(Resensi
dari Buku Ada Pemurtadan di IAIN)
بسم الله الرحمن الرحيم
Judul : Ada Pemurtadan di IAIN
Penulis : Hartono Ahmad Jaiz
Penerbit : Al-Kautsar Media
Tebal Halaman : 244 hal + XXXVI
Harga : Rp 48.000
Pemesanan : Click judul "Serigala Berbulu Domba"
Segala Puji Hanya Milik Allah, hanya Dia-lah pemilik segala kesempurnaan
dan segala kemuliaan. Dia tidak membutuhkan semua makhluk di semesta ini,
karena Dia Maha Hidup dan Maha Berdiri Sendiri. Siapa yang beriman tak membuat
Dia merasa butuh dengan itu, dan siapa yang kafir maka Dia pun tak kan pernah
turun derajadNya untuk selamanya. Semoga Shalawat serta keselamatan selalu
terlimpah kepada Rasulullah, Muhammad ibn Abdillah beserta seluruh ahlul baitnya,
seluruh para sahabatnya dan juga umatnya yang mengikuti sunnahnya hingga akhir
zamman. Amma ba’d.
Allah Jalla wa ‘Alla berfirman, (artinya)
“Di
antara manusia ada yang mengatakan: ‘Kami
beriman kepada Allah dan Hari kemudian,’
pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. (QS. Al-Baqarah: 8).
Dari Firman Allah
tersebut diketahui bahwa ada orang-orang yang mengaku beriman akan tetapi sebenarnya
hatinya tidak beriman. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui Yang Nampak dan Yang
Ghoib, Dia pulalah yang mengetahui isi hati. Orang yang berkarakter seperti ini
dinamakan orang Munafik.
Allah banyak berfirman untuk menerangkan ciri-ciri orang-orang munafik agar
hamba-hambaNya mengetahui bahaya munafik ditinjau dari dosa-dosanya, hukumannya
di akhirat dan juga bahaya makarnya terhadap kaum Muslimin. Bahaya makar kaum
Munafik ini sangat berbahaya dan lebih berbahaya daripada orang-orang kafir.
Sebagaimana Allah berfirman, (artinya),
“Dan
bila dikatakan kepada mereka: ‘Janganlah kamu
membuat kerusakan di muka bumi’. Mereka menjawab: ‘Sesungguhnya
kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.’ Ingatlah,
sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka
tidak sadar.”
Kerusakan-kerusakan
yang dimaksud oleh Ibnu Katsir dan beberapa ulama ahli tafsir adalah kerusakan
yang terfokus pada masalah agama. Karena makar mereka banyak orang yang
terjerumus kepada jalan kesesatan hingga akhirnya pengikut-pengikut orang munafik
tersebut terseret ke neraka sedangkan mereka tidak menyadarinya.
Makar orang-orang munafik pada jaman Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa
sallam sangatlah tersembunyi. Mereka seakan-akan melakukan ketaatan akan
tetapi tatkala sudah berada di belakang kaum Muslimin, yaitu saat mereka
bercengkerama dan berkumpul dengan orang-orang Kafir, maka mereka pun berpaling
dari keimanan mereka. Allah berfirman untuk menerangkan sifat orang-orang
munafik yang bersikap plin-plan ini, (artinya)
“Dan
bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan:
"Kami telah beriman". Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan
mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu,
kami hanyalah berolok-olok."
Beberapa ahli
tafsir menerangkan bahwa yang dimaksud setan-setan mereka adalah orang-orang
yang mereka kagumi, ikuti, dan dijadikan pemimpin dari kalangan orang-orang
kafir. Kekaguman mereka terhadap orang-orang kafir hanyalah karena ambisi
mereka untuk meraih dunia. Sebagaimana kisah sejarah munculnya kaum Munafik
dalam agama yang dibawa Rasulullah Muhammad ibn Abdillah Shalallahu ‘alaihi wa sallam
adalah saat Beliau berhijrah ke Madinah. Di situlah Abdullah ibn Ubay ibn Salul
tidak setuju dengan sikap penduduk Madinah yang mengangkat Rasulullah sebagai
pemimpin, karena sebelumnya memang Abdullah ibn Salul-lah yang rencana akan
dipilih sebagai pemimpin.
Demikian pula di Indonesia, negeri yang
mayoritas penduduknya beragama Islam pun ada yang tidak senang bila hukum di Indonesia
menggunakan hukum Islam. Dengan berbagai cara mereka meredupkan cahaya Allah di
Bumi Indonesia agar mereka (kaum Munafil) mendapatkan bagian dari harta benda
orang-orang kafir atau sedikit dari kebebasan yang semu.
Berbagai cara mereka tempuh, mulai melalui media
hingga masuk ke sistem pendidikan. Belum puas dengan itu, pendidikan yang
berbasis agama-pun dijadikan alat oleh orang-orang Munafik untuk menjauhkan
kaum Muslimin yang teguh kepada agamaNya. Mereka mencetak generasi muda Islam
dengan sebuah faham baru yang datang dari orang-orang Kafir baik yang datang
dari Barat maupun Timur. Upaya mereka ini diklaim untuk memberikan kemajuan
pada Islam, melakukan perbaikan dan alasan lain yang mereka utarakan secara
ilmiah, namun pada dasarnya mereka adalah kaum yang paling merusak. Itulah kaum
Munafik di Indonesia, mereka tega untuk merusak generasi Muslim melalui jalur
pendidikan agama.
IAIN (Institut Agama Islam Negeri) atau UIN
(Universitas Islam Negeri), sebuah lembaga pendidikan tinggi Agama Islam tidak
luput dari upaya kaum Munafik untuk mengusung makar mereka agar generasi muda
tidak menjadi orang yang teguh memegang agama. Mereka mengusung faham
pluralisme, demokrasi, liberalisme, dan isme yang datangnya bukan dari Islam,
tetapi mereka katakan bahwa hal itu merupakan sebuah pembaharu yang positif
namun hakekatnya merusak. Mereka melakukan itu tidak lain karena mereka
mendapat kucuran dana dari orang-orang Kafir baik di Barat Maupun di Timur.
Melihat fenomena yang menyedihkan ini, Ust.
Hartono Ahmad Jaiz yang merupakan mantan alumni IAIN mencoba membedah fakta yang
beliau temukan di dalamnya. Beliau merupakan alumni IAIN yang (alhamdulillah) tidak terpengaruh dengan promosi
pluralisme dan isme Kafir lainnya. Oleh sebab itu beliau berani membuka kedok
yang tersembunyi dan fakta yang sangat mengejutkan. Makar kaum Munafik di IAIN
bukan hanya sebatas menjauhkan dari sisi ushul fiqih semata namun sudah masuk
ke ranah aqidah. Filsafat dan Metode Tafsir Hermeneutika merupakan dua senjata
perusak Kaum Muslimin generasi muda yang sangat hebat, hingga mahasiswa baru di
jurusan Ushuluddin IAIN Sunan Gunung Jati (Bandung) pun diajak oleh seniornya
meneriakkan “Anjing hu akbar”.
Saat peresensi meng-cross check kepada salah
satu mahasiswa IAIN Sunan Gunung Jati (Bandung) tentang peristiwa itu, dia
berkata bahwa itu maknanya harus dicerna secara syariat. Bahwa saat ini banyak
orang yang memuja dunia, sehingga mereka secara filsafat menuhankan dunia yang
oleh Rasulullah Shallalhu ‘alaihi wa sallam dianggap lebih rendah dari
bangkai kambing yang cacat. Mereka menyindir bahwa dunia dijadikan yang maha
besar, maka mereka pun menriakkan kalimat yang terkesan munkar tersebut.
Secara ilmiah, hal ini diterima oleh kalangan
intelektual dan mahasiswa yang ‘bodoh’ lagi ‘polos’, padahal secara fiqih dan
aqidah tetaplah hal itu tidak bisa dibenarkan. Karena perkataan adalah yang
dipertanggung jawabkan dan perkataan haruslah jelas yang haq adalah haq, dan
yang batil adalah batil. Filsafat hanyalah membingungkan dan bisa menyeret pada
KEMURTADAN. Sisi kedua bila mereka berkata demikian, maka tidak bisa
diterima juga, karena ternyata tertangkap video mahasiswa itu menyatakan, “Kita
sekarang berada di AREA BEBAS TUHAN.” Mana mungkin Allah membuat sebuah tempat
dimana Ia tidak mampu atau tidak mau mengurus hamba-hambaNya, hingga manusia
pun dibebaskan berbuat apapun di area tersebut? Ini merupakan PEMURTADAN DI
IAIN.
Inilah secuplik apa yang dipaparkan oleh Ust. Hartono Ahmad Jaiz hafidzahullah dan masih banyak lagi hal yang perlu kita
perhatikan. Khususnya bagi orang tua yang ingin menyekolahkan anak-anaknya di
IAIN, UIN maupun STAIN atau STAIS, harus benar-benar selektif. Ust. Ust. Hartono Ahmad Jaiz juga memberikan alternatif yang harus ditempuh para orang tua yang akan
memasukkan anaknya pada pendidikan jenjang perguruan tinggi.
Hanya saja, kekurangan dari buku ini tidak
disertakan secara gamblang alternatif bagi mahasiswa yang sudah terlanjur masuk
ke perguruan tinggi semacam IAIN dan UIN. Begitu pula tidak disertakan
bagaimana orang tua seharusnya memperlakukan anak-anak mereka yang sudah
terlanjur memasuki UIN, IAIN, STAIN khususnya di Fakultas Ushuluddin yang oleh
banyak orang diplesetkan dengan nama Uculuddin (Agama yang lepas).
Bagaimanapun buku ini sangat penting untuk kita
baca, menarik dan mengejutkan. Khususnya bagi orang tua yang kurang memahami
seluk-beluk STAIN, STAIS, IAIN, UIN yang mereka telah mengubah beberapa mata
kuliah dan pengajarannya. Menjejelakan faham yang tidak sepantasnya untuk
dimasukkan kepada Kaum Muslimin. Karena sejujurnya banyak sekali orang tua yang
menganggap sekolah tinggi agama semuanya baik, karena belajar agama. Mereka
tidak tahu bahwa ada serigala berbulu domba yang siap mencabik-cabik mahasiswa
yang polos itu dengan taring hermeneutika dan cakar filsafat. Oleh sebab itu
bagaimana perasaan orang tua tatkala sang anak keluar dari Sekolah Tinggi Islam
sudah jauh dari Islam yang dimaksudkan Allah dan RasulNya, bahkan mereka sudah
masuk kategori MURTAD tanpa sadar.
Bagaimana pula pertanggungjawaban orang tua terhadap
anaknya yang sudah murtad padahal orang tua adalah mengharapkan mereka menjadi
anak yang unggul di bidang agama, menjadi bertakwa dan sholih/sholihah, bahkan harapan
mereka mampu mencetak ulama sebagaimana Buya Hamka, Kyai Agus Salim, Kyai Ahmad
Dahlan, dan Kyai Hasyim Asy’ari, Tuanku Imam Bonjol, Pangeran Diponegoro dan
sederet nama ulama Muslim yang teguh membela Islam?
Oleh sebab itu rujuklah kitab ini wahai orang
tua.
Diresensi oleh:
ARNANDA AJI SAPUTRA, SE., ME. (Pengelola Tauhid Online Store)
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Berdiskusi...Tangan Kami Terbuka Insya Allah