KAJIAN ISLAM DAN KARYA PENA

KAJIAN ISLAM YANG MEMUAT HAL-HAL BERKAITAN TENTANG PENGETAHUAN ISLAM BAIK SADURAN ATAU KARYA ASLI. BAIK HAL AKIDAH, MUAMALAT, FIKIH ATAUPUN TASKIYATUN NUFS (PENYUCIAN HATI)

JUGA KARYA PENA UMUM BERUPA PUISI CERPEN DAN KARANGAN ATAU ILMU PENGETAHUAN UMUM DAN PENELITIAN ILMIAH

Kamis, 13 Maret 2014

KESIBUKAN DUNIA HAMPIR MENGAKHIRI HIDUPNYA



بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
KESIBUKAN DUNIA 
HAMPIR MENGAKHIRI HIDUPNYA

Segala puji hanya milik Allah, semoga shalawat serta salam tetap terlimpahkan kepada Sang utusan Allah, Muhammad ibn Abdillah beserta keluarganya, seluruh sahabatnya, umatnya yang mengikuti sunnahnya dan berusaha teguh di atas jalan yang diajarkannya. Amma ba’d.
CINTA boleh jadi komponen utama tuk meraih hidup bahagia, akan tetapi salah memaknai maknanya boleh jadi akan merobek sebuah jalinan kehidupan yang sejahtera. Cinta lawan jenis merupakan sunnatullah yang ditetapkan oleh Allah kepada para hambaNya, oleh sebab itulah Allah mensyariatkan menikah sebagai langkah penghalalan hubungan antara laki-laki dan perempuan untuk menjalin cinta dan kasih sayang. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا تَزَوَّجَ العَبْدُ فَقَدْ كَمَّلَ نِصْفَ الدِّيْنِ ، فَلْيَتَّقِ اللهَ فِي النِّصْفِ البَاقِي
Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Karenanya, bertakwalah pada Allah pada separuh yang lainnya.[1]
Itulah salah satu upaya hamba yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk menjalin cinta agar terbentuk keturunan yang kuat dan bertaqwa.
Kata ‘menyempurnakan’ secara makna berarti membuat sesuatu yang kekurangan atau  berlebih menjadi pas/tepat sesuai ukuran dan standar yang ada. Ukuran dan standar dari sebuah agama adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Menikah dikatakan menyempurnakan separuh agama, karena ada syariat yang tidak bisa dilakukan secara ‘sendiri’ tanpa adanya aktivitas pernikahan. Bahkan bila dilakukan sebelum adanya akad dalam pernikahan termasuk kategori dosa besar. Sebagaimana perkataan, pandangan, rabaan bahkan jima’ akan berpahala setelah menikah tetapi dosa bila dilakukan sebelumnya. Sebagaimana Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَفِى بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ ». قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيَأْتِى أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُونُ لَهُ فِيهَا أَجْرٌ قَالَ « أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِى حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ فِيهَا وِزْرٌ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِى الْحَلاَلِ كَانَ لَهُ أَجْرٌ
Hubungan badan antara kalian (dengan isteri atau hamba sahaya kalian) adalah sedekah. Para sahabat lantas ada yang bertanya pada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Wahai Rasulullah, apakah dengan kami mendatangi istri kami dengan syahwat itu mendapatkan pahala?’ Beliau menjawab, ‘Bukankah jika kalian bersetubuh pada yang haram, kalian mendapatkan dosa. Oleh karenanya jika kalian bersetubuh pada yang halal, tentu kalian akan mendapatkan pahala[2]
Oleh sebab itu, syariat Islam telah memberikan solusi untuk menyempurnakannya, yaitu dengan menikah.
Guna mendapatkan kesempurnaan dalam agama, maka pernikahan dilandasi juga karena agama. Sehingga kedua pasangan (suami & istri) hendaknya juga memperhatikan masalah agamanya. Begitu pula sejak akan berta’aruf, meminang/melamar hingga menikah harus dilihat berdasarkan agamanya. Bila ada kekurangan dalam agamanya maka akan menimbulkan sebuah problematikan rumah tangga yang pelik bahkan boleh jadi akan menyebabkan kandasnya bahtera rumah tangga. Na’udzubillah. Hal ini sesuai dengan Sabda Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam,
تُنْكَحُ النِّسَاءُ لِأَرْبَعَةٍ: لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَلِهَا وَلِدِيْنِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّيْنِ تَرِبَتْ يَدَاكَ  
Wanita itu (menurut kebiasaan yang ada, pent.) dinikahi karena empat perkara, bisa jadi karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah olehmu wanita yang memiliki agama. Bila tidak, engkau celaka.[3]
Sudah banyak bukti yang memaparkan fakta rusaknya rumah tangga karena kedua pasangan suami-istri tidak memahami permasalahan agama dalam hidupnya. Menikah hanya karena hawa nafsu tanpa partimbangan agamanya.
Salah satu kisah yang akan kami paparkan, adalah kisah yang benar-benar membuktikan hadits Rasulullah Muhammad ibn Abdillah Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang terakhir kami tuliskan. Kisah yang memilukan dan hampir menjadi penyebab kecelakaan besar seorang kepala rumah tangga beserta seluruh keluarganya. Kisah nyata yang penulis dengar dengan sanad yang kuat. Dari Imam Syathibi dari Pelaku, bahwa dia menuturkan:
A.      Dia Seorang Dokter
Seorang laki-laki muda berusia sekitar 35 tahun, dia seorang dokter yang telah memiliki ijin praktik. Dokter lulusan universitas terkenal di kota Malang yang meluluskan banyak dokter profesional setiap tahunnya. Laki-laki ini (menurut penuturan Imam Syathibi) telah diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan telah bekerja di rumah sakit sebuah perusahaan besar dengan gaji yang besar pula.
Sang dokter menyunting seorang wanita yang juga berprofesi seorang dokter spesialis. Dokter yang cerdas dan memiliki kesibukan luar biasa. Seorang wanita yang menjadi istrinya juga telah diangkat menjadi PNS dan bekerja di Rumah Sakit Syaiful Anwar Kota Malang. Ayah dari istrinya (mertua) seorang yang kaya raya dan mendirikan klinik kesehatan di salah satu wilayah Kota Malang. Klinik kesehatan itu dipercayakan kepada Sang Dokter muda untuk dikelola, sedangkan istrinya sibuk dengan pekerjaannya. Sehingga Sang Dokter muda berpenghasilan bersih 8 juta per bulan bahkan lebih dari hasil kerjanya di Rumah Sakit perusahaan serta klinik mertuanya.
B.      Kesibukan yang Luar Biasa
Semua orang mengatakan ‘wajar’ bila kerja dokter memang sangat sibuk melayani para pasien, akan tetapi syariat Islam mengatakan “TIDAK WAJAR” terhadap aktivitas kehidupan yang didominasi oleh kegiatan yang bersifat sunnah atau bahkan mubah melebihi hal yang wajib.
Seorang istri memang boleh untuk melayani orang lain agar beban hidupnya berkurang, khususnya masalah kesehatan yang cukup penting bagi seorang muslim. Hanya saja, di sisi lain kewajiban melayani suami dan mendidik anak-anak merupakan sebuah hal yang WAJIB dan tidak dapat dinomorduakan.
Sang suami cukup sibuk dengan pekerjaannya untuk bekerja di rumah sakit perusahaan serta mengelola klinik mertuanya. Sedangkan sang istri sudah sibuk dengan rumah sakit daerahnya, dimana pasien telah berdatangan dari berbagai penjuru. Tugas dokter spesialis terhadap pasiennya juga cukup tinggi. Mulai dari memeriksa hingga mengawasi pasien yang masuk hingga pasien itu keluar atau meninggal dunia, mengingat RSSA adalah salah satu rumah sakit pendidikan di Kota Malang, sehingga sistemnya cukup ketat untuk menangani hanya seorang pasien apalagi lebih dari itu.
Di tengah-tengah kesibukan mereka, Allah memberikan mereka karunia seorang anak. Anak yang tumbuh dengan baik, sehat jasmani dan ruhani akan tetapi kering dengan kasih sayang orang tuanya. Mungkin pembantu yang menjadi tumpuannya, atau boleh jadi tetangganya yang mengasuh atas landasan tangung jawab untuk meraih uang tanpa kasih sayang kecuali hanya sedikit sekali karena merupakan fitrah manusia.
Sebab kesibukan kedua orang tuanya tentu saja berimbas pada pendidikan anaknya. Kurangnya kasih sayang menyebabkan sang anak itu melawan orang tuanya dan berani terhadap mereka. Orang tua yang cuek karena kesibukannya, menambah kebandelan sang anak. Pasien lebih mereka perhatikan daripada anaknya, entah karena apa.
C.   Problematika Sang Dokter
Wajar sebagai manusia tertekan dengan masalah yang menimpanya, akan tetapi tidak wajar bila masalah itu membuatnya frustasi sehingga melahirkan tindakan yang sangat fatal bagi diri dan orang lain. Semua masalah ada jalan keluarnya, akan tetapi tidak semua orang diberitahu jalan keluar itu oleh Allah Azza wa Jalla dalam waktu cepat.
Ilmu agama yang minimalis dan ditunjang dengan kesibukan dunia yang sangat fantastis membuat dirinya dirundung tekanan fisik dan psikis yang luar biasa. Belum lagi sang istri juga sibuk luar biasa ditambah kebandelan anaknya yang sudah melampaui batas wajar anak-anak kecil. Mertua yang memiliki klinik juga acuh terhadapnya, yang dipikirkan mungkin hanya klinik-klinik dan klinik. Sedangkan klinik sendiri tidak bisa ditinggal begitu saja, karena pasien datang sewaktu-waktu dan itu pun banyak dicari orang. Kepadatan aktivitas luar biasa di sepanjang hari hidupnya.
D.      Istri yang Cerdas Namun Loba Dunia
Loba pengetahuan sangatlah bagus, tetapi menjadi tercela bila yang diloba adalah pengetahuan yang tidak bermanfaat serta dalam menuntutnya tidak memperhatikan kondisi sekitarnya. Semua hal di dunia ini akan baik bila dilakukan dengan sedang-sedang saja, sesuai standar yang ada, tidak terlalu kurang juga tidak berlebihan.
Sang istri yang sudah menduduki tingkat spesialis sangat dibutuhkan dalam ilmu kedokteran untuk mengajar ilmunya. Dalam dunia kedokteran di Indonesia, ada dua jalur pendidikan yang harus ditempuh yaitu profesi [dengan titel profesi berupa Dokter (dr), Spesialis I (Sp) dan Spesialis II (Sp II)] serta jalur akademik [dengan titel akademik Sarjana Kedokteran (S.Ked), Magister Kedokteran (M.Ked) serta program Doktoral (DR/Ph.D). Oleh sebab itu ilmu kedokteran dari sang istri harus disalurkan kepada generasi selanjutnya dengan syarat harus kuliah kembali di Negeri Taiwan. Sang istri pun menerimanya sehingga dia harus meninggalkan suaminya dan berangkat safar sendirian tanpa mahram.
Sang suami merasa tertekan, tiada perhatian dari istrinya, tiada pula kasih sayang. SIBUK, itulah kata indah sang istri yang dilontarkan kepada suaminya. Indah bagi sang istri untuk bisa lepas dari tanggung jawabnya mengurus suami dan anaknya, tapi pahit bagi suami yang mendambakan kasih sayang istrinya.  Sang suami pun merengek kepada istrinya dan membujuknya untuk tidak mengambil program pendidikannya di luar negeri karena klinik yang dikelolanya pun sudah maju. Kalau untuk urusan uang mereka sudah lebih dari cukup, lantas apa lagi yang dikejar?
Bukankah untuk menularkan ilmu ke generasi berikutnya, ANAK adalah seseorang yang lebih utama untuk ditularkan? Karena dia adalah dambaan hati dan dia benar-benar menjadi penerus nasab (garis keturunan dari kedua orang tuanya)?
Istrinya pun susah untuk diajak kompromi. Jalan satu-satunya menurut dia adalah melobi mertuanya, akan tetapi justru sikap acuh mertuanya yang dia terima. Dia dianggap tidak produktif, mengekang istrinya bahkan suami yang kurang bertanggung jawab. Padahal apa yang sudah dilakukan suaminya?
Suami yang juga dokter itu berpenghasilan 8 juta per bulan (walau mungkin jauh lebih kecil dibanding istrinya). Membelikan istrinya mobil Avanza, padahal istrinya yang mungkin gajinya di atas suaminya belum mampu membeli mobil. Suami itu juga sudah memberikan nafkah yang layak kepada istrinya, sandang, pangan dan papan sudah dia penuhi. Hanya, istrinya kurang bersyukur dan kurang memahami syariat. Kalau pun tahu tentang syariat hanya sebatas pengetahuan saja.  
Apakah hal itu bisa dikatakan loba pengetahuan? Tidak, tapi loba dunia. Allahu a’lam.
E.      Kisah Tragis Hampir Saja Terjadi
Tekanan batin sudah menyesakkan dada, fisik pun juga menanggung kelelahan. Ujian yang berat ditunjang dengan keimanan yang sedikit dan pengetahuan agama yang minim, menyebabkan Sang Dokter memutuskan jalan pintas, “PENSIUN” dari hidup.
Persiapan untuk berangkat ke dunia lain pun sudah dipersiapkan. Rasa bimbang menyebabkan dia harus memantabkannya dengan apa yang dia tahu, “SHOLAT” sebelum mati, itulah mungkin yang terbersit di benaknya. Meminta keringanan hukuman saat dia harus bunuh diri. Atau meminta maaf kepada Allah karena telah menyia-nyiakan hidupnya. Atau dia sholat karena ingin menemukan jalan keluar terakhirnya, kalau tidak bertemu maka jalan satu-satunya adalah BUNUH DIRI.
Sholat dengan sangat khusyuk, sholat sambil menangis dan bermunajad, kemudian dia pun berdoa. Setelah itu dia bersandar di tembok masjid sambil memegang peralatan pembasmi dirinya. Dia tersedu begitu hebat dan lama, seorang ustad pun menghampirinya dan menanyakan permsalahannya. Dia ceritakan semuanya, lantas ustad itu tersenyum. Sang ustad berkata, “Bunuh diri tidak menyelesaikan masalah.” “Lantas?” Dokter pun kebingungan, “Menikahlah lagi dengan wanita shalihah. Tuntutlah ilmu dulu di masjid, di kajian-kajian ulama’ ahlusunnah wal jamaa’ah. Insya Allah engkau akan lapang dan semoga dimudahkan untuk menikah kembali dengan wanita yang shalihah.” Itulah solusi yang mengantarkannya kepada cahaya, kepada kelapangan dada, kepada kelapangan jiwa, kepada kelapangan fikiran dan fisik.
Solusinya adalah ilmu agama, solusinya adalah mengamalkannya, solusinya adalah mencari istri yang shalihah yang memahami tentang tanggung jawab rumah tangga dan juga haknya. Mengetahui peran istri dan juga haknya serta mengetahui bagaimana pentingnya anak sebagai penerus generasi muda dan juga haknya.
Solusi bukanlah ilmu dunia yang tidak menunjang akherat, bukanlah ilmu dunia yang tidak menunjang keindahan rumah tangga, bukan pula HARTA banyak yang tidak dikeluarkan di jalan Allah.
Itulah secuplik kisah tentang pentingnya mencari istri yang shalihah untuk kelangsungan pelayaran bahtera rumah tangga dan kelangsungan kehidupan. Allah berfirman,
http://alquran.babinrohis.esdm.go.id/images/4/4_9.png
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.[4]
Bagaimanapun keturunan yang kuat adalah dari pendidikan yang baik dari kedua orang tuanya, dan keturunan yang lemah adalah keburukan pendidikan dari kedua orang tuanya. Namun, Allah menetapkan apa yang Dia tetapkan. Allahu al-Mustaa’an.
Semoga kisah ini dapat memberikan banyak hikmah dan pelajaran.

Malang, 11 Jumadil Awwal 1435 / 12 Maret 2014


[1] HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shahihah no. 625
[2] HR. Muslim no. 1006
[3] HR. Al-Bukhari no. 5090 dan Muslim no. 3620 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
[4] QS. An-Nisaa: 4
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Berdiskusi...Tangan Kami Terbuka Insya Allah