KAJIAN ISLAM DAN KARYA PENA

KAJIAN ISLAM YANG MEMUAT HAL-HAL BERKAITAN TENTANG PENGETAHUAN ISLAM BAIK SADURAN ATAU KARYA ASLI. BAIK HAL AKIDAH, MUAMALAT, FIKIH ATAUPUN TASKIYATUN NUFS (PENYUCIAN HATI)

JUGA KARYA PENA UMUM BERUPA PUISI CERPEN DAN KARANGAN ATAU ILMU PENGETAHUAN UMUM DAN PENELITIAN ILMIAH

Rabu, 10 November 2010

PERJUANGAN DI TANAH BATAVIA (Bagian II)

Yah, kita lanjutkan kisahnya....Mungkin bagi sebagian orang yang sering ke Jakarta hal ne dah biasa, namun bagiku yang hanya seorang diri, tak pernah tahu kota metropilitan seperti itu dan juga tidak mempunyai teman satupun di Jakarta kecuali sibuk dan diriku takut tuk merepoti mereka. Akhirnya di saat-saat itulah pertolongan Allah Ta'ala datang. Namun, kenapa diriku ini masiiiiiiih saja kurang mensyukuri nikmatNya?? Semoga Dia mengampuniku, aku yakin keputusannya Maha Baik dan Dia Mendengar doa-doaku dan Dia pasti akan mengabulkan doaku dan memasukkan aku di salah satunya yang terbaik menurutNya dan juga tak lupa harapanku pada ridho dan syurgaNya. Amin...Allahumma amin

Alhamdulillah akhirnya aku pun dipersilahkan menempati kos-kosannya sebagai tempat tinggalku di Jakarta Raya saat itu. Aku tak memikirkan apapun kecuali segera ingin beristirahat, namun rasa sungkan pada bapak kos muncul setelah bapak kos menghidangkan teh dan beberapa belah jeruk manis padaku, akankah aku langsung pergi tidur, lagi pula saat itu jeda antara maghrib dan isa'. Akhirnya aku mengobrol banyak seputar pribadi masing-masing. Ternyata bapak kos adalah orang asli Temanggung yang satu desa dengan ayaku. Kami masing-masing memakai bahasa Jawa Kerama Inggil, subhanallah masih ada aja kudengar bahasa yang santun ini di kota metropolitan.

Akupun diperkenalkan teman-teman satu kosan, hanya saja aku merasa agak risih dengan mereka. Yah, risih, mereka laki-laki, namun kebanyakan dari mereka itu bergaya wanita saat berbicara..endel dan lembeng. Masya Allah Laa Quwwata Ilaa Billah, ternyata ndak hanya satu dua, banyak dan banyak. Bahkan ada salah seorang anak kosan situ yang menjadi securitinya ANTV, namun tak tampak kegarangan padanya, tak tampak pula kegagahan padanya, hanya agak cakep dikit sih....(:p...kwkw) namun gayanya kuq sepertinya bukan laki-laki yang tulen (maaf). Kalau kita lihat di tipi-tipi presenter-presenter cowok, yah seperti itulah kebanyakan mereka.

Tak lama kemudian aku mendapat telepon dari nomor tak dikenal, ternyata ia teman kerja ayah di kantor yang sekarang menempuh S2 di Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Dia pun menawarkan sesuatu, tapi aku paham maksudnya, sesuatu itu adalah menginap di tempatnya. Aku membayangkan kalau dia seorang dosen paling ndak, dia tidur di rumah yang lumayan ada ACnya dan macem-macemnya. Tapi, aku lebih enjoy tidur di rumahnya Pak Lelo yang punya kos ini. Aku bisa tidur nyenyak dan belajar tanpa sungkan, lha kalau di teman ayah, pasti ditanyain yang macem-macem. Q kurang suka dengan orang yang suka tanyak ke arah pribadi tatkala belum mengenal. Aku katakan, bahwa aku sudah punya tempat tinggal sementara saat itu, dia kembali mendesakku untuk meng sms alamat kosanku. Okelah kalau begitu, kutanyakan alamatnya dan ku-sms-kan. Katanya dia mau datang, "ealah ndak usah Mas q capek" dalam hatiku berkata, tapi dalam mulut berkata, "ndak usah Mas, saya udah dapat tempat dan ndak usah repot-repot". Namun masnya ngotot terus, yaudahlah. Akhirnya dengan harapan q tak ingin diganggu saat itu, q sms ayah menyatakan q pengin istirahat, tapi temennya kuq ndesak pengin sowan. Kata ayah sih, gak papa dia merasa tanggung jawabnya...yaudah lah. Ternyata temen ayah itu sudah dikontak ayah dari Malang sejak beberapa jam yang lalu.

Adzan isak pun terdengar, dan aku masih berbincang dengan Pak Lelo, akhirnya aku ditawari sholat di tempat kos atau di mushola. Karena aku pengin mengenal warga dan sholat bersama (sebenarnya ada keringanan juga sih untuk musafir, tapi q pengin tetep berjamaah tuk mengenal mereka) akhirnya aku sholat di masjid. Selesai sholat aku ditawari ikut tahlilan bareng warga. Deg, bid-'ah. itu yang terpikir olehku, ngapain ikut gituan. Aku pun menolak dengan sangat halus, alasanku aku ingin istirahat. Tapi Pak Lelo tetap memintaku untuk hadir. Tak tega aku sama orang yang udah berbuat baik itu, akhirnya aku pun mengiyakan. "Okelah, tapi aku tak berniat ikut tahlilan barengnya, ikut silaturahimnya". Aku pun masuk ke rumah seseorang yang menyelenggarakan tahlilan. Rumahnya sempit dan kecil, bisa dibilang sangat sederhana. Namun apa yang tampak? back groundnya sangat kontras sekali...gedung-gedung megah dan sangat megah bahkan menjulang tinggi ke angkasa. Aku pun tertegun, Masya Allah, seginikah pemandangan itu...sangat kontras sekali....Gemerlap gedung dan apartemen tampak sangat menyilaukan dari jauh...

Apakah orang Jakarta yang rumahnya sempit dan kecil itu memang miskin? kita akan membahasnya pada pertemuan ke tiga insya Allah.
Tahlil bersama pun selesailah, aku pulang dengan membawa makanan. Alhamdulillah, namun aku kuq belum nafsu makan masih kenyang karena mungkin capek sekali. Ternyata temen ayah sudah menungguku dari tadi dan mengobrol bersama seseorang dari Bondowoso, dengan Bahasa Madura mereka saling berbincang. Akhirnya ku tahu bahwa mereka satu kota dan bangsa (sama-sama Bondowoso Durone maksude).Yah aku pun ikut nimbrung, tapi dengan sangat tak bersemangat. Lalu temen ayah bilang, berapa ongkos adek nginep di sini? "Dhueeeengggg. Kok tak kepikiran?!?!?!". Kujawab, belum Mas, masih cari tempat dulu lah. Dia bilang, "ati-ati lho dek, harus dipastikan dulu harganya. Temannya yang Bondomadur (Bondowoso-Meduro) itu juga bilang demikian. Deg....anak yang ngekos sini aja bilang gitu. Ah, aku gak boleh su'udzon, bila aku harus membayar agak mahal kan memang haknya...Alhamdulillah beliau mau menampungku dengan tanpa curiga. Allahu Akbar!!! Udahlah aku penging orang ini segera pulang, tapi yach, namanya ketemu satu bangsanya, aku menemani mereka ngobrol dengan bahasa khas mereka. (jadi inget2 ukhti disana...grrrrrrrr. Syetan mulai mengganggu, pergi!!!...Bismillah wa na'udzubillah).

Huff, alhamdulillah akhirnya pulang juga itu orang. Namun dengan penuh rasa tanggung jawab ia berjanji mengajakku jalan-jalan keliling Jakarta Raya. Yah, mau dunk...xixixi pengin ke Monas, naik ke tugunya,...waaa gimana rasanya. Tapi aku tak punya waktu, belum belajarnya...huf. Yaudahlah manut...

Akhirnya aku pun naik ke atas (lantai dua) dimana kamarku berada. Ealah, aku dipanggil ma Mas-Mas Bencong itu. Banyak jumlahnya, semua memakai logat persis wanita, elu-gue sering terdengar dari mulut mereka. Yah persis di sinetron lah!!. Yang amat sangat aku heran dan (na'udzubillah) risih adalah seorang wanita yang dia tinggal satu kosan sama suaminya, ikut nimbrung bersama suaminya dan temen-temen suaminya yang 'genit' itu. Dengan memakai celana super pendek (untung ndak celdam...maaf) dan baju yukensi (tulisannya gini jah wez) dia berbicara dnegan nada ndak kalah genitnya ma yang laennya. Tanggannya ditarik-tarik ma temen suaminya dan ceblekan-ceblekan pun terjadi. Yah tentu aja q tau mana suaminya dan yang bukan, wong dia kan tinggal satu kamar dengan suaminya (selama yang kutahu dan denger infonya). Tapi na'udzubillah...tak ada rasa cemburu (entah kalau sedikit) pun dari suaminya. Marah....ndak, malah tertawa-tertawa suaminya. Yah...mana rasa cintamu??? cinta hanya karena nafsu??!!! Allahu a'lam. Aku berdoa, semoga aku tak ketularan mereka...virus itu. Astaghfirullah. Bila memang aku harus kerja di Jakarta semoga aku menemukan kos-kosan yang berisi para ikhwan yang baek-baek...semoga ya Allah dengarkanlah doaku. Yah, agar dienku ndak rusak oleh keburukan dan kebobrokan mayoritas orangnya.

Aku sangat risih, aku ingin segera meninggalkan mereka. Alhamdulillah, akhirnya aku punya alasan pengin cepet tidur. Karena nafsu makan dah menurun drastis, aku serahkan saja makanan itu pada mereka. Yah silahkan kalian makan, semoga bermanfaat bagi tubuh-tubuh kalian....

Bersambung...>>>

Malang, 4 Dzulhijjah 1431 H/10 November 2010 M

@nd
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Berdiskusi...Tangan Kami Terbuka Insya Allah