KAJIAN ISLAM DAN KARYA PENA

KAJIAN ISLAM YANG MEMUAT HAL-HAL BERKAITAN TENTANG PENGETAHUAN ISLAM BAIK SADURAN ATAU KARYA ASLI. BAIK HAL AKIDAH, MUAMALAT, FIKIH ATAUPUN TASKIYATUN NUFS (PENYUCIAN HATI)

JUGA KARYA PENA UMUM BERUPA PUISI CERPEN DAN KARANGAN ATAU ILMU PENGETAHUAN UMUM DAN PENELITIAN ILMIAH

Minggu, 19 Desember 2010

ALANGKAH LUCUNYA NEGERI INI

ALANGKAH LUCUNYA NEGERI INI

Alhamdulillah, Ashaltu wa sallamu ‘ala Rasulillah, Shalallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam tasliman katsiro. Wa ba’d.

Negeri Indonesia merupakan negeri yang subur dan kaya akan kekayaan alamnya, namun belum tentu subur dapat dikatakan makmur. Indonesia memiliki potensi yang besar akan hasil-hasil pertanian baik berupa bahan makanan pokok maupun dalam jenis holtikulturanya, di sisi lain potensi Indonesia juga cukup besar dan sangat mengagumkan dunia. Sektor kelautan dan tata letak geografis telah menyebabkan jalur perdagangan sangat ramai mulai dari era Abad XVIII hingga kini telah menggerakkan sektor perekonomian baik lokal maupun internasional. Tak heran bila ahli dunia dari kalangan Barat maupun Timur meneteskan air liur mereka untuk beramai-ramai merebut negeri ini. Mulai dari Portugis kemudian Belanda yang menjajah selama 350 tahun, disela dengan Inggris yang menjajah hanya sekitar 5 tahunan, dan jatuh ke tangan Jepang selama 3 tahun, kemudian setelah proklamasi kemerdekaan dikumandangkan pun masih dijadikan rebutan negara-negara Barat, yaitu antara Inggris dan Belanda. Hingga sekarang Indonesia masih dijadikan ajang perebutan internasional melalui suatu penjajahan dalam bentuk nonpersenjataan yang sangat mematikan. Penjajahan nonsenjata ini berupa penjajahan ke arah pemikiran global (mendunia: red) artinya adalah pemikiran yang landasannya adalah dunia...dunia...dan dunia. Sehingga Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menyatakan orang-orang yang menjadikan dunia sebagai tujuan utamanya adalah ahli dinar dan dirham. Mungkin Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam tak diberitahu akan nama Rupiah. Namun dinar dan dirham sudah cukup mewakili, bahwa saat ini banyak penduduk negeri yang kaya ini mementingkan “Rupiah” daripada potensi alamnya yang sangat strategis untuk dikembangkan sebagai sarana yang mengantarkan kepada kesejahteraan ummat.

Sayangnya yang miskin semakin miskin dan yang kaya semakin kaya, akibat banyak orang memutar dalil agama Islam, padahal agama itu adalah mayoritas di negeri ini. Seharusnyalah Islam menjadi dasar utama negara sehingga kesejahteraan dapat diwujudkan. Namun ternyata demokrasilah yang menjadi ajang landasan kepemimpinan di negeri ini, sehingga banyak urusan yang carut marut karena kebebasan yang kebablasan, keserakahan yang tak terelakkan dan perbuatan-perbuatan yang melebihi binatang tunggangan (sulit diatur dan dikendalikan). Tak heran, banyak kejadian-kejadian yang sangat tragis, mengherankan dan aneh menjangkiti negeri ini. Seakan-akan media menemukan makanan yang sangat mengenyangkan, bahkan tatkala media-media Eropa kelaparan, maka mereka akan berlari ke Indonesia untuk mencari makanan. Cobalah lihat acara-acara berita luar negeri di Indovision atau yang lainnya, hampir negara Indonesia ini tak luput dari pemberitaan. Yah, ada yang diliput baik, namun tak jarang juga yang diliput juga adalah sisi buruknya. Maka tingkah laku yang aneh-aneh dan lebih aneh dari orang-orang yang cari sensasi di Barat pun terlihat di negeri kita. Maka:

Alangkah Lucunya Negeri Ini, tatkala pemerintahan tidak memiliki sistem tertinggi dalam pemerintahannya. Apabila ada lembaga yang memutuskan suatu keputusan, ada saja yang menginterupsi, sehinga keputusan ini sulit untuk diterapkan. Andai diterapkan pun banyak yang membelot dan tak mau melaksanakan.

Alangkah Lucunya Negeri Ini, tatkala sebagian besar rakyat harus rela hidup miskin dan pusing mencari uang, beras pun rela antri. Sedangkan para pejabat pusing membuang uang, dengan alasan study tour ke luar negeri ternyata hanya niat plesir dan beli Black Berry (titipan dari seorang temen yang melihat fakta di daerahnya).

Alangkah Lucunya Negeri Ini, memiliki banyak lembaga-lembaga yang membela ketidak jelasan dan keburukan. Persamaan gender dijadikan ajang untuk menghujat peraturan yang sah dalam syariat dan HAM disalah artikan sebagai kebebasan tiap individu yang sangat sensitif, walau itu menyalahi aturan agama.

Alangkah Lucunya Negeri Ini, Tatkala lembaga legislatif yang di dalamnya banyak sekali pakar hukum, bahkan mereka banyak yang bergelar profesor bingung untuk menentukan undang-undang dan memutuskan perkara. Yang terjadi justru saling hujat dan menambah perkara.

Alangkah Lucunya Negeri Ini, Tatkala para pemberantas koruptor pun ikut-ikutan korupsi. Lembaga Kamtibmas yang harusnya melindungi masyarakat bersekongkol dengan pencuri. Mahasiswa yang saat kuliah dibela-belain membolos untuk teriak-teriak Berantas Korupsi akhirnya pun saat kerja ikut-ikutan korupsi

Alangkah Lucunya Negeri Ini, Tatkala mahasiswa yang diberikan mandat orang tuanya untuk belajar, tau sedikit saja mengetahui ilmu dan teori sudah berlagak. Dengan merasa kritis ia rela membolos kuliah, turun ke jalan untuk mengkritik kebijakan pemerintah yang belum tentu ia pun mengerti. Sudah capek teriak-teriak pulang pun bonyok digebukin polisi. Masa Orientasi pun beberapa kampus tawuran antar fakultas, saling lempar dan merusak fasilitas yang dibangun dari uang SPP-nya sendiri. Sudah rugi, ia pun diperkarakan dan digiring ke kantor polisi.

Alangkah Lucunya Negeri Ini, Tatkala Indonesia gencar-gencarnya mengekspor TKI, mereka dijuluki pahlawan devisa negeri, bukan nikmat kerja yang mereka dapatkan, namun pulang-pulang dikemas dalam peti mati.

Alangkah Lucunya Negeri Ini, Tatkala banyak orang yang ingin tenar dan terkenal, mereka rela menampakkan apa yang harus ditutupnya. Hijab disingkap dan perilakunya pun dibuat-buat. Banyak laki-laki berubah wujud menjadi wanita begitupula sebaliknya, padahal Allah sekali-kali murka terhadap mereka yang demikian itu. Ada juga yang melakukan sensasi dengan menyanyikan lagu tak senonoh, mereka menshoot melalui hand phone dengan gaya khas mereka yang sangat tak sedap dipandang mata, kemudian mereka menguploadnya di media.

Alangkah Lucunya Negeri Ini, Tatkala banyak orang yang bilang, “Cari yang Haram saja susah apalagi yang Halal”, padahal Allah menghalalkan sesuatu yang sangat banyak dari pada yang haram, bahkan jumlah yang halal tak bisa dihitung dengan jari dan yang haram sangat sedikit. Namun mereka justri nekat menerjang yang haram. Na’udzubillah.

Alangkah Lucunya Negeri Ini, tatkala banyak sekali pakar ekonomi bahkan banyak sekali yang bertitel profesor tak mampu mengendalikan perekonomian negeri. Mereka sibuk dengan kekayaannya sendiri, bahkan rela memakan teman sendiri untuk suatu alasan teori ekonomi. Tatkala krisis melanda negeri, mereka justru lari menyelamatkan diri. Dan tatkala krisis itu pergi, mereka tak berdiri kecuali seperti berdirinya setan yang merasuki diri mereka sendiri (Lihat Q.S Al-Baqarah: 275). Lembaga keuangan pemakan riba subur di negeri ini, di Jakarta pun berdiri gedung-gedung pencakar langit tempat setan tertawa akibat keberhasilan mereka memperdaya anak Adam yang memakan api dan buah berduri.

Alangkah Lucunya Negeri Ini. Tatkala pencuri sebiji buah dihukum bui selama beberapa tahun, bahkan mencuri helm di Universitas Brawijaya harus rela dihajar sampai mati. Namun, pencuri uang rakyat bertriliun-triliun masuk bui hanya beberapa hari. Bahkan mereka tidur di dalam ruang yang ber AC, kamar empuk apalah arti mereka hanya pindah hotel ke bui.

Alangkah Lucunya Negeri Ini, tatkala pakar pertanian banyak menemukan varietas baru, cara-cara baru dan sistem baru dalam mengelola hasil-hasil agrikultural sementara petani masih hidup miskin dan kekurangan pangan.

Alangkah Lucunya Negeri Ini, tatkala pakar teknologi berhasil membuat rancangan-rancangan unik dan banyak pula anak-anak bangsa memenangkan lomba sains akan tetapi tusuk gigi pun masih banyak yang bertuliskan “Made Cina”.

Alangkah Lucunya Negeri Ini, tatkala ada seorang ibu yang melahirkan putera tercintanya namun keuangan keluarga belum bisa menebus biaya rumah sakitnya. Maka sang bayi pun menjadi barang sitaan dengan menjadi warga Rumah Sakit bersalin, bahkan ada sebagian mereka yang rela anaknya diambil orang.

Alangkah Lucunya Negeri Ini, tatkala terjadi banyak bencana melanda negeri ada sebagian orang yang dikatakan ulama atau ustad atau kyai menyatakan bahwa hal itu karena masyarakatnya sudah meninggalkan budaya mereka. Apakah budaya mereka? yaitu memberikan sesaji kepada sang penunggu Merapi. Dan lihatlah foto di sebelah ini, siapakah yang lebih bodoh dari kerbau???

Alangkah Lucunya Negeri Ini, tatkala musibah terjadi masih saja banyak orang yang melakukan tindakan konyol dengan mencari mati. Bagitu pula dengan tim penolong yang mereka sudah memberikan wanti-wanti yang tak digubris, namun tetep ngotot mengajak orang yang sudah buntu pikiran dan akalnya, akhirnya dia pun juga ikutan mati.

Alangkah Lucunya Negeri Ini, tatkala pakar kesehatan menyatakan bahwa “Tuhan Sembilan Senti” dapat menyebabkan kanker paru-paru, bahaya kehamilan dan janin serta impotensi, pakar bisnis produksi racun itupun ikut menampilkan peringatan ini dalam cover bungkusnya. Lucunya, mereka menjual dan mengedarkan racun yang mematikan Anak Adam secara pelan-pelan itu kepada masyarakat. Anehnya, masyarakat yang bisa baca peringatan itu pun justru mengkonsumsinya dengan nikmatnya, sambil berjalan, sambil duduk, sambil nongkrong di kamar mandi menghirup asap dari batang racun sembilan senti.

Alangkah Lucunya Negeri Ini, bahwa di pertengahan kota terdapat TV layar lebar yang sangat besar, ia tidak menampilkan sesuatu kecuali iklan yang memasarkan produk mematikan. Dan di jalan-jalan banyak terlihat tugu dengan tulisan “Rokok Dapat Menjadikan Pria Sejati”, padahal tak jarang perempuan pun menghisapnya. Dan tatkala kita ke luar negeri, ternyata banyak tugu yang fungsinya bukan iklan rokok lagi melainkan jam untuk menunjukkan waktu guna meningkatkan disiplin diri.

Alangkah Lucunya Negeri Ini, tatkala pakar pendidikan melarang muridnya merokok, justru gurunya merokok di ruang guru, lucunya sang guru merokok tatkala ada muridnya yang meminta tanda tangannya di ruangannya. Dan tatkala muridnya dilarang mencontek, justru gurunya diketahui memplagiat karya tulisnya yang akan diajukan dalam akreditasi.

Alangkah Lucunya Negeri Ini, hari raya tak pernah bisa kompak satu negeri. Padahal pemerintah telah memberikan informasi. Dengan dalil demokrasi dan reformasi, orang awampun ikut berdalil dengan dalil yang dikatakan syar’i. Tatkala banyak orang berkata, “Kita berlapang dada atas pendapat mereka”, namun ternyata di dalam organisasinya hujatan, makian dan ejekan terhadap sodaranya yang lain pun meluncur dari mulutnya yang dianggap suci.

Alangkah Lucunya Negeri Ini, tatkala banyak orang yang melihat kemungkaran hanya diam. Dan jika ditanya, mengapa kamu diam? Mereka menjawab, “Apakah kamu sudah sempurna kebaikanmu hingga kamu mengurusi urusan orang lain?”. Padahal kesempurnaan atas kebaikan itu tak kan pernah ia temui dalam dirinya dan juga seluruh manusia bahkan makhlukNya di muka Bumi. Dan banyak sekali “kelucuan-kelucuan” yang tak bisa secara satu persatu ditulis dalam tulisan ini.

Wahai Pakar Ekonomi, Wahai Pakar Hukum, Wahai Pakar Pertanian, Wahai Pakar Bisnis, Wahai Pakar Kedokteran, Wahai Thalibul ‘ilm, Wahai Hamba Allah sekalian. Apakah kita akan diam dan berpura-pura bisu terus menerus terhadap fenomena yang sebenarnya “TAK LUCU” ini? Apakah kita melakukan tawaduk dengan tawaduk yang dipaksakan? Kita diam seribu bahasa dengan alasan tawaduk dan meningkatkan ibadah serta hanya mencari ilmu saja? Padahal kita bisa melakukan perbaikan dan ammar ma’ruf nahi munkar semampu kita, walau itu sangat sedikit. Bukankah Allah memerintahkan kita seperti apa yang Ia sampaikan melalui ayat-ayatNya dan surat-suratNya, yang justru kita juga sering membaca suatu surat itu dalam Surat Al-Ashr? Namun...Alangkah Lucunya Negeri Ini, tatkala ada orang yang terlalu semangat dalam ber-ammar ma’ruf nahi munkar hingga ia melupakan cara-cara yang lembut dalam berdakwah, dalam membangun ummat dan negeri. Alangkah Lucunya Negeri Ini, tatkala pendakwah menganggap bunuh diri dan pemusnahan masal dengan bombing adalah bentuk jihad yang syar’i, yang justru hasilnya menghujat agama ini dan diri mereka sendiri.

Maka marilah kita introspeksi diri, bergerak maju selangkah demi selangkah namun pasti tuk mensejahterakan ummat dan juga negeri ini. Siapa tahu kita kan dipertemukan kesatuan ummat seluruh dunia, namun jangan memimpikan dan mengupayakan persatuan ummat sedunia padahal kita sendiri masih terpecah-pecah dalam satu negeri. Maka marilah kita tampilkan potensi diri, bukan untuk membanggakan diri namun untuk memperbaiki. Janganlah alasan konsentrasi ibadah, menuntut ilmu dan taqarrub menjadikan kita lupa atas sodara-sodara kita, padahal surga yang sangat luas itu bukan untuk diri kita sendiri. Bukan merupakan suatu kebaikan bila kita menjadikan dunia sebagai obsesi, bukan pula suatu kebaikan bila kita meninggalkan urusan dunia ini. Maka marilah kita kembali merujuk pendapat Manusia Terbaik di Bumi yang menyatakan bahwa, “Carilah Akhirat, namun jangan lupakan dunia”, karena orang-orang beriman tak mungkin masuk ke dalam syurga, dan orang-orang kafir tak mungkin masuk ke dalam neraka tanpa melewati dunia.

Maka tunjukkan bahwa Islam ini adalah agama yang rahmatalil ‘alamin, yang sportif, konsisten dalam kebenaran dan lembut dalam pengajaran seperti Mandat Allah terhadap hamba-hambaNya yang telah disampaikan RasulNya, dan Ia Ta’ala berfirman dengan mengutip kata-kata Nuh ‘alaihisallam yang penuh makna, "Aku sampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku memberi nasehat kepadamu. dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui" (Q.S Al-A’raf: 62). Sehingga tatkala Nuh didustakan, maka ia menjawab, “Dan tidaklah bermanfaat kepadamu nasehatku jika aku hendak memberi nasehat kepada kamu, sekiranya Allah hendak menyesatkan kamu, Dia adalah Tuhanmu, dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan" (Q.S Huud: 34).   

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam pun menyatakan dalam hadistnya. Dari Abu Ruqayyah Tamim Ibn Aus Ad-Dari Radhyiyallahu ‘anhu menyatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Agama ini nasehat”(HR. Muslim) dan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menyatakan, “Siapa diantara kalian yang melihat kemungkaran hendaklah merubahnya dengan tangannya, jika ndak sanggup dengan lisannya, jika ndak sanggup juga maka dengan hatinya. Dan yang demikian itu (mencegah kemungkaran dengan hatinya) adalah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim).

Akhirnya, semoga kita dihidupkan dalam keadaan istiqomah dan diwafatkan olehNya dalam keadaan Husnul Khotimah. Allahu a’lam.

@nd.

Malang, 15 Dzulhijjah 1431 / 21 November 2010.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Berdiskusi...Tangan Kami Terbuka Insya Allah