KAJIAN ISLAM DAN KARYA PENA

KAJIAN ISLAM YANG MEMUAT HAL-HAL BERKAITAN TENTANG PENGETAHUAN ISLAM BAIK SADURAN ATAU KARYA ASLI. BAIK HAL AKIDAH, MUAMALAT, FIKIH ATAUPUN TASKIYATUN NUFS (PENYUCIAN HATI)

JUGA KARYA PENA UMUM BERUPA PUISI CERPEN DAN KARANGAN ATAU ILMU PENGETAHUAN UMUM DAN PENELITIAN ILMIAH

Kamis, 20 Januari 2011

SYARAT-SYARAT SYAHADATAIN


KARTU ITU TERNYATA LEBIH BERAT


Alhamdulillah hamdan katsiro mubarokan fih. Allahumma shali ‘ala Muhammadin wa ‘ala alihi wa sahabihi wa ummatihi minal yaumil akhirin. Amma ba’d.

Syahadat merupakan sebuah perkataan yang ringan untuk diucapkan, namun mengandung konsekuensi yang berat khususnya pada UluhiahNya (syariat yang harus dijalankan oleh makhluk). Allah Ta’ala serta utusanNya yaitu Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam seringkali menekankan pentingnya syahadat ini, selain syarat masuknya oang ke dalam Islam, ia merupakan kata kunci untuk bisa memasuki syurgaNya. Allah Ta’ala berfirman dalam Surat An-Naml ayat 26 (yang artinya), “Allah, tiada Tuhan Yang disembah kecuali Dia, Tuhan Yang mempunyai 'Arsy yang besar”. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa yang meninggal dunia dalam keadaan tidak berbuat syirik kepada Allah Ta’ala sedikitpun, niscaya akan masuk syurga. Dan barang siapa yang meninggal dunia dalam keadaan berbuat syirik kepada Allah Ta’ala, niscaya akan masuk neraka” (HR. Bukhari-Muslim).

Dalam Sahihain juga diriwayatkan, bahwa Syahadat memiliki sebuah keutamaan yang besar. Beratnya syahadat dibandingkan lapisan langit dan bumi tidak dapat dibandingkan. Terdapat hadist yang cukup panjang namun menarik untuk direnungkan. Hadist ini terkenal dengan nama Hadist Bitoqoh (kartu kecil), diceritakan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam:
“Sesungguhnya Allah akan membebaskan seseorang dari umatku di hadapan manusia pada hari kiamat. Kemudian dibentangkan padanya sembilan puluh sembilan lembar catatan amal keburukan. Tiap lembar catatan panjangnya bagai sejauh mata memandang. Kemudian Allah Berfirman, ‘Apa kau memungkiri sesuatu dari catatan ini? Atau apakah malaikat pencatat berbuat dzalim padamu?’. Orang itu menjawab, ‘Tidak Wahai Rabb-ku’. Lalu Allah bertanya pada orang itu, ‘Apa kamu tidak memiliki alasan lain?’. Orang itu menjawab, ‘Tidak wahai Rabb-ku’. Allah kemudian berfirman, ‘Benar! Sesungguhnya, kamu itu di sisiKu memiliki suatu kebaikan. Karena itu tidak ada kedzaliman padamu di hari ini. Kemudian dikeluarkanlah Bitoqoh (kartu kecil, berbentuk semacam KTP) yang di situ bertuliskan ‘Asyadu an Laa ilaaha ilallah wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa Rasuluhu (Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenar-benar sesembahan kecuali Allah semata, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba sekaligus utusanNya)’. Allah berfirman, ‘Datangkanlah timbanganmu!’. Orang itu berkata, ‘Wahai Allah, apalah arti secarik kertas ini bagiku dibandingkan catatan-catatan amalan keburukanku itu?’. Kemudian Allah berfirman, ‘Sesungguhnya kamu pada hari ini tak akan terdzalimi’. Kemudian 99 catatan amalan keburukan itu diletakkan di salah satu daun timbangan dan syahadat diletakkan di daun timbangan yang lain. Namun ternyata catatan amalan keburukan itu melayang dan syahadat itulah yang lebih berat timbangannya. Hingga tiada sesuatu pun yang lebih berat dibandingkan Asma Allah Ta’ala. (HR. At-Tirmidzi dengan sanad hasan; HR. Riwayat Ibnu Majah, Al-Hakim dan Ahmad dengan sanad sahih dan disepakati oleh Adz-Dzahabi Rahimakumullahu Ta’ala).

Dalam hadist ini kita meyakini bahwa syahadatain memiliki keutamaan yang luar biasa. Namun, banyak orang salah mengartikan bahwa syahadat ini bisa menyelamatkan seseorang dengan hanya mengucapkannya saja. Berapa banyak orang yang mengucapkan syahadat namun dia berbuat syririk? Berapa banyak orang mengucapkan syahadat, namun dia menyembah tuhan-tuhan lain selain Allah, meletakkan sesaji di gunung-gunung, hutan, pohon dan lembah? Ia merasa aman dengan hanya mengucapkan kalimat itu, namun ia melakukan tindakan yang lebih berbahaya dari orang fasik, bahkan pezina sekalipun, karena dosa syirik menempati posisi paling atas dari seluruh dosa-dosa besar. Maka, para ulama memberikan suatu kajian ilmiah tentang bab tauhid ini, yaitu bahwa ucapan Laa ilaaha ilallah memiliki syarat-syarat agar dapat menyelamatkan seseorang yang mengucapkannya. Syarat-syarat itu adalah:

1. ‘Ilmu dengan menghilangkan ketidak tahuan: Kita harus mengerti tentang Laa ilaha ilallah, maka dari itu syarat pada point pertama ini merupakan suatu tuntutan kepada manusia untuk belajar tauhid.

2. Yakin dengan menghilangkan keraguan: Hal ini terjadi bila kita menata iman dengan baik dan dipoles dengan ilmu yang bermanfaat dan syar’i. Ilmu yang bermanfaat dan syar’i bisa berupa ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu dunia baik alam maupun sosial yang mendukung peningkatan iman kita.

3. Ikhlas dengan menghilangkan syirik (menyekutukan Allah) dan riya’. Ikhlas ini merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Seseorang akan tertolak amalannya bila ia melakukan amalan yang didasarkan atas kesyirikan, artinya adalah ia mengamalkan amalan itu dengan diniatkan selain Allah atau juga bisa berarti ia melakukan amalan dengan niatan kepada Allah, namun ia melakukannya dengan cara-cara yang tidak diajarkan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dan cara-cara yang tidak diajarkan Rasulullah merupakan cara-cara yang ditolak oleh Allah Ta’ala (khususnya amalan dalam beribadah). Sedangkan bila seeorang itu melakukan amalan dengan landasan riya’, ini berarti terdapat unsur syirik kecil hingga besar, tergantung kadarnya. Karena riya’ merupakan amalan yang ingin dipamerkan kepada makhluk yang lainnya sehingga amalan ini tidak murni tertuju pada Allah Ta’ala. Allah berfirman, “Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar" (An-Nisa: 146).

4. Jujur yang meniadakan kebohongan: Artinya kita harus benar-benar mengamalkan Islam dan tahan banting terhadap berbagai ujian yang akan ditimpakan kepada kita. Karena kapalsuan dalam beragama (khususnya dalam masalah syahadatain) adalah seperti perti perilaku orang-orang munafik. Allah berfirman (yang artinya), “Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta” (Al-Munafikun: 1). Serta Allah berfirman, “Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta (Al-Ankabut: 1-3)

5. Cinta yang meniadakan kebencian. Untuk mencapai derajad cinta, maka hal pertama yang harus ada pada diri kita adalah mahabatullah (mengenal Allah) terlebih dahulu. Bagaimana kita cinta bila tidak mengenalNya, seperti kata pepatah ‘Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta, dan siapa yang tak cinta maka tak kan pernah tuk dicintai”. Konsekuensi cinta pada Allah adalah kita juga harus mancintai apa saja dan siapa saja yang dicintai olehNya, serta kita harus membenci apa saja dan siapa saja yang dibenci olehNya. Allah Maha Mengetahui akan sesuatu hal yang mengapa hal itu dibenci atau dicintaiNya, Ia berfirman, “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (Al-Baqarah: 216).

 6. Menerimanya tanpa ada penolakan: Artinya adalah, kita harus menerimanya secara keseluruhan (Kaffah) tanpa pilih-pilih syariat mana yang menguntungkannya atau mana yang merugikannya akan ditolaknya. Sebagaimana orang-orang Kafir dan Munafik menolaknya. Allah berfirman, “Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: "Laa ilaaha illallah" (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri. Dan mereka berkata: "Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?" (Ash-Shaffat: 35-36).

7. Tunduk secara total dan melaksanakannya tanpa teoritis belaka: Syarat-syarat Laa ilaaha ilallah ini bukan hanya sekedar dihafalkan saja, namun harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari sekuat mungkin. Allah berfirman, “Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan” (Lukman: 22). Kita tak cukup berserah diri kepada Allah dengan mengucapkan Laa ilaaha ilallah saja, namun harus ada konsekuensi yang sangat kuat untuk mengamalkannya sebaik mungkin. Syaikh Muhsin al-Badr menyatakan, “Syarat-syarat ini bukan hanya teoritis belaka. Tujuan syarat ini bukan hanya untuk dihafal saja. Berapa banyak orang yang tak mengetahui syarat-syarat ini, namun telah mengamalkannya dengan baik, dan berapa banyak orang yang telah menghafalnya namun ia mengabaikannya”.

Itulah syarat-syarat Laa ilaaha ilallah yang sangat penting bagi kehidupan dan kematian serta kehidupan setelah kematian kita. Bila ada kesalahan dalam penulisan, susunan kata atau apa saja yang tidak berkenan, semoga Allah mengampuni saya, kemudian mohon untuk dimaafkan dan juga mohon masukannya yang positif kepada para pembaca. Semoga bermanfaat.

Alhamdulillah hamdan katsiro mubarokan fih. Allahumma shali ‘ala Muhammadin wa ‘ala alihi wa sahabihi wa ummatihi ajma’in.

Malang, 20 Dzulhijjah 1431 / 26 November 2010

@nd

Sumber Rujukan:
1. Al Qur’anul Karim
2. Hadist Elektronik. www.lidwa.com
3. Kajian Umum. Masjid Al-Ghifari. Rabu ba’d magrib. 18 Dzulhijjah 1431 / 24 November 2010. Oleh        Ustad Abdullah Shalih al-Hadhromi

Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Berdiskusi...Tangan Kami Terbuka Insya Allah