RAHASIA DIBALIK HARAPAN
Terdapat hadis yang sangat menjanjikan bagi ummat Islam, khusunya bagi yang berpuasa di Bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan pengharapan, yaitu:
Diriwayatkan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa yang berpuasa di Bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap ridha Allah Ta’ala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (HR. Bukhari&Muslim) dalam riwayat yang lain oleh Imam Ahmad menyatakan, “…dan yang akan datang”.
Berpuasa dengan penuh keimanan, artinya kita percaya dan yakin bahwa puasa kita adalah karena perintah Allah, oleh sebab itu kita menggantungkan puasa kita hanya karena Allah Ta’ala. Ada satu poin penting dalam konteks berpuasa penuh ‘keimanan’ ini, yaitu Muraqabatullah artinya adalah merasa diawasi oleh Allah. Berpuasa yang bukan karena Allah, namun karena mengharap pujian, bisa saja orang yang berpuasa itu melakukan kebohongan-kebohongan. Tatkala ia di depan orang banyak, mereka berpura-pura puasa, akan tetapi tatkala ia sendirian, siapa manusia yang tahu? Dia bisa saja pergi ke suatu tempat lalu dia bersembunyi dan minum sepuasnya serta makan sekehendaknya, akan tetapi orang yang penuh keimanan dia merasa bahwa Allah mengawasinya dan mengancamnya dengan hukuman berat, karena seseorang itu sangat yakin Allah Maha Mengetahui.
Semakin tinggi tingkat keimanan seseorang, maka semakin tinggi pula muraqabtullah-nya. Bukan hanya perkara makan dan minum saja, akan tetapi perkara yang lebih dari itu, ia merasa diawasi hingga ia takut akan melakukan hal-hal yang munkar. Sebagaimana ia takut memandang yang buruk, takut membicarakan keburukan orang lain, mengadu domba hingga takut melangkahkan kakinya ke tempat-tempat maksiat. Bahkan, orang yang memiliki sifat wara’ (memiliki sifat kehati-hatian yang tinggi) akan merasa takut bila ia melakukan perbuatan sia-sia dalam puasanya sebagaimana membicarakan urusan duniawi yang tidak ada maslahatnya untuk dia (contoh: membicarakan berita korupsi di TV yang dia tidak ikut menangani kasus itu).
Berpuasa Dengan Penuh Pengharapan
Berpuasa dengan penuh pengharapan adalah berpuasa dengan penuh impian agar puasanya itu diterima oleh Allah dan dibalas dengan balasan maksimal. Dalam Bahasa Arab kata ar-roja’ adalah pengharapan. Akan tetapi kalau kembali kepada konteks maknawi (terminologi) ar-roja’ berarti ‘kedamaian hati karena mengharap sesuatu yang kita cintai’.
Dalil dari ar-roja’ salah satunya terdapat dalam surat Al-Kahfi: 10, dimana Allah Ta’ala berfirman, “Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya" (Dirujuk oleh Syaikh At-Tamimi: 16).
Pengharapan yang benar kepada Allah adalah pengharapan yang sesuai syariat Islam, yaitu berharap disertai upaya syar’I berdasarkan syariat Islam. Sebagai contoh, ia berharap agar puasanya dterima oleh Allah, maka ia harus melakukan puasa itu dengan sebaik-baiknya dan berusaha semaksimal mungkin untuk menghindari pembatal-pembatal pahala puasa, seperti berbohong, memandang yang tidak hak, mengadu domba, melangkahkan kaki ke tempat maksiat, dll. Kalau ia mengharap puasanya diterima oleh Allah, akan tetapi ia melakukan perbuatan yang sia-sia bahkan menjerumuskan dirinya pada lembah kebinasaan yang peruatan itu dimurkai Allah adalah pengharapan kosong yang tiada artinya.
Maka, para ulama juga menyebutkan ada orang-orang yang tertipu dalam mengharap kepada Allah Ta’ala, yaitu:
- Orang yang teus-terusan melakukan dosa, tidak ada penyesalan pada dirinya dan enggan bertaubat, akan tetapi ia mengharap ampunan Allah dan masuk syurgaNya.
- Ingin dekat kepada Allah Ta’ala tetapi tidak melakukan ketaatan kepadaNya
- Ingin memasuki syurga, akan tetapi menyebarkan benih-benih kejahatan yang mengancamnya kepada neraka.
- Ingin mendapat gaji dan upah, akan tetapi tidak bekerja. Sebagaimana ia lapar dan ingin kenyang, akan tetapi enggan untuk menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.
Maka begitupula orang yang berpuasa, ia ingin mendapatkan pahala dan rahmat Allah, maka ia harus melakukan upaya semaksimal mungkin agar Allah meridhoi puasanya dengan meminimalisir melakukan perbuatan-perbuatan tercela. Akan tetapi kalau sudah terlanjur berbuat, segera kita bertaubat dan menyesali perbuatan itu.
Semoga kita mendapatkan ampunan dan ridho dari Allah Ta’ala atas puasa kita, dan semoga kita juga mendapatkan ampunan atas ketergelinciran-letergelinciran kita selama Bulan Ramadhan ini.
Bersambung, insya Allah…
Malang, 4 Ramadhan 1432 (4 Agustus 2011)
@nd.
Referensi:
Al-Qur’an
Al- Hadist
Syaikh Muhammad At-Tamimi. Tiga Landasan Utama. IslamicPropagation Office. Didownload melalui www.islamhouse.com dalam bentuk PDF. 2011.
File Format PDF dapat didownload gratis di alamat:
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Berdiskusi...Tangan Kami Terbuka Insya Allah