KAJIAN ISLAM DAN KARYA PENA

KAJIAN ISLAM YANG MEMUAT HAL-HAL BERKAITAN TENTANG PENGETAHUAN ISLAM BAIK SADURAN ATAU KARYA ASLI. BAIK HAL AKIDAH, MUAMALAT, FIKIH ATAUPUN TASKIYATUN NUFS (PENYUCIAN HATI)

JUGA KARYA PENA UMUM BERUPA PUISI CERPEN DAN KARANGAN ATAU ILMU PENGETAHUAN UMUM DAN PENELITIAN ILMIAH

Rabu, 17 November 2010

PETIKAN KHUTBAH IDHUL ADHA

Alhamdulillah Ashalatu Wa Sallamu 'ala Rasulillah Shalallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sahabihi ajma'in. Amma ba'd.

Segala Puji Bagi Allah yang telah menjadikan kita bisa berjumpa kembali dengan Bulan Dzulhijjah, bulan Haji yang penuh barakah dan pahala. Kaum Muslimin sebagian besar melaksanakan haji di tanah suci dan sebagian besarnya melaksanakan perintah berkurban di tanah air masing-masing.

Di Indonesia fenomenal perbedaan penentuan waktu sudah merupakan hal biasa, negara yang menetapkan standar ini merupakan suatu bentuk demokratis yang dipaksakan. Namun, bagaimanapun kita tetap berpatokan dengan Ulil Amri untuk urusan ummat dan kekompakan, dan berpatokan dengan syariat tanpa memandang ulil amri bila berhadapan dengan urusan yang menyalahinya. Saya sendiri untuk Idhul Adha tahun ini, meyakini jatuh pada hari Selasa tanggal 16 November 2010, namun sholat pada tanggal 17 November 2010. Semoga Allah memaafkan dan memakluminya, karena Dialah Yang Maha Mengetahui.

Terlepas dari masalah perbedaan waktu sholat Idhul Adha, saya ingin sekali memetik cuplikan dari ceramah yang disampaikan oleh Pengkhutbah pada shalat Id kali ini. Saya dilupakan siapa nama beliau, namun sangat indah dan bagus ceramahnya, sehingga membuat kita bisa berintrospeksi diri untuk menghadapi kondisi dan situasi ke depan. Ceramah itu berkisar seputar, "PEMIMPIN YANG BERDEDIKASI DENGAN MERUJUK PADA KISAH NABI IBRAHIM 'ALAIHISALLAM". 

Dihadapkan pada peristiwa fenomenal di Indonesia yaitu berupa bencana alam yang sangat dahsyat dan menghantam negeri Indonesia tercinta ini, mulai dari Wasior di Papua, Letusan Merapi Gelombang I di Yogyakarta dan Magelang, Tsunami di Mentawai, hingga letusan Merapi Gelombang II yang tak kunjung surut hingga sekarang. Ditambah masalah-masalah pelik yang lainnya di bidang Poleksosbudhankam serta masalah pengungsi yang tak kunjung selesai. Lumpur Lapindo juga meluap terus tiada henti, serta berbagai bencana yang mungkin tak terupload di media masa. 

Khatib menyatakan bahwa, hal ini memang kita akui bahwa apa yang terjadi merupakan ujian sekaligus peringatan Allah Yang Maha Lembut terhadap kita. Peringatan yang lembut sebenarnya, bila kita bandingkan dengan Kemaha Kuasaan Allah dan Kemaha Kuatan Allah atas segala sesuatu. Bila Allah berkehendak untuk melakukan peringatan yang lebih dahsyat dari itu, maka Ia benar-benar bisa melakukannya. Khatib mengakui bahwa apa yang selama ini kita alami memang salah kita semua yang tak mau tunduk dengan perintahnya dan tak mau dengan aturan-aturanNya. Padahal aturan itu sudah merujuk pada fitrah dan keseimbangan alam semesta. Maka selayaknyalah kita merujuk kembali kepada kesabaran dan kepandaian Nabi Ibrahim 'alaihisallam sebagai sosok pemimpin yang sangat taat kepada Allah Ta'ala. Allah berfirman dalam Q.S As-Shafat: 102 (yang artinya) "Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: 'Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!' Ia menjawab: 'Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar'." Kisah kesabaran seorang Rasul dan pemimpin rumah tangga, tatkala ia tak mendapatkan anak di masa mudanya, kemudian ia berdoa dan berdoa kepada Allah. Lalu Allah baru mengaruniakannya putera tatkala di usia senja. Tatkala sang anak sudah mencapai umur yang dinyatakan Allah, maka Allah menguji Nabi Ibrahim dengan ujian yang berat. Ia bermimpi, bermimpi dan bermimpi dengan mimpi yang sama persis tiap malam, padahal doa-doa perlindungan sudah ia panjatkan. Akhirnya yakinlah, bahwa ini adalah perintah. Lalu proses eksekusi pun dilaksanakan. 

Pelajaran kedua adalah, bagaimana sang putera bernama Ismail Alaihisallam menerima perintah Allah yang disampaikan ayahnya dengan sangat sabar. Ucapan ini diabadikan ke dalam ayat-ayat kitab yang mulia Al-Qur'anul Karim..."Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepada Bapak; insya Allah Bapak akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". Betapa indahnya jawaban sang anak, padahal ia tidak disuruh untuk membeli sesuatu, tidak disuruh untuk pergi ke suatu tempat, namun perintah itu lebih sangar (Bahasa Jawa: dalam bahasa Indonesia dan yang lainnya tiada kata yang pas untuk menerjemahkannya) daripada perintah-perintah yang telah dituliskan. Perintah itu adalah menyembelihnya, mengapa sang anak tidak menganggap ayahnya gila??? karena sang anak betul-betul memahami bila sang ayah adalah orang yang benar-benar bertakwa, terlihat dari keimanannya, ketakwaannya, kebaikannya, kejujurannya dan kedewasaannya. Bagaimana mungkin orang sebaik Ibrahim Alaihisallam berbohong dan membunuh anaknya bila itu bukan perintah Allah Yang Maha Esa??? inilah yang membuat sang putera yakin. Mereka berdua (anak dan ayah) juga meyakini bahwa perintah Allah merupakan perintah yang baik dan sama sekali tak pernah mengandung unsur kemudharatan. Apa yang diperintah tentu mengandung rahasia yang dibalik itu tersimpan sejuta gudang mutiara dan berlian yang sangat indah. Inilah pendidikan luar biasa yang dilakukan oleh Sang Bapak Tauhid, yaitu pendidikan keyakinan yang kuat terhadap keesaan Allah. Maka Sang Khatib menyatakan bahwa, bila generasi muda mendatang ingin tangguh maka yang harus diperhatikan adalah cahaya tauhid. Bukan hanya mengandalkan materi semata, kecerdasan semata, hard skill atau nilai-nilai ujian di sekolahan atau di kampus belaka, lebih dari itu Soft Skill khususnya religiusitas dan mental harus dikembangkan dengan cara yang benar dan dengan sungguh-sungguh. 

Maha Benar Allah Atas Segala FirmanNya, maka Ismail Alaihisallam hanyalah sebagai alat uji Nabi Ibrahim Alaihisallam, apakah ia benar-benar jujur dalam iman dan takwanya? Anak yang selama ini dicintainya, apakah mampu melupakan Ibrahim pada Allah Ta'ala? Dan ternyata, Ibrahim Alaihisallam lulus ujian dengan nilai yang amat sangat memuaskan. Mungkin manusia tak kan pernah mengetahui berapakah nilainya, 60? 70? 80? 90? atau 100? sedang, baik, sangat baik, cumlaude, atau bahkan summa cumlaude? tentu saja ini bukan ujian ranah manusia yang sangat terbatas ilmunya, ini ujian tingkat tinggi dan hanya orang-orang khusus yang mampu melakukannya. Untuk mencapai taraf itu, perlu latihan dan terus menerus berdoa dan mendekatkan diri pada Allah (ini bentuk ikhtiar dan doa manusia, selanjutnya hidaya di tangan Allah).

Kemudian, Khatib juga menjelaskan tentang bagaimana sosok pemimpin ummat seperti Nabi Ibrahim mampu bersosialisasi dengan baik dengan masyarakatnya. Dikisahkan bahwa Nabi Ibrahim bila ia makan mesti bersama-sama manusia. Bila tidak menemukan, ia akan keluar mencari manusia yang mau diajak makan bersamanya. Manusia seperti apa yang dicari olehnya? apakah yang membantu karir kepemimpinannya? apakah manusia yang hanya mau mendukung pendapatnya? tidak!! setiap manusia yang membutuhkan makanan dan membutuhkan siraman ilmu. Ia makan bersama manusia itu, bukan hanya makan makanan yang mengenyangkan perut, namun makan makanan yang menyejukkan hati. Sudah kenyang perut, hati lapang. Subhanallah. Sosok seperti inilah yang saat ini dibutuhkan oleh bangsa kita, manusia yang peduli terhadap sodaranya, bukan yang maunya sendiri dan dengan kepentingannya sendiri. Ia berkorban bila ada kepentingan dan ia melakukan seuatu bila ada yang diharapkan. 

Selanjutnya khatib memperingatkan, bahwa saat ini  ujian manusia yang paling berat adalah materi duniawi. Harta, Tahta, dan Wanita, tiga ujian terberat yang menggelayuti anak Adam sekarang ini. Mungkin saat masih miskin ia sederhana dan dermawan, ia rajin menuntut ilmu syar'i ia ingat terhadap sodaranya. Tatkala Allah memudahkannya mencari rizki, kemudian ia mulai diberi kekayaan sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit. Kekayaan yang banyak mulai membuatnya lupa diri, ia merasa bahwa kekayaannya hasil perasan keringat sendiri. Ia lupa akan Allah Ta'ala yang memberinya rizki sekaligus mengujinya untuk tidak lupa diri. Harta yang terus ia simpan, lama -lama tak memuaskannya. Ia melihat bahwa bila ia naik pangkat dan jabatan, tentu harta itu akan semakin banyak dan melimpah. Dengan hartanya kemudian ia melakukan segala cara untuk bisa menaiki tahta jabatan, akhirnya atas kehendak Allah naiklah ia. Setelah sampai pada tahta, ia tak puas dan ia memanfaatkan segala fasilitas jabatannya untuk meraih tahta yang lebih besar dari itu. Ia manfaatkan para wanita untuk mendukungnya, tak hanya itu ia pun mulai dimabuk nafsu asmara. Wanita-wanita banyak menggodanya dan banyak membuatnya hilang akal. Inilah sebagian fenomena yang saat ini terjadi. Sebagaimana Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda bahwa anak Adam itu tak kan pernah puas, andai ia memiliki dua gunung emas maka ia masih meminta yang ketiga. Masya Allah.

Sehingga peristiwa perintah penyembelihan yang akan dilakukan Nabi Ibrahim terhadap anaknya Ismail, mengandung makna bahwa manusia diwajibkan oleh Allah menyembelih sifat-sifat kebinatangan yang mendominasi diri kita. Sifat-sifat itu adalah egoisme, seenaknya sendiri, serakah dan yang paling berbahaya adalah sifat hilangnya akal manusia sehingga ia bisa masuk ke ranah syirik dan tak yakin pada Penciptanya. Bukankah Allah berfirman dalam ayat Al-Qur'an dengan kalimat yang cukup panjang bahwa manusia yang tak mau memanfaatkan fasilitas yang diberikan Allah untuk kebaikan dan sesuai perintahya seperti binatang ternak dan lebih sesat lagi, inilah firman Allah itu, "Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai" (Al-A'raf: 179). Maka peristiwa perintah penyembelihan atas Ismail merupakan suatu lambang yang tak hanya bermakna filosofis belaka, namun lebih dari itu, makna sosial dan makna pendidikan sangat melekat pada ajaran-ajaran syariat. Maka Maha Suci Allah Atas Segala PerintahNya dan KeputusanNya, Ia Maha Pandai dan Maha Mengetahui, serta Ia Maha Hikmah dalam setiap keputusanNya dan urusanNya. 

Akhirnya marilah kita memanjatkan harapan dan doa pada Allah semoga kita diberikan kekuatan tuk menggapai kehidupan ini dengan istikomah dan ditutup umur kita dengan Husnul Khotimah. Akhirul Kalam, Alhamdulillah Hamdan Katsiro Mubarokan Fih, Allahumma Shali 'ala Muhammadin wa 'ala alihi wa sahabihi ajma'in.   

Rujukan Dari: Ceramah Khutbah Idhul 'Adha di Lapangan Masjid Al-Falah (Jalan Bandung) Kota Malang:, Status Telah dicuplik dan diedit

Malang, 11 Dzulhijjah 1431 / 17 November 2010
@nd.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Berdiskusi...Tangan Kami Terbuka Insya Allah