بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
KONSPIRASI JAKARTA RAYA
(Pembodohan Terstruktur Melalui Pencitraan Vigur Seorang
Antek Zionis)
Segala Puji hanya milik Allah, Tuhan Yang Maha Perkasa.
Semoga shalawat serta salam tetap tercurah kepada Rasulullah Muhammad ibn
Abdillah Shalallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sahabihi wa ummatihi ila yaumil
akhirin. Dari Rasulullah agama Islam terpencar ke seluruh dunia, dan dari
Islam-lah manusia selamat dari murka Allah, karena Islam merupakan jalanNya
yang ditentukannya kepada para hamba. Amma ba’du.
Artikel ini bukanlah artikel ilmiah yang biasanya saya
posting. Artikel ini hanyalah sebuah uneg-uneg hati saya yang kian sedih
melihat orang-orang di negeri ini sudah terkena virus wahn. Kalau toh
tidak mau dikatakan semuanya, ya sebagian besarnya. Sehingga gampang saja dari
orang-orang di negeri ini yang kayak robot, mudah diombang-ambing dan
dikendalikan musuh, khususnya warga mayoritas Jakarta yang getol banget nyidam
Jokowi&Ahok. Sayangnya, sudah linglung kayak robot, masih juga
ngaku pinter. Itulah orang-orang yang haq/benar-benar tolol. Kita simak
uneg-uneg saya. Silahkan komen di kolom komentar bagi siapa yang ingin muntah
membaca artikel ini atau bahkan ingin memuntahkan orang-orang tolol itu.
Silahkan!
Allah berfirman (artinya), “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang
Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah
pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka
menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Maa’idah: 51).
Indonesia, merupakan negara dengan mayoritas beragama
Islam terbesar di dunia, akan tetapi pengaruh keagamaannya paling lemah dari
beberapa negara Islam yang lainnya. Mengherankan, mayoritas Islam namun tidak
senang dengan syariat Islam. Islam menjadi sebuah embel-embel dalam KTP saja,
bukan dijadikan sebagai way of live. Menyedihkan.
Khususnya warga Jakarta yang mereka adalah penduduk
Ibukota Negara Republik Indonesia, dimana di Jakarta dahulu merupakan kota
perjuangan para Kyai dan santri untuk memerdekakan Islam dari jajahan kaum
Kafir. Sayang, orang-orang Nasionalis yang Sok Pahlawan merebut kedudukan para
ulama dalam berjuang, mereka ingin dikatakan pahlawan hingga menggeser
kedudukan ulama yang berjuang dengan ikhlas. Para ulama bagai orang yang
nasibnya seperti mendorong mobil mogok, berjuang dengan lelah setelah berhasil
hidup ditinggal lari.
Hingga telah sampailah kita masuk ke era milenium, dimana
negara yang mayoritas Islam ini membuat ulah dengan ulah yang lucu namun tidak
membuat tertawa sama sekali. Ulah yang konyol tapi menyebabkan murka Allah,
yaitu menjadikan demokrasi sebagai landasan negara, pancasila dijadikan simbol
semata padahal pancasila bagai piagam Madinah yang mengatur hubungan
Muslim&Nonmuslim. Ada juga yang kebablasan, hingga menjadikan Pancasila
menjadi dasar negara, padahal tiada dasar dalam Islam dan kepemimpinannya
kecuali Al-Qur’an dan Sunnah. Demokrasi yang mengunggulkan suara terbanyak maka
itulah yang menjadi keputusan. Begitu pula dengan memilih pemimpin, bahkan
setingkat RT sekalipun, suara terbanyak adalah suara penentuan. Hingga ada slogan
yang hampir-hampir bisa membuat yang mengucapkan kafir, bahkan bisa divonis
bila mengucapkan dengan ikhlas padahal mereka tahu bahwa itu ucapan kufur,
“Suara Rakyat adalah Suara Tuhan.” Mungkin mereka ingin berandai-andai membuat
sebuah perumapaan, “Ridho Orang Tua adalah Ridho Tuhan.” Aneh, padahal ini juga
bukan hadits, bukan pula atsar, hanya orang-orang yang fanatik buta.
Kalau suara rakyat adalah suara Tuhan dengan alasan kiyas
pada ridho orang tua adalah ridho Tuhan, maka bagaimanakah bila yang bersuara
adalah maling, copet, tukang zina, rampok, atau jerangkong sekaligus?
Begitupula bila orang tuanya pemabuk dan dia ridho anaknya mabuk, orang tuanya
adalah pezina dan ridho untuk menjual anaknya, bukankah sekarang banyak itu
yang ridho anaknya dijual-belikan seenak hatinya?
Pola demokrasi yang diunggulkan, dan syariat Islam yang
diabaikan padahal negara ini adalah mayoritas Islam dalam kuantitas
penduduknya, menjadikan sebuah fenomena yang menyedihkan muncul pada negara
ini. Bahkan di Ibukotanya sekalipun, JAKARTA.
Heran, orang-orang Islam ini apa juga masih belum percaya
saja sama Firman Allah? Padahal Dia adalah Yang Maha Benar, Maha Jujur, dan
Maha Kasih sayang. Dia berfirman, (artinya) “Orang-orang
Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama
mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang
benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah
pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong
bagimu.” (Al-Baqarah: 120).
Karena tidak percaya sama Firman Allah inilah,
maka Ibukota Jakarta sekarang menjadi ajang lelucon para umat kafir di dunia,
sebaliknya menjadi gerah para ‘ulama dunia. Bagaimana tidak, Yahudi membuat
konspirasi besar atas Jakarta untuk menembus Indonesia tetapi Si Mayoritas
tetap tenang dengan demokrasinya. BODOH, padahal Yahudi tahu bahwa demokrasi
adalah otak-otak Aristoteles, Plato dan orang-orang kuno Yunani yang akhirnya
toh KEOK lawan Romawi. Plato, Aristoteles, Ptolomeus dan konco-konconya
adalah dianggap TOLOL oleh sebagian besar orang Yahudi. Mereka didewakan oleh
ilmu pengetahuan hanya untuk mengelabuhi orang-orang Kristen dan Islam saja. Padahal
mereka justru mengambil sebagian ilmu dari para nabi terdahulu yang telah
mereka samarkan atas orang-orang selain Bani Israel (Yahudi dengan Ras Murni). Tapi,
orang Islam yang memiliki sumber yang murni, justru mengambil otak-otak orang
kafir prmitif untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.
Demokrasi telah merusak segalanya, tanpa pandang bulu
orang cerdas pun tertipu. Setelah melakukan banyak kerusakan, kini mau apa lagi
mereka selain lari dari tanggung jawab. Berawal dari Demokrasi, kemudian cinta
kepada harta kekayaan, akhirnya Profesor pun menjadi tolol. Iming-iming kosong
dianggap berisi. Masyarakat pun juga terbuai dengan iming-iming dan
kampanye-kampanye gombal. Kini mari kita lihat konspirasi LICIK Zionis terhadap
Jakarta, Jantung Negara Republik Indonesia, negara Islam terbanyak di dunia.
Oya, sebelum kita masuk ke pembahasan inti, yaitu
KONSPIRASI JAKARTA RAYA, ada baiknya kita telisik siapa sih Zionis itu? Tiada
lain adalah organisasi rahasia Yahudi tinggat tinggi yang berusaha untuk
menguasai dunia dengan cara-cara licik. Penguasaan mereka terhadap dunia bukan
untuk mensejahterakan manusia, tetapi untuk mencari kesenangan-kesenangan dunia
hanya bagi ras mereka saja yaitu Bani Israil. Mereka hanya berkiblat pada
kesenangan, bukan pada kesejahteraan. Zionis juga ingin menguasai dunia dengan
cara licik yaitu dengan politik praktis (Demokrasi), Kapitalis (Ekonomi
berbasis materi dan keuntungan belaka), Iluminati (Sihir) dan
kejahatan-kejahatan lainnya.
Salah satu organisasi zionis adalah para penyembah setan,
mereka yakin bila bekerja sama dengan iblis maka kesenangan-kesenangan akan
tercapai. Karena Iblis adalah makhluk yang membangkang Tuhan sehingga lepas
dari keterikatan ketentuan Tuhan yang menurut mereka ruwet dan njlimet.
Begini ndak boleh, begitu ndak boleh, akhirnya mereka membuat
sebuah konspirasi melalui politik. Tingkat rendahan mereka bujuk untuk membuat
aturan-aturan sendiri, yang mana zionis tingkat atas berusaha membuat keroco-keroco
zionis (yaitu orang bukan Bani Israil yang mengaku Yahudi atau yang Pro Yahudi
walaupun bukan Yahudi) agar mereka merasa bahwa mereka adalah cerdas,
pintar, dan penuh kuasa, serta berwibawa. Padahal itu hanya pembodohan dan
cara untuk berkolaborasi dengan Iblis yang penuh dengan kesombongan. Bukankah
Iblis menolak perintah Allah Yang Maha Lembut dengan kesombongannya?
Salah satu ciri mereka adalah tanda-tanda mereka akan
gaya mereka, gerak mereka, bahkan simbol-simbol mereka. Zionis, kaballa si
penyembah setan sudah masuk di Indonesia yang mayoritas Islam. Bahkan orang
ber-KTP Islam juga tak jarang mengikuti ritual-ritual zionis, walaupun dia cuman
bergaya di depan kamera. Ada juga alasan agar dikatakan akrab dan bergaya khas.
Apapun alasannya, sebagaimana hadits Nabi Muhammad ibn Abdillah dimana orang
yang meniru gaya suatu kaum, maka dia bagian dari kaum itu. Termasuh yang ada
di Indonesia. Yuk, kita simak ulasan tentang KONSPIRASI JAKARTA RAYA.
Konspirasi Jakarta Raya: Dari Sosok Suami Seorang Rotary Club
Banyak warga Jakarta Raya yang terbuai dengan figur
Jokowi yang suka merakyat. Sebenarnya bila diteliti lebih lanjut, bukan
merakyatnya yang jadi patokan kebaikan seorang pemimpin akan tetapi untuk apa
tujuan dia bersikap merakyat itu?
Guna mengetahui tujuannya, maka harusnya kita melihat back
ground yang ada. Lantas siapa Jokowi dan siapa pula keluarganya? Inilah
sosok teman dekat Jokowi sekaligus istrinya: Laksamana Pertama (Purn) Mulyo
Wibisono sebagaimana dilansir itoday (24/01), ““Rotary Club dan Lions Club itu kegiatan subversif. Kelompok ini
berusaha mengatur dunia. Itu organisasi yang secara terselubung dikendalikan
gerakan internasional, Freemasonry. Itu dikendalikan Amerika Serikat dan
Yahudi. Club itu alat asing, maka mereka itu agen asing termasuk istri Jokowi,”
tegas Wibisono[1]. Apa itu Freemasonry? Lihat artikel berikut
ini: http://forum.detik.com/istri-jokowi-bagian-dari-freemasonry-t448115.html.
Freemasonry merupakan agen rahasia Zionis Yahudi yang
cukup agresif, dengan mengandalkan sosok-sosok tertentu yang ‘sok’
pendekatan ke rakyat padahal memiliki misi untuk membebaskan manusia dari hukum
Allah. Bukanlah sosok yang great dan menduduki suatu jabatan strategi
sebagai Gubernur Jakarta bila hanya orang ecek-ecek (rendahan: JW) apalagi
asalnya hanyalah walikota Solo. Anehnya lagi, Solo yang begitu gelap dan
remang-remang dan masih semrawut tata kotanya menjadi walikota terbaik ketiga
di dunia[2].
Ada apa gerangan bila tidak dekat dengan dedengkot yang mengendalikan negeri
ini. Siapa yang mengendalikan negeri ini? Presiden, DPR, MPR?
Over Acting Sang Gubernur:
Membentuk sebuah figur yang dicintai masyarakat tidaklah
mudah, ia harus berjuang dengan ikhlas karena Allah. Tujuan utama bukan
ketenaran akan tetapi keikhlasan karena Allah. Keikhlasan merupakan kunci
apakah ia mendapatkan kebaikan dari Allah ataukah tidak. Salah satu tanda
terkecil adalah sosok pemimpin itu akan melakukan aktivitas kepemimpinan dengan
wajar dan penuh tanggung jawab.
Hanya saja apabila seorang pemimpin itu menghendaki
keterkenalan sebagai tujuannya karena ingin mendapatkan materi duniawi, maka
akan melakukan hal-hal yang justru di luar kewajaran. Sebuah konspirasi akan
dilakukan untuk mencapai daya kenal yang tinggi, konspirasi juga akan dilakukan
dengan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan tujuan materi duniawi termasuk
hal-hal konyol dan menyebalkan.
Figur-figur yang ingin menikmati harta duniawi,
keterkenalan, dan kekuasaan biasanya melakukan hal-hal nyeleneh dan over
acting. Entah apapun tingkah lakunya seakan-akan menyedot perhatian rakyat
yang memancing opini positif. Biasanya rakyat yang oon atau linglung
atau pura-pura oon dan linglung langsung mengatakan, “Wah hebaaat,
bijaksana, merakyat.” Ini opini masyarakat. Nah kalau dibandingkan dengan zaman
Umar ibn Khaththab radhiyallahu ‘anhu yang juga hampir-hampir mirip
dengan (khususnya) gubernur Jakarta, yaitu jalan-jalan ke kampun-kampung
rakyatm ngobrol dengan rakyat, dan lainnya maka jelas jauh. Umar ibn Khaththab radhiyallahu
‘anhu membuat sebuah Islam makin jaya, rakyat makin makmur, wilayah makin
meluas, anak-anak makin cerdas. Lah Si Joko? Hanya bikin ilmuwan geleng-geleng
kepala.
Beberapa waktu kepemimpinannya saja sempat membuat
Jakarta maju dari segi wilayah, itu yang tersorot media. Ternyata yang tidak,
banyak. Mulai banjir masih saja terjadi, macet, kelaparan, sampai-sampai
gelandhangan juga masih banyak yang mangkal di pinggir-pinggir jalan. Tindakan
asusila, premanisme dan kriminal masih saja merajalela. Apakah ini yang terjadi
di masa Umar bin Khaththab? Merakyatnya sih boleh lah, tapi hasil dari
merakyatnya baga langit dan sumur bor. So, apanya yang salah? Ya, karena Si Joko
tidak dekat dengan Allah, sehingga tidak memprioritaskan hak-hak Allah, maka
Allah pun juga ndak mau menolong Si Joko kecuali apa yang menjadi bagiannya
saja. Ngapain nolong Si Joko, kalau hak-hak Allah sebagai Tuhan Yang Maha
Tinggi tidak diperhatikan.
Apa kalau gitu Allah butuh Si Joko? TIDAK, sama sekali
TIDAK, hanya Si Joko lahir di dunia kan sudah mengalami perjanjian. Ibarat dia
mau dimasukkan ke dalam syurga, maka Allah pun juga mengujinya. Kok wuenah
tenan kata orang Jawa, masuk syurga tanpa ujian, padahal para nabi saja
diuji dengan ujian yang berat. Maka kok wuenak
tenan Si Joko mau ke syurga dengan
leha-leha menyandang gelar wali kota, gubernur dan hampir-hampir presiden tanpa
menegakkan aturan-aturan permainan yang ditawarkan Allah. Hanya memimpin dengan
penuh over acting dan SOK merakyat serta menipu
sebagian besar rakyatnya ingin ditolong Allah? Nonsense.
Over acting Si Joko sudah
terlampau banyak diberitakan di radio, TV, internet bahkan kran-koran, So buat
apa lagi saya harus memposting beritanya? Orang-orang kantor yang telat,
mejanya digebrak-gebrak, laporan dilempar, dan marah-marah. Sampai-sampai over acting yang konyol ada juga orang
yang manjat reklame/baliho, lantas orang-orang banyak mengerumuninya dan
meneriaki “TURUN...TURUN”, tapi orang itu tidak mau turun. Baru setelah
memanggil Si Joko, orang itu bersedia turun. Lucu, masak orang mau bunuh diri
aja batal karena kedatangan Si Joko, harusnya kalau tekadnya kuat dia loncat
saja begitu Si Joko datang biar disematkan padanya pahlawan anumerta kesiangan.
Kenapa dibatalkan? Lucu kan?
Nilailah Fenomena dengan Syariat dan Akal yang
Jernih
Allah berfirman, (artinya) “(Dan ingatlah)
akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas
mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi
atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk
menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi
orang-orang yang berserah diri.” (QS. An-Nahl: 89).
Sehingga, lihatlah fenomena
yang ada di sekelilingmu lantas cocokkan dengan Al-Qur’an dan Sunnah yang
difahami oleh salaful ummah (Umat Islam jaman
generasi sahabat), apakah sesuai dengan pemahaman Syariat Islam yang benar?
Serta renungkan dengan akal sehat, apakah memang dalam hal muamalat bisa meraih
kemaslahatan umat dan masuk akal?
Allahu al-musta’an.
by
435:554
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Berdiskusi...Tangan Kami Terbuka Insya Allah