KAJIAN ISLAM DAN KARYA PENA

KAJIAN ISLAM YANG MEMUAT HAL-HAL BERKAITAN TENTANG PENGETAHUAN ISLAM BAIK SADURAN ATAU KARYA ASLI. BAIK HAL AKIDAH, MUAMALAT, FIKIH ATAUPUN TASKIYATUN NUFS (PENYUCIAN HATI)

JUGA KARYA PENA UMUM BERUPA PUISI CERPEN DAN KARANGAN ATAU ILMU PENGETAHUAN UMUM DAN PENELITIAN ILMIAH

Kamis, 30 Desember 2010

NATAL DAN TAHUN BARU

NATAL DAN TAHUN BARU
BAGAIMANA SIKAP KITA SEBAGAI KAUM MUSLIMIN
Segala Puji Bagi Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Terhormat. Semoga shalawat serta salam tetap tercurah pada Para Nabi dan Rasul ‘alaihimusallam, Para Ulul ‘Azmi alaihimusallam khususnya kepada utusan Allah sekaligus Nabi terakhir serta hambaNya yang dimuliakan dari segala manusia dan makhluk, Muhammad Ibn Abdillah beserta para sahabatnya dan keluarganya serta ummatnya yang setia kepada syariat yang dibawanya. Amma ba’d

Sebelumnya saya minta maaf jikalau mungkin artikel ini sedikit panjang. Menimbang Perayaan Natal dan Tahun Baru yang ada pada Bulan Desember dan Januari. Merujuk pada qaidah-qaidah Syariat Islam dan juga kajian-kajian yang banyak dibahas para ustad dan para Thalibul ‘ilm. Serta merujuk pula pada pembahasan kajian Ahad tanggal 20 Muharram 1432 atau bertepatan dengan 27 Desember 2010, maka saya ingin menuliskan sebuah artikel tentang bagaimana sikap kita sebagai Muslimin/Muslimah menyikapi berbagai moment-moment yang oleh Ahlul Kitab berhaluan Nashara (Nasrani) baik dari kalangan Katolik, Protestan, Kejawen dan sebagainya merayakan hari yang diklaim dalam kitab mereka sebagai hari kelahiran Yesus Kristus. Dalam artikel ini tidak dibahas keanehan-keanehan atas klaim mereka yang dinilai sangat tidak logis, namun hanya membahas sebatas bagaimana Kaum Muslimin bersikap agar kita tidak meniru mereka sehingga kita terjebak dalam keragu-raguan yang nyata.

Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id al-Khudzri radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda, “Sungguh kalian akan mengikuti tradisi orang-orang sebelum kalian, sehasta demi sehasta, sejengkal demi sejengkal, hingga kalaulah mereka masuk liang biawak, niscaya kalian akan mengikuti mereka”, Lalu kami bertanya, “Apakah mereka itu Yahudi dan Nasrani wahai Rasulullah?”. Kemudian Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Siapa lagi kalo bukan mereka?!” (Muttafaq ‘alaih). Hadist ini betul-betul terjadi saat ini, banyak dari Ummat Islam yang ikut-ikutan merayakan agama mereka secara sadar atau tidak, secara terang-terangan atau jelas. Sebagai contoh, mereka merayakan hari raya mereka dengan mengucapkan ‘Selamat Natal’, senang bila ada diskon karena natal, berkunjung ke rumahnya saudara saat momen Natal, hingga ikut-ikutan perayaan mereka.

Bila ditanyakan pada mereka, mengapa mereka melaukan itu? Mereka karena ‘Toleransi Agama’. Enteng di lidah namun berat di timbangan ‘sebelah kiri’ (timbangan kecelakaan). Maka, marilah kita melihat sesuatu yang tampak ringan ini dari berbagai sisi Perintah Agung dariNya yang termuat dalam Al-Qur’an.

A. Kebenaran atas Islam dan Permasalahan Aqidah
1. Allah berfirman, “…Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu…” (QS. Al-Maidah:3). Sehingga kita harus meyakini bahwa Islam adalah agama yang sempurna dan benar bila kita yakin akan Keagungan Allah Ta’ala.

2. Secara tegas dan jelas, Allah berfirman, “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi” (Ali-Imran: 85). Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Demi (Allah) yang jiwaku di tanganNya, seandainya Musa masih hidup, dia diperintah untuk mengikutiku” (HR. Ahmad dengan sanad Hasan). Sehingga bila kita beriman pada Allah dan RasulNya Shalallahu ‘alaihi wasallam, kita harus yakin bahwa agama selain Islam tertolak.

3. Allah Ta’ala berfirman, “Orang-orang Yahudi berkata: ‘Uzair itu putera Allah’ dan orang-orang Nasrani berkata: ‘Al Masih (Yesus) itu putera Allah’. Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka! Bagaimana mereka sampai berpaling?” (At-Taubah: 30). Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut” (HR. Abu Dawud, Ibnu Hiban menyatakan Sahih). Maka bila kita beriman pada Allah Ta’ala dan mengaku cinta padaNya serta mengaku pula beriman pada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dan mengaku cinta pada Beliau janganlah meniru tradisi orang-orang selain beragama Islam.

4. Syaikhul Islam rahimahullah berkata, “Sesungguhnya hari raya-hari raya itu adalah sebagian dari koridor syariat ajaran dan ibadah…sebagaimana kiblat, shalat, serta puasa (termasuk id.adha dan id.fitri). Maka tiada beda antara menyepakati mereka di dalam hari raya mereka dengan menyepakati mereka dalam segenap ajaran mereka…bahkan hari raya itu merupakan salah satu ciri khas yang membedakan antara syariat-syariat yang ada. Dan hari raya itu merupakan syiar yang paling mencolok (Iqtidha’ Shiratil Mustaqim hal.292)

5. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala telah mengganti keduanya dengan hari raya yang lebih baik, yaitu Iedul Fitri dan Iedul Adha” (Riwayat Abu Dawud dengan sanad Sahih).

6. Biasanya masyarakat mengucapkan ‘Selamat Natal’ hanya sebagai basa-basi saja dan untuk rasa sungkan kepada seseorang. Maka Syaikhul Islam rahimahullah ta’ala berkata, “Dan barang siapa melakukan salah satu dari perbuatan tadi (basa-basi atau sungkan) maka dia termasuk berbuat dosa, baik dalam rangka toleransi terlebih yang lainnya. Sebab itu termasuk berkompromi dalam beragama, menguatkan mental dan kebanggaan atas orang kafir (Majmu’uts Tsamin juz 3).

7. Sehingga dari keenam poin di atas bisa kita tarik benang merah yaitu bila memang kita mengaku beriman pada Allah Ta’ala dan RasulNya Shalallahu ‘alaihi wasallam, maka kita harus menjaga keyakinan kita akan kebenaran, kesempurnaan dan kemuliaan Islam. Serta kita harus menjaga diri dari meniru orang-orang yang mereka melakukan suatu hal yang sebenarnya mereka sendiri tidak mengetahui hakekatnya, hingga karena kita meniru mereka dan kita ikut tersesat bersama mereka. Apabila kita tidak meyakini ayat-ayat Allah dan Hadist Rasulullah di atas, maka keimanan kita perlu dikaji.

B. Permasalahan Toleransi
Permasalahannya adalah banyak sekali orang yang menyatakan bahwa mengucapkan selamat Natal adalah suatu bentuk persaudaraan kita kepada sesama manusia. Bahkan ada yang berupaya membawa dalil bahwa Islam agama rahmatalil ‘alamin dan penuh toleransi. Sehingga toleransi bagi antar umat beragama juga diperlukan bagi pemeluknya (Kaum Muslimin).

Maka kami katakan, hal itu adalah benar sesuai dengan akhlak mulia Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam. Seperti yang ditulis dalam banyak buku sejarah kenabian Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam bahwa Beliau pernah menyuapi orang Yahudi tua, padahal si Yahudi itu selalu mengejek Nabi, bahkan meludahi Beliau tatkala hendak pergi ke Mesjid untuk thawwaf dan shalat. Hingga orang Yahudi itu masuk Islam karena akhlak Beliau yang tinggi.

Beliau juga tidak pernah menghancurkan Gereja, Shinagogue, atau Altar Pemujaan orang-orang Majusi dan Musyrikin sebelum mereka masuk Islam dan/atau tatkala mereka tidak mengganggu Ummat Islam. Bahkan keadaan perang pun Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam melarang merusak tempat ibadah. Allah berfirman, “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil” (Al-Mumtahanah: 8). Allah Ta’ala juga berfirman, “Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim” (Al-Mumtahanah: 9).
Melalui jalan sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Pergilah kalian dengan menyebut Asma Allah, kalian berperang di jalanNya melawan orang-orang yang kafir terhadap Allah. Jangan kalian melanggar perjanjian! Jangan kalian curang (mengambil harta rampasan sebelum dibagikan)! Jangan kalian merusak jasad (memutilasi jasad musuh)! Jangan kalian membunuh anak-anak (diriwayat lain juga wanita dan orang tua)! Dan janganlah kalian membunuh orang-orang yang mendiami tempat ibadah!” (HR. Ahmad dalam musnadnya). Betapa mulianya Agama Islam yang dibawa Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam.
 
Namun lihatlah bagaimana Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersikap atas ajakan orang-orang kafir baik dari kalangan Musyrik maupun ahlul kitab!
Dalam kitab Asbabul Nuzul dituliskan bahwa orang-orang Musyrik Makkah kewalahan menghadapi Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam. Dengan iming-iming tak mempan, dengan kelembutan tak mempan, bahkan dengan kekerasan pun tak mempan. Akhirnya Kaum Musyrik membuat solusi untuk mengadakan win-win solution (kompromi) dengan Beliau. Mereka menyatakan akan menyembah Allah dengan menjalankan syariat Islam di hari dan waktu tertentu, namun mereka juga mengajak Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam untuk mengikuti acara-acara mereka di waktu yang lainnya. Rasulullah pun memikirkan hal itu, namun tak lama kemudian Allah Ta’ala menurunkan WahyuNya dalam Surat Al-Kafirun. Ia Ta’ala berfirman, “Katakanlah: ‘Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku” (Al-Kafirun: 1-6).

C. Pembahasan
Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist di atas, maka kita ketahui bahwa Islam sangat toleran terhadap Ummat Nonmuslim. Islam memberikan kebebasan kepada mereka untuk menjalankan ibadah. Dalam jaman kekhalifahan Islam, orang Nonmuslim boleh beribadah dalam tempat ibadahnya tanpa mengganggu keimanan kaum Muslimin. Mereka harus memasukkan simbol-simbol mereka dalam tempat-tempat ibadah mereka. Begitupula Kaum Muslimin yang dilarang keras mengganggu mereka, apalagi hingga membunuh (saat ini menteror) mereka.

Namun, Islam sangat tegas melarang kaumnya untuk meniru mereka dan mengikuti mereka dalam hal keyakinan. Ummat Islam diharuskan tegas dalam pendirian dan dalam keyakinan, tidak plinplan dan yakin keselamatan ada pada Agamanya. Sehingga masalah akidah (keyakinan) dengan masalah toleransi itu sangatlah berbeda penyikapannya.

Bila kita lihat prosesi Natal dan Tahun Baru, hal itu bukanlah ajaran Islam. Itu adalah suatu ajaran agama mereka yang mereka sudah mulai mengeluarkan simbol-simbol dan mengganggu agama lainnya. Katakanlah kita hanya mengucapkan ‘Selamat Natal’ kepada saudara kita atau bahkan mungkin pada ayah ato ibu kita yang Nasrani (na’udzubillah). Terlihat sangat ringan, padahal Natal itu sudah masuk wilayah keyakinan (akidah) mereka (kaum Nasrani). Kita menyatakan selamat kepada mereka artinya kita ‘ridho’ bakan mendoakan atas keyakinan itu agar keyakinan (Natalan) itu tetap terjaga. Sehingga apabila kita ridho/setuju dengan apa yang kita yakini otomatis kita yakin bahwa selain Islam ada juga agama kebenaran yaitu agama yang mengatakan Isa Almasih (Yesus) adalah Anak Allah, Na’udzubillah dan Itulah pembahasan sederhanannya.

D. Selayang Pandang Mengenai Natal
Tulisan ini saya tulis untuk memberikan padangan saja kepada orang yang menyatakan bahwa Natal adalah hari lahirnya Isa Almasih alaihisallam yang juga Nabi Kaum Muslimin. Sehingga kita juga perlu menghormatinnya bersama mereka yang mengormatinya (Kaum Nasrani) setiap tanggal 25 Desember tahun Masehi. Memang benar Isa Almasih adalah Nabi Kaum Muslimin juga, namun permasalahannya benarkah keyakinan mereka bahwa Natal itu 25 Desember?

Menurut Injil saat ini dalam Lukas pasal 2: 1-8 dinyatakan bahwa, “Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia.  Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria. Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri, masing-masing di kotanya sendiri. Demikian juga Yusuf pergi dan kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud-supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya yang sedang mengandung.
Ketika mereka disitu tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya didalam palungan, karena tidak ada tempat yang bagi mereka di rumah penginapan. Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam.

Merujuk ayat Injil (saat ini) di atas dinyatakan bahwa Yesus lahir di daerah yang saat itu banyak gembala menggembalakan ternaknya. Bila kita rujuk dalam Bibel, bahwa Yesus dilahirkan di Kota Bethlehem wilayah Yerusalem. Wilayah ini merupakan wilayah yang mengandung musim dingin dan musim panas. Sama dengan wilayah Eropa, musim dingin terjadi pada Bulan Desember, bahkan itu merupakan puncak musim dingin yang sangat mencekat. Maka perhatikanlah bagaimana kata Lukas di atas dan mari kita renungkan. Apakah Wajar menurut logika kita bahwa para gembala itu menggembalakan kambingnya di tanah lapang pada 25 Desember?!?!?!

Sekarang, bila kita mengaku sebagai Ummat Muslim, marilah kita simak Surat Maryam ayat 23-25 berikut, Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (Maryam) bersandar pada pangkal pohon kurma, ia berkata: "Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan". Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: "Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai dibawahmu (untuk minum). Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu”.

Maka bila ditarik benang merah antara Firman Allah dalam Al-Qur’an dengan kata-kata Lukas dalam Bibel dapat dipahami bahwa Isa Almasih ‘alaihisallam (Yesus) secara wajar, sesuai ilmu sains dan masuk akal adalah lahir pada musim panas dan bukan pada tanggal 25 Desember. Maka akankah kita tetap menggadaikan keyakinan kita yang benar atas Islam hanya karena alasan toleransi beragama?!?! Ingatlah toleransi juga ada aturan dan batasannya!!! Aturan dan batasan ini juga dimiliki oleh mereka!!! Allahu a’lam.

22 Muharram 1432 / 28 Desember 2010
@nd

Rujukan:
1. Al-Qur’an
3. Abu Yahya Badrusalam. http://jel4jah.wordpress.com/2010/08/09/hakikat-nabi-khidir/. 22 Muharram 1432 (28 Desember 2010).
4. Anonim. http://www.sarapanpagi.org/41-kebohongan-natal-25-desember-vt680.html. 22 Muharram 1432 (28 Desember 2010).
5. Lidwa.com
6. Syaifurrahman al-Mubarakhfurry. Sejarah Hidup dan perjuangan Rasulullah. Pustaka al-Kautsar: Jakarta
7. Elfata. Edisi 12, Volume 10. Muharam 1432/Desember 2010
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Berdiskusi...Tangan Kami Terbuka Insya Allah