KAJIAN ISLAM DAN KARYA PENA

KAJIAN ISLAM YANG MEMUAT HAL-HAL BERKAITAN TENTANG PENGETAHUAN ISLAM BAIK SADURAN ATAU KARYA ASLI. BAIK HAL AKIDAH, MUAMALAT, FIKIH ATAUPUN TASKIYATUN NUFS (PENYUCIAN HATI)

JUGA KARYA PENA UMUM BERUPA PUISI CERPEN DAN KARANGAN ATAU ILMU PENGETAHUAN UMUM DAN PENELITIAN ILMIAH

Senin, 07 Juli 2014

MURTAD TANDA SADAR DI IAIN



(Resensi dari Buku Ada Pemurtadan di IAIN)

بسم الله الرحمن الرحيم


Judul                 : Ada Pemurtadan di IAIN
Penulis              : Hartono Ahmad Jaiz
Penerbit             : Al-Kautsar Media
Tebal Halaman  : 244 hal + XXXVI
Harga                 : Rp 48.000
Pemesanan         : Click judul "Serigala Berbulu Domba"


Segala Puji Hanya Milik Allah, hanya Dia-lah pemilik segala kesempurnaan dan segala kemuliaan. Dia tidak membutuhkan semua makhluk di semesta ini, karena Dia Maha Hidup dan Maha Berdiri Sendiri. Siapa yang beriman tak membuat Dia merasa butuh dengan itu, dan siapa yang kafir maka Dia pun tak kan pernah turun derajadNya untuk selamanya. Semoga Shalawat serta keselamatan selalu terlimpah kepada Rasulullah, Muhammad ibn Abdillah beserta seluruh ahlul baitnya, seluruh para sahabatnya dan juga umatnya yang mengikuti sunnahnya hingga akhir zamman. Amma ba’d.
Allah Jalla wa ‘Alla berfirman, (artinya)
Di antara manusia ada yang mengatakan: Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian, pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. (QS. Al-Baqarah: 8).
Dari Firman Allah tersebut diketahui bahwa ada orang-orang yang mengaku beriman akan tetapi sebenarnya hatinya tidak beriman. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui Yang Nampak dan Yang Ghoib, Dia pulalah yang mengetahui isi hati. Orang yang berkarakter seperti ini dinamakan orang Munafik.
Allah banyak berfirman untuk menerangkan ciri-ciri orang-orang munafik agar hamba-hambaNya mengetahui bahaya munafik ditinjau dari dosa-dosanya, hukumannya di akhirat dan juga bahaya makarnya terhadap kaum Muslimin. Bahaya makar kaum Munafik ini sangat berbahaya dan lebih berbahaya daripada orang-orang kafir. Sebagaimana Allah berfirman, (artinya),
Dan bila dikatakan kepada mereka:Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi. Mereka menjawab: Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.
Kerusakan-kerusakan yang dimaksud oleh Ibnu Katsir dan beberapa ulama ahli tafsir adalah kerusakan yang terfokus pada masalah agama. Karena makar mereka banyak orang yang terjerumus kepada jalan kesesatan hingga akhirnya pengikut-pengikut orang munafik tersebut terseret ke neraka sedangkan mereka tidak menyadarinya.
Makar orang-orang munafik pada jaman Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam sangatlah tersembunyi. Mereka seakan-akan melakukan ketaatan akan tetapi tatkala sudah berada di belakang kaum Muslimin, yaitu saat mereka bercengkerama dan berkumpul dengan orang-orang Kafir, maka mereka pun berpaling dari keimanan mereka. Allah berfirman untuk menerangkan sifat orang-orang munafik yang bersikap plin-plan ini, (artinya)
Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman". Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok."
Beberapa ahli tafsir menerangkan bahwa yang dimaksud setan-setan mereka adalah orang-orang yang mereka kagumi, ikuti, dan dijadikan pemimpin dari kalangan orang-orang kafir. Kekaguman mereka terhadap orang-orang kafir hanyalah karena ambisi mereka untuk meraih dunia. Sebagaimana kisah sejarah munculnya kaum Munafik dalam agama yang dibawa Rasulullah Muhammad ibn Abdillah Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah saat Beliau berhijrah ke Madinah. Di situlah Abdullah ibn Ubay ibn Salul tidak setuju dengan sikap penduduk Madinah yang mengangkat Rasulullah sebagai pemimpin, karena sebelumnya memang Abdullah ibn Salul-lah yang rencana akan dipilih sebagai pemimpin.
Demikian pula di Indonesia, negeri yang mayoritas penduduknya beragama Islam pun ada yang tidak senang bila hukum di Indonesia menggunakan hukum Islam. Dengan berbagai cara mereka meredupkan cahaya Allah di Bumi Indonesia agar mereka (kaum Munafil) mendapatkan bagian dari harta benda orang-orang kafir atau sedikit dari kebebasan yang semu.
Berbagai cara mereka tempuh, mulai melalui media hingga masuk ke sistem pendidikan. Belum puas dengan itu, pendidikan yang berbasis agama-pun dijadikan alat oleh orang-orang Munafik untuk menjauhkan kaum Muslimin yang teguh kepada agamaNya. Mereka mencetak generasi muda Islam dengan sebuah faham baru yang datang dari orang-orang Kafir baik yang datang dari Barat maupun Timur. Upaya mereka ini diklaim untuk memberikan kemajuan pada Islam, melakukan perbaikan dan alasan lain yang mereka utarakan secara ilmiah, namun pada dasarnya mereka adalah kaum yang paling merusak. Itulah kaum Munafik di Indonesia, mereka tega untuk merusak generasi Muslim melalui jalur pendidikan agama.
IAIN (Institut Agama Islam Negeri) atau UIN (Universitas Islam Negeri), sebuah lembaga pendidikan tinggi Agama Islam tidak luput dari upaya kaum Munafik untuk mengusung makar mereka agar generasi muda tidak menjadi orang yang teguh memegang agama. Mereka mengusung faham pluralisme, demokrasi, liberalisme, dan isme yang datangnya bukan dari Islam, tetapi mereka katakan bahwa hal itu merupakan sebuah pembaharu yang positif namun hakekatnya merusak. Mereka melakukan itu tidak lain karena mereka mendapat kucuran dana dari orang-orang Kafir baik di Barat Maupun di Timur.
Melihat fenomena yang menyedihkan ini, Ust. Hartono Ahmad Jaiz yang merupakan mantan alumni IAIN mencoba membedah fakta yang beliau temukan di dalamnya. Beliau merupakan alumni IAIN yang (alhamdulillah) tidak terpengaruh dengan promosi pluralisme dan isme Kafir lainnya. Oleh sebab itu beliau berani membuka kedok yang tersembunyi dan fakta yang sangat mengejutkan. Makar kaum Munafik di IAIN bukan hanya sebatas menjauhkan dari sisi ushul fiqih semata namun sudah masuk ke ranah aqidah. Filsafat dan Metode Tafsir Hermeneutika merupakan dua senjata perusak Kaum Muslimin generasi muda yang sangat hebat, hingga mahasiswa baru di jurusan Ushuluddin IAIN Sunan Gunung Jati (Bandung) pun diajak oleh seniornya meneriakkan “Anjing hu akbar”.
Saat peresensi meng-cross check kepada salah satu mahasiswa IAIN Sunan Gunung Jati (Bandung) tentang peristiwa itu, dia berkata bahwa itu maknanya harus dicerna secara syariat. Bahwa saat ini banyak orang yang memuja dunia, sehingga mereka secara filsafat menuhankan dunia yang oleh Rasulullah Shallalhu ‘alaihi wa sallam dianggap lebih rendah dari bangkai kambing yang cacat. Mereka menyindir bahwa dunia dijadikan yang maha besar, maka mereka pun menriakkan kalimat yang terkesan munkar tersebut.


Secara ilmiah, hal ini diterima oleh kalangan intelektual dan mahasiswa yang ‘bodoh’ lagi ‘polos’, padahal secara fiqih dan aqidah tetaplah hal itu tidak bisa dibenarkan. Karena perkataan adalah yang dipertanggung jawabkan dan perkataan haruslah jelas yang haq adalah haq, dan yang batil adalah batil. Filsafat hanyalah membingungkan dan bisa menyeret pada KEMURTADAN. Sisi kedua bila mereka berkata demikian, maka tidak bisa diterima juga, karena ternyata tertangkap video mahasiswa itu menyatakan, “Kita sekarang berada di AREA BEBAS TUHAN.” Mana mungkin Allah membuat sebuah tempat dimana Ia tidak mampu atau tidak mau mengurus hamba-hambaNya, hingga manusia pun dibebaskan berbuat apapun di area tersebut? Ini merupakan PEMURTADAN DI IAIN.
Inilah secuplik apa yang dipaparkan oleh Ust. Hartono Ahmad Jaiz hafidzahullah dan masih banyak lagi hal yang perlu kita perhatikan. Khususnya bagi orang tua yang ingin menyekolahkan anak-anaknya di IAIN, UIN maupun STAIN atau STAIS, harus benar-benar selektif. Ust. Ust. Hartono Ahmad Jaiz juga memberikan alternatif yang harus ditempuh para orang tua yang akan memasukkan anaknya pada pendidikan jenjang perguruan tinggi.
Hanya saja, kekurangan dari buku ini tidak disertakan secara gamblang alternatif bagi mahasiswa yang sudah terlanjur masuk ke perguruan tinggi semacam IAIN dan UIN. Begitu pula tidak disertakan bagaimana orang tua seharusnya memperlakukan anak-anak mereka yang sudah terlanjur memasuki UIN, IAIN, STAIN khususnya di Fakultas Ushuluddin yang oleh banyak orang diplesetkan dengan nama Uculuddin (Agama yang lepas).
Bagaimanapun buku ini sangat penting untuk kita baca, menarik dan mengejutkan. Khususnya bagi orang tua yang kurang memahami seluk-beluk STAIN, STAIS, IAIN, UIN yang mereka telah mengubah beberapa mata kuliah dan pengajarannya. Menjejelakan faham yang tidak sepantasnya untuk dimasukkan kepada Kaum Muslimin. Karena sejujurnya banyak sekali orang tua yang menganggap sekolah tinggi agama semuanya baik, karena belajar agama. Mereka tidak tahu bahwa ada serigala berbulu domba yang siap mencabik-cabik mahasiswa yang polos itu dengan taring hermeneutika dan cakar filsafat. Oleh sebab itu bagaimana perasaan orang tua tatkala sang anak keluar dari Sekolah Tinggi Islam sudah jauh dari Islam yang dimaksudkan Allah dan RasulNya, bahkan mereka sudah masuk kategori MURTAD tanpa sadar.
Bagaimana pula pertanggungjawaban orang tua terhadap anaknya yang sudah murtad padahal orang tua adalah mengharapkan mereka menjadi anak yang unggul di bidang agama, menjadi bertakwa dan sholih/sholihah, bahkan harapan mereka mampu mencetak ulama sebagaimana Buya Hamka, Kyai Agus Salim, Kyai Ahmad Dahlan, dan Kyai Hasyim Asy’ari, Tuanku Imam Bonjol, Pangeran Diponegoro dan sederet nama ulama Muslim yang teguh membela Islam?
Oleh sebab itu rujuklah kitab ini wahai orang tua.

Diresensi oleh:
ARNANDA AJI SAPUTRA, SE., ME. (Pengelola Tauhid Online Store)



Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Berdiskusi...Tangan Kami Terbuka Insya Allah