi”. Dalam syariat Islam, bila wanita ditalak atau ditinggal meninggal suaminya, maka ia tidak boleh keluar rumah hingga masa iddahnya selesai kecuali dalam kondisi penting dan/atau darurat, namun kenyataannya banyak wanita dalam kondisi iddah keluar dari rumahnya dan dengan alasan berkarier ia tidak mengindahkan hal itu. Banyak pendapat bahwa bekerja mencari uang adalah hal urgen/penting bagi wanita, namun bila kita kembali kepada dalil, maka yang wajib mencari nafkah itu adalah suaminya. Namun apabila suami telah meninggal dunia atau ia ditalak, maka Allah berfirman, “Dan orang-orang yang akan meninggal dunia di antara kamu dan meninggalkan isteri, hendaklah berwasiat untuk isteri-isterinya, (yaitu) diberi nafkah hingga setahun lamanya dan tidak disuruh pindah (dari rumahnya). Akan tetapi jika mereka pindah (sendiri), maka tidak ada dosa bagimu (wali atau waris dari yang meninggal) membiarkan mereka berbuat yang ma'ruf terhadap diri mereka. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (Al-Baqarah: 240). Ini merupakan suatu kewajiban wanita dalam menjalani kehidupan rumah tangganya, hal ini tidak lain untuk kebaikan wanita itu sendiri bukan untuk mengekang mereka karena Allah tidak akan pernah dzalim terhadap hamba-hambaNya, Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri” (Yunus: 44).
Maka, apabila kita mengagumi kepahlawanan RA Kartini dan pernah membaca bukunya, timbanglah dan arahkan buku itu kepada Al-Qur’an dan Sunnah, niscaya para wanita akan selamat. Bukan sebaliknya, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah (hadist Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam) dikoreksi, diteliti, ditimbang dengan buku-buku karangan manusia termasuk buku RA Kartini. Bila kita bisa memikirkan, Allah adalah Dzat Pencipta Alam Yang Maha Mengetahui Semuanya, bandingkan dengan otak kita yang sekecil ini, apakah dengan otak kita yang sekecil ini kita mampu mengoreksi Firman Allah Yang Maha Tahu? Maha Suci Allah atas segala kekurangan.
Bila kita melihat sejarah, cobalah renungkan keanehan-keanehan berikut ini:
1. Kartini banyak komunikasi dengan intelektual Belanda
2. Ia bersahabat dengan Multatuli (Max Haavelar)
3. Setelah RA Kartini wafat Mr. J.H. Abendanon mengumpulkan surat-surat yang pernah dikirimkan pada teman-temannya di Eropa. Saat itu Abendanon berkedudukan sebagai Menteri kebudayaan, Agama dan Kerajinan. Buku ini kemudian diberi judul “Door Duisternis tot Licht” yang secara harfiah diartikan, “Dari Gelap Menuju Cahaya”. Buku ini dicetak sebanyak lima kali dan cetakan terakhir terdapat tulisan surat Kartini
4. Pada tahun 1922 Balai Pustaka menerbitkannya dalam Bahasa Melayu, dan hal itu tidak ditentang Belanda. Padahal buku-buku pemikiran pribumi bahkan Belanda yang menyimpang saat itu sangat ditentang dan diberangus, namun buku ini malah ditumbuh suburkan pada saat itu.
5. Kartini diperkenankan mendirikan sekolah tahun 1918, padahal orang-orang yang lainnya tidak diperkenankan kecuali mendukung politik Belanda saat itu.
6. Pada perkenalannya dengan Stella Zaehandelaar, Kartini mengungkap keinginannya menjadi seperti “Kaum Muda Eropa (?)”. Ia menggambarkan penderitaan kaum wanita Jawa akibat kungkungan adat (?) yaitu tak bisa duduk di bangku sekolah, harus dipingit, dinikahkan dengan laki-laki tak dikenal dan “harus (?)” dimadu.
7. Pandangan kritis lainnya adalah tentang AGAMANYA. Ia mempertanyakan mengapa kitab suci harus dihafalkan dan dihafalkan tanpa wajib difahami. Kartini juga mempertanyakan “Tentang Agama yang dijadikan pembenaran bagi laki-laki untuk berpoligami (?)”
POIN 1-7 Dirujuk dari sumber resmi: Wikipedia. R.A. Kartini. Diakses Tanggal 21 April 2011. 11:15 WIB. id.m.wikipedia.org/wiki/Kartini.
So bagaimanakah sikap kita? kembali kepada diri kita masing-masing. Namun, hal yang terbaik adalah seseorang yang bisa menarik suatu hal dari segi positifnya, hingga kita bisa menarik hikmah yang ada di dalamnya. Allahul musta’an.
Malang 17 Rabbi’ul Ula 1432 H / 21 April 2011.
@nd.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami






0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Berdiskusi...Tangan Kami Terbuka Insya Allah