KAJIAN ISLAM DAN KARYA PENA

KAJIAN ISLAM YANG MEMUAT HAL-HAL BERKAITAN TENTANG PENGETAHUAN ISLAM BAIK SADURAN ATAU KARYA ASLI. BAIK HAL AKIDAH, MUAMALAT, FIKIH ATAUPUN TASKIYATUN NUFS (PENYUCIAN HATI)

JUGA KARYA PENA UMUM BERUPA PUISI CERPEN DAN KARANGAN ATAU ILMU PENGETAHUAN UMUM DAN PENELITIAN ILMIAH

Sabtu, 09 Oktober 2010

'KETEGARAN SEBUTIR MUTIARA' (KISAH ROMANTISME TERINDAH SEPANJANG SEJARAH PART II)


KETEGARAN SEBUTIR MUTIARA
Segala Puji Bagi Allah, Tuhan Yang Maha Indah. Semoga shalawat serta salam terus dilimpahkan pada Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam. Amma ba’d

Masihkah kita ingat pada Ummu Sulaim radhiyallahu ‘anha, seorang sahabiyah yang meminta mahar paling mahal di dunia? Mahar termahal yang pernah ada, murah meriah menurut orang yang berselera rendahan, namun benar-benar tak ternilai bila dipandang dari sudut hakekat kehidupan makhluk Allah di alam semesta raya.

Rumaisha binti Milhan radhiyallahu ‘anhu atau yang dikenal dengan Ummu Sulaim, lagi-lagi mencetak sejarah yang sangat romantis dan gemilang di seantero Langit dan Bumi. Andai penduduk Bumi sudah lupa akan kisah ini, bukan berarti penduduk Langit juga lupa, karena kabar gembira telah disampaikan oleh RasulNya Shalallahu ‘alaihi wasallam kepadanya dalam bentuk mimpi yang Beliau Shalallahu ‘alaihi wasallam mendengar langkah kakinya di syurga.

Berikut Kisahnya (didaur dengan kata-kata penulis dengan alur tetap pada konteks):
Beberapa lama setelah pernikahan antara Ummu Sulaim dengan Abu Thalhah radhiyallahu ‘anhuma berlangsung, mereka diberi karunia dan nikmat yang besar oleh Allah Ta’ala berupa anak laki-laki yang lucu, manis dan tampan bernama Abu Umair. Ia sering bermain-main dengan burung kesayangannya yang diberi nama Nughair. Ia senang merawatnya dan memandikannya dan ia pun senang sekali bermain dengan burung itu, ia pun memiliki kasih sayang yang tinggi walaupun masih kanak-kanak. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam sangat menyenangi Abu Umair, Beliau seringkali bercanda dengan Abu Umair. Pada suatu saat burung Abu Umir mati, Abu Umair menangisinya dengan kesedihan yang mendalam. Kemudian lewatlah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, mengetahui situasi tersebut Beliau berusaha menghibur Abu Umair dengan mengatakan, “Wahai Abu Umair, apa yang telah diperbuat oleh si Nughair (Burung Kecil itu)?”. Hadist yang sangat masyhur, menggambarkan tingginya kecintaan dan kepekaan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam terhadap anak kecil yang sangat peka perasaannya. Sampai-sampai Imam Asy-Syafi’ie rahimahullah tak bisa tidur semalam suntuk untuk memikirkan kandungan dan hikmah dari hadist ini.

Suatu saat Abu Umair jatuh sakit, sakit dan sakit yang bertambah parah. Abu Thalhah sangat sayang padanya, ia selalu menanyakan kabar anaknya kepada sang istri tercinta Ummu Sulaim. Suatu saat di tengah-tengah kondisi yang tidak mengenakkan pasangan suami istri ini, tugas pun menjemput sang Abu Thalhah. Ia harus pergi untuk melaksanakan suatu urusan  yang sangat penting dan tak bisa ditunda. Maka mereka pun berpamitan dengan mesranya. “Wahai Adinda Sulaim, saya harus melaksanakan tugas itu. Insya Allah, saya akan kembali dengan membawa sesuatu yang bisa menyenangkanmu dan anak kita. Tolong jagalah anak kita dengan sebaik-baiknya”, pesan Abu Thalhah. “Wahai Kakanda Thalhah, pergilah dengan ridha Allah, semoga Allah menjagamu. Insya Allah aku akan menjaga anakmu dengan sebaik-baiknya”. Mungkin itulah kata-kata mereka sebelum perpisahan itu terjadi, atau bahkan lebih indah lagi dan tak  kan bisa dilukiskan dengan bahasa sederhana dalam deret kalimat SPOK. Kata-kata syair yang memiliki makna tinggi memang sering dilontarkan orang-orang Arab maupun Melayu jaman dahulu. Liriknya sangat indah, bahkan sangat indah bila kita bisa memahami maknanya. Yach, mungkin memang mereka benar-benar sempat bersyair sebelum berpisah dengan lirik serta makna yang sangat menawan hati.

Allah, Kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Al-Hadid: 2). Ia berkehendak untuk mengambil Abu Umair di saat-saat Abu Thalhah akan pulang ke rumahnya, akhirnya Abu Umair pun menghembuskan nafas terakhirnya. Dengan ditemani kerabat dan saudara-saudaranya serta teman-temannya, Ummu Sulaim menyaksikan anaknya tergolek lemah tak bernyawa. Tetesan air mata pun mengalir di celah-celah pipinya, hatinya sangat sedih melihat kondisi puteranya. Wajar ia menangis, wajar dan sangat wajar. Kasih sayang seorang ibu sangatlah mendalam kepada anak-anaknya terlebih lagi saat-saat yang lucu masih tergores di wajah puteranya. Namun, apakah Ummu Sulaim tersedu-sedu dalam tangisnya, meraung-raung atau bahkan berteriak histeris? Inilah ketabahan seorang ibu, ibu yang tercetak sebagai mutiara yang indah sepanjang sejarah Kaum Muslimin di Bumi ini.

... Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi... (Al-Baqarah: 255). Itulah hal yang terpatri dalam dada Ummu Sulaim. Buat apa ditangisi bila yang terjadi telah terjadi. Kita menangis tersedu-sedu hingga berteriak histeris tak kan pernah bisa menghidupkan sang Abu Umair. Lalu dengan penuh kesadaran Ummu Sulaim menghapus air mata kesedihannya, ia ganti dengan senyuman yang merekah di bibirnya, berat....berat terasa...namun ia mencoba dan terus mencoba. Akhirnya atas berkat rahmat Allah, dia pun bisa. Lalu ia mengatakan dengan penuh senyuman kepada kerabat dan saudaranya. “Wahai saudara-saudaraku, kalian telah mengetahui bahwa Abu Thalhah, suami tercintaku akan pulang hari ini. Aku tidak mau membuatnya sedih terhadap hal yang telah ditakdirkan Allah atas kami, maka tolonglah aku”. “Apa yang bisa aku lakukan untuk menlolongmu hai Sulaim?”. Berkatalah Ummu Sulaim pada mereka, “Keluarlah kalian semua, pulanglah ke rumah kalian masing-masing. Anggap saja tidak terjadi apa-apa. Ingatlah, janganlah kalian katakan peristiwa ini pada Abu Thalhah, kcuali aku sendiri yang akan mengatakan padanya”. Subhanallah, kata-kata yang manis dan mengandung ketegaran sejati seorang ibu sekaligus seorang istri yang sangat indah akhlaknya. Benar-benar indah seindah mutiara yang terbalut dengan kaca kristal. Indah, menawan dan memukau lagi kuat serta berharga sangat mahal. Itulah Ummu Sulaim dengan kisah ketegarannya....>>> To Be Continued

@nd. 

Rujukan:
1. Al-Qur’an.
2. Muhammad bin Abdirrahman al-‘Arifi. 2008. Istamti’ bi Hayatika. Surabaya: Pustaka Yassir.
3. Tami. Kisah-Kisah Tauladan. Copied from Situs Jilbab Online. http://muslimah.blogsome.com/
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Berdiskusi...Tangan Kami Terbuka Insya Allah