KEKOKOHAN CANGKANG DAN KEMILAU MUTIARANYA
Alhamdulillah hamdan katsiro mubarokan fih. Allahumma shali 'ala Muhammadin wa 'ala alihi wa sahabihi ajma'in. Amma ba'd.
Rumah tangga kehidupan manusia bagaikan sarang yang melindungi siapapun anggota yang turut berada di dalamnya. Lebih tepatnya bagaikan cangkang yang menutupi mutiara yang ada di dalamnya. Bila cangkang itu kokoh maka mutiara itu kan berkemilau dengan indahnya, begitu pula sebaliknya. Maka dalam rumah tangga itu perlu memperhatikan bagaimana adab dan tata cara agar rumah tangga tetap kokoh.
A. Kewajiban para Suami/Pemimpin Rumah Tangga
Dalam rumah tangga ada seorang laki-laki yang sangat bertanggung jawab terhadap kelangsungan rumah tangganya, dialah pemimpin rumah tangga itu, dialah sang suami dari seorang wanita dan bapak dari anak-anaknya. Dialah yang bertugas mengokohkan cangkang mutiara itu dan dialah yang bertugas melindungi kemilau mutiara dalam cangkangnya, begitupula kerikil-kerikil yang kan dibalut oleh cairan mulia yang akan membentuknya menjadi mutiara. Sehingga sang kepala rumah tangga ini memiliki andil besar dalam menuntun dirinya dan keluarganya. Allah Ta'ala berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan" (At-Tahrim: 6).
Agar seorang kepala rumah tangga dapat berupaya mengokohkan cangkang rumah tangga maka perlu diperhatikan beberapa hal. Adalah (1) Al-'Ilmu. "Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa" (Al-Baqarah: 2). Al Qur'an merupakan suatu petunjuk bagi manusia petunjuk dari apapun dalam kehidupan dunia ini dan bagi siapapun yang mau mengikutinya. Allah juga berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya" (An-Nisa: 59). Begitupula Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam sering memerintahkan untuk mengikuti petunjuk dan aturannya, seperti Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda, "shalatlah kalian seperti aku shalat", "wudhulah seperti aku berwudhu". Hal-hal yang bersifat ibadah harus mengikuti Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, bukan hanya itu banyak para sahabat yang melakukan apapun persis seperti Rasulullah.
Ibnu Ummar radhiyallahu 'anhu sampai-sampai dikatakan sebagai orang yang aneh, namun beliau tetap bertahan pada prinsipnya. Karena apa yang beliau contoh adalah orang yang terbaik yang pernah dilahirkan di Bumi. Begitupula dalam hal-hal rumah tangga mereka. Tak heran rumah tangga mereka benar-benar kokoh dan romantis, jauh dari perpecahan apalagi perceraian. Maka rumah tangga yang kokoh adalah rumah tangga yang memperhatikan bagaimana Al-Qur'an dan As-Sunnah berbicara dan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan seluruh sendi-sendi kehidupannya, karena dua hal itu adalah pusaka terbaik yang pernah diberikan Allah melalui Rasulnya shalallahu 'alaihi wasallam yang merupakan rahmat bagi seluruh alam. Bila rumah tangga tidak memperhatikan rambu-rambu syariat apalagi mengabaikan al-Qur'an dan Sunnah, maka rapuhlah cangkang mutiara rumah tangga itu. Bahkan keretakan dan kehancuran akan berpihak pada keduanya. Na'udzubillah wa na'udzubillah.

Harta yang didapatkan dari hal yang haram, maka pada hakekatnya harta itu tidak bernilai sama sekali, khususnya di hadapan Allah Ta'ala. Walaupun sang pemilik harta itu berkipas dengan uang, mandi koin dan ia berleha-leha atas hasilnya. Ia merasa kaya raya rumah mewah, mobil mengkilat dan sawah berhektar-hektar, namun hakekatnya ia miskin papa dan tak punya apapun bila semua itu didapat dari harta haram dan harta hasil mendzalimi orang lain. Bukankah Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam pernah menceritakan bahwa ada seseorang yang ia rajin beribadah, berjihad di jalan Allah, haji dan umrah, ia berpakaian kusut dan compang-camping, lalu ia mengangkat tangannya dan memanggil-manggil Allah, "Ya Rabb...Ya Rabb", namun makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan harta yang didapatkannya haram, "bagimana mungkin doanya akan diterima?". Inilah yang prinsip, maka cangkang mutiara itu akan rapuh dan suatu saat "PASTI" kan hancur berkeping-keping. Bila cangkang itu hancur, pastilah mutiara yang ada di dalamnya juga rusak dan tak bernilai lagi...andai bernilai, maka harganya sangat murah. Kehancuran dalam rumah tangga bukan hanya perceraian, namun cekcok, suasana tidak tentram, hati suram itu juga merupakan keretakan dan kehancuran. Lebih parah lagi adalah, mereka mesra, romantis dan sangat mengasihi namun hal itu tampak dari luarnya saja. Padahal hati mereka diliputi was-was, akidah mereka goyah, bahkan kekafiran ada di dalam kalbunya walau ia beriman...na'udzubillah...tsumma na'udzubillah.
Atau bahkan ia mengaku Islam, menyatakan Islam rahmatalil 'alamin, namun ia meninggalkan keutamaan shalat, ia tak mengetahui ilmu agama dan ia menyakiti hati orang lain yang berakibat keresahan dan ancaman yang dahsyat akan ditimpakan kepadanya dan kepada keluarganya...na'udzubillah tsumma na'udzubillah.
A.1 Tersbutlah sebuah kisah
Terdapat dua orang anak remaja yang tinggal di suatu kompleks perumahan dan saling berhadapan. Keduanya sama-sama menempuh studi di sebuah Kota dan jauh dari orang tua. Remaja yang satu tinggal di sebuah rumah cukup sederhana namun mewah, fasilitas tersedia, Televisi bagus dan dapur pun siap mengepulkan asapnya. Kabarnya ia anak orang kaya, kekayaannya sangat besar sehingga ia bisa membeli rumah di kota tempat anaknya menempuh studi, belum lagi rumahnya di daerah asalnya, sangat mewah. Bahkan ia merupakan orang terkaya di desanya, di sekelilingnya rumah kecil berhimpitan dan berdesakan. Namun sayang, ternyata orang ini memproduksi racun yang berbahaya bagi ummat manusia. Racun yang dapat merusak organ fisik hamba-hambaNya. Ia tahu itu yang diproduksi merupakan barang yang membahayakan kesehatan para anak Adam, bahkan ia menulis pada sampul produknya bahwa produknya itu sangat berbahaya bagi kesehatan. Namun, ia tetap menjualnya...ia tetap mempekerjakan buruh-buruh yang butuh uang untuk membuat racun yang membinasakan hamba-hamba Allah Ta'ala. Orang bodoh mana yang tak tergiur dengan banyaknya uang dan enaknya candu? pastilah yang kejam adalah yang memproduksi dan yang paling banyak dosa dan yang paling bertanggung jawab adalah yang memproduksinya. Bukan hanya memproduksi barang "haram", ia juga pernah menyakiti hati anak manusia tatkala anak manusia itu memiliki niat yang serius untuk mengajak anaknya kepada bahtera. Ia sama sekali tak bersikap baik dan acuh, sama seperti ia acuh terhadap tetangga-tetangganya (Allahu a'lam), dingin sama seperti dinginnya tatkala ia melihat rumah tetangga-tetangganya (Allahu a'lam). Disaksikan bahwa anak manusia ini mengangkat tangannya pada Allah, meminta padaNya sesuatu yang pantas untuk ditimpakan bagi orang seperti dia.

Tentu saja secara hakekat beliau yang bekerja sebagai pelatih para tender lapangan itulah yang kaya raya. Walau rumah masih berstatus pinjaman, gaji mungkin kecil dan tidak seberapa, namun bernilai di sisi Allah Ta'ala. Dikabarkan bahwa keluarganya dibangun dalam bingkai romantisme, rasa dekat antara istri dan anak-anak terjalin. Bahkan anak-anaknya sangat menyenangkan dan patut menjadi tauladan teman-teman sekelilingnya. Berbeda dengan yang pertama, ternyata hubungan keluarga mereka kurang harmonis secara harfiah (Allahu a'lam), batin sang anak dengan orang tua-suami dengan istri sangat jauh...jauh...jauh dari kebahagiaan dan semoga Allah menjauhkannya bila ia memang tidak sadar juga akan kesalahannya. Biar ia merasakannya di dunia dan disegerakannya walau di akherat Ia Ta'ala akan mengampuni mereka.
B. Peranan Istri
Istri merupakan suatu tulang punggung generasi. Ia memegang peranan yang sangat urgen dan riskan. Maka sangat tidak heran bila anak-anak durhaka bukan salah anak itu secara murni, namun karena orang tuanya adalah orang yang mengabaikan tugasnya sebagai seorang ibu bagi anak-anakya. Maka penulis heran, ada seorang wanita yang menunda nikahnya hinga ia lulus master, ia menunda nikahnya hingga ia sukses dalam karirnya. Apakah ia mau menelantarkan anak-anaknya kelak???
Istri yang sibuk dengan kerjanya akan menyerahkan pendidikan anak-anaknya pada pembantunya. Padahal tugas mendidik anak merupakan kewajiban ibu dan jangan heran bila sekarang banyak anak yang terlahir menjadi anak bermental babu.
Lihatlah istri salaful Ummah, hingga Ummar Ibn Khaththab yang keras dan tegas tersihir oleh kebaikannya. Tatkala sang istri mungkin sedang capek dan payah, wajar bila ia emosi untuk suatu hal. Ummar Ibn Khaththab radhiyallahu 'anhu hanya diam tak bereaksi. Setelah ditanyakan oleh seseorang maka Ummar menjawab, "Istriku yang telah mencucikan bajuku, memasakkan untukku, mendidik anak-anakku dan ia sangat berjasa padaku. Pantaskah aku marah padanya di saat ia sedang capek dan mungkin sedikit kesal padaku?". Subhanallah inilah sosok istri yang shalihah. Bagaimana kita juga telah mendengar kisah Ummu Sulaim dan Abu Thalhah, betapa romantisnya mereka. Maka sang istri pun juga harus melandasi dirinya dengan ilmu yang bermanfaat, khususnya ilmu agama.
Tak ada rumah tangga para salaful ummah yang tercerai berai bahkan bercerai, karena mereka memahami landasan-landasan bagaimana mengokohkan cangkang untuk melindungi sang mutiara agar tetap dalam kemilaunya. Akhirnya semoga tulisan yang sedikit panjang ini mampu memberikan pandangan kepada kita semua. Semoga Allah selalu memberikan hidayah dan keistikomahan dalam hidup dan mewafatkan kita dalam husnul khatimah. Alhamdulillah, hamdan katsiro mubarokan fih.
Allahumma shali 'ala Muhammad wa 'ala alihi wa sahabihi ajma'in. Allahu a'lam
@nd.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Berdiskusi...Tangan Kami Terbuka Insya Allah