KAJIAN ISLAM DAN KARYA PENA

KAJIAN ISLAM YANG MEMUAT HAL-HAL BERKAITAN TENTANG PENGETAHUAN ISLAM BAIK SADURAN ATAU KARYA ASLI. BAIK HAL AKIDAH, MUAMALAT, FIKIH ATAUPUN TASKIYATUN NUFS (PENYUCIAN HATI)

JUGA KARYA PENA UMUM BERUPA PUISI CERPEN DAN KARANGAN ATAU ILMU PENGETAHUAN UMUM DAN PENELITIAN ILMIAH

Jumat, 27 September 2013

DURHAKA SEBELUM DURHAKA

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
DURHAKA SEBELUM DURHAKA

Segala Puji Bagi Allah Ta’ala, kepadaNya kita memohon ampun dan pertolongan atas segala keburukan diri kita. Barang siapa yang diberi hidayah olehNya tak kan ada yang dapat mencegahnya dan barang siapa yang disesatkan, tak kan ada yang dapat memberikan hidayah padanya. Semoga shalawat serta salam tetap tercurah kepada Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam beserta para keluarganya, para sahabatnya dan ummatnya yang berada pada jalan Beliau hingga akhir zamman. Amma ba’d.
Salah satu dosa besar adalah “Durhaka Kepada Orang Tua”. Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an, “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (Al-Israa’: 23). Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Aku beritahukan yang terbesar dari dosa-dosa besar. (Rasulullah Saw mengulangnya hingga tiga kali). Pertama, mempersekutukan Allah. Kedua, durhaka terhadap orang tua, dan ketiga, bersaksi palsu atau berkata dusta. (Ketika itu beliau sedang berbaring kemudian duduk dan mengulangi ucapannya tiga kali, sedang kami mengharap beliau berhenti mengucapkannya).” (Hadits Riwayat Bukhari&Muslim).
Pernyataan Allah yang diperinci oleh RasulNya merupakan ancaman bagi anak kandung yang durhaka kepada kedua orang tuanya. Pernyataan ini mencangkup keumuman dalam suatu kasus. Hanya saja, suatu kejadian pasti ada sebabnya maka sebab inilah yang juga harus diperhatikan sebagai pelajaran dan hikmah pada manusia. Tatkala seorang anak durhaka kepada kedua orang tuanya atau salah satunya, maka perlu untuk dijabarkan permasalahannya. Vonis durhaka tidak bisa begitu saja dijatuhkan pada sang anak yang bengal, begitu pula hujatan tidak begitu saja ditujukan kepada seorang anak yang dianggap ‘nakal ‘. Di akhir zaman ini, banyak sekali kenakalan remaja terjadi justru karena kedua orang tua mereka sendiri dan lingkungan sekitarnya. Orang tua menuntut anak untuk bertakwa, berbakti dan hanif, akan tetapi mereka tidak memperhatikan dirinya dengan semestinya. Ayahnya bekerja hingga larut malam bagitupula ibunya, pendidikan anaknya diserahkan kepada guru yang hanya diberikan uang kepadanya, urusan anak diserahkan pembantu yang bermodal uang untuk membayarnya. Anak hanya dikasih uang jajan tanpa peduli dipergunakan untuk apakah uang yang diberikannya. Hanya bermodal itu orang tua berani mengklaim, “Aku telah memberikan kasih sayang pada anakku.” Kasih sayang yang mana?
Baru-baru ini ada berita anak belum waktunya menyetir mobil sudah dibelikan mobil mewah oleh kedua orang tuanya. Bermodal ayah artis yang kaya raya, ia menyetir mobil kemanapun dia pergi baik saat sekolah, bersama pacarnya, hingga bermain entah kemana bersama teman-temannya. Akhirnya diberitakan bahwa Si Doel (Sebuta aja begitu) pun membantai beberapa orang secara tidak sengaja karena kecelakaan maut yang berasal dari kebodohannya dalam menyetir mobil. Anehnya, Si Doel pun diketahui meluncurkan mobilnya dan menabrak mobil lain pada pukul 00:39 dini hari. HAH ? NGAPAIN DINI HARI NYUPIR MOBIL? Melihat kejadian ini, sang ayah tidak merasa menyesal sama sekali atas tuduhan kebodohannya dalam mendidik anak. Menurutnya itu bentuk kasih sayang. KASIH SAYANG?
Bila dilihat fenomena saat ini, betapa banyaknya orang tua yang menangis tersedu-sedu tatkala diketahui anak gadisnya hamil di luar nikah. Mereka bersumpah dan menyumpahi anaknya karena luapan emosi yang ada, mereka begitu marah dan malunya kepada tetangga sekitarnya akibat ulah anaknya. Betapa banyak orang tua yang menuduh para gadis yang hamil dahulu sebelum menikah sebagai anak durhaka yang tidak tahu malu. Tapi apakah mereka tidak sadar???
Marilah kita simak pernyataan Syaikh Muhammad al-Qadhi (2010: 104), “Dimanakah rasa cemburu terhadap agama Allah ketika Anda biarkan anak-anak Anda meninggalkan shalat dan tidak menjalankan perintah Allah?...Yang lebih parah lagi, beberapa orang tua membiarkan anak-anak gadisnya keluar rumah dengan penampilan menyerupai lelaki dan telanjang. Mereka saling berlomba berdandan dan berhias serta mempertontonkan kecantikan, bercampur baur dengan laki-laki asing dan dosa lainnya. Mereka juga mengenakan pakaian ketat yang memperlihatkan dada. Di sisi lain, para orang tua mereka mengetahui hal itu.” Na’udzubillah wa na’udzubillah min dzaalik.
Di sisi lain, bagaimana para lelaki dan wanita juga telah terbius dengan televisi, acara-acara yang menawarkan cinta yang semu. Cinta berdasarkan ketampanan, ketenaran dan harta dunia yang terhampar. Mereka berangan-angan panjang padahal nafsu dan syahwat terus bergelora pada diri mereka, akhirnya mereka terus mendambakan hal-hal kosong hingga sampailah mereka kepada kondisi yang memberatkan pikiran mereka. Mereka pun tak sadar melepas iman mereka hingga terjadilah apa yang terjadi. Tatkala mereka melihat TV itulah orang tua mendiamkannya dan tidak mengarahkannya. Tatkala mereka tidak memiliki ‘pacar’ orang tua justru bingung bukan main dan senang bila memiliki pacar, tetapi tatkala mereka ingin menikah orang tua pun berkata, “makan apa kalian, kalian masih kuliah! tunggu hingga kalian lulus.” Tatkala mereka tidak kuasa menahannya dan berbuat khilaf, maka orang tua pun marah-marah dan memaki-maki. Apakah kedua orang tua itu tidak sadar bahwa secara langsung atau tidak merekalah yang menyebabkan kedurhakaan anaknya?

Maka marilah kita simak kedua kisah berikut:
A.      Kisah Dua Kedurhakaan
Dikisahkan pada jaman Khalifah Umar Ibn Khaththab radhiyallahu ‘anhu memerintah dunia Islam, ada seorang ayah yang mengadu kepada Sang Khalifah tentang kedurhakaan anaknya. Setelah Sang Ayah mencurahkan hatinya kepada Sahabat Umar, lalu beliau radhiyallahu ‘anhu menasehati anak tersebut dengan panjang lebar. Setelah selesai menasehati sang anak, kemudian sang anak ganti bertanya,
“Wahai Amirul Mukminin, bolehkah saya bertanya?”
          “Silahkan,” Jawab Umar ibn Khaththab radhiyallahu ‘anhu
“Anda dari tadi menasehati saya tentang kewajiban saya sebagai anak. Adakah hak saya?”
“Ada, hak kamu sebagai anak atas orang tuamu ada tiga: (1) memberikan kamu nama yang baik; (2) mengajarkan Al-Qur’an; (3) memilihkan ibu yang baik untuk anak-anakmu.” jawab Umar.
“Wahai Amirul Mukminin, Ayahku tidak melakukan ketiganya. Dia memberikanku nama Ju’la (kecoak); dia tidak pernah mengajarkanku Al-Qur’an; dan dia menikah dengan budak padahal dia orang merdeka dan bisa memilih wanita yang lebih cantik dan mulia.” Jawab Sang Anak.
Amirul Mukminin pun langsung merah padam dan berbalik arah kepada ayah sang anak seraya berkata, “Hai Orang Tua, benarkah? Kalau demikian, kamu telah durhaka sebelum anakmu durhaka!”
B.      Mendapat Musibah yang Sama
Dikisahkan pada jaman dahulu ada seorang anak yang durhaka luar biasa kepada ayahnya. Suatu saat Sang Anak ingin menyembelih anaknya. Sang Anak pun membawa pisau dan menggiring ayahnya ke suatu tempat. Sebelum Sang Anak menyembelihnya, ayahnya pun berkata
“Wahai anakku, kalau kamu ingin menyembelihku. Sembelihlah di batu itu!”
“Kenapa harus memilih di situ, toh sama saja antara situ dan di sini!” hardik Sang Anak.
“Tahukah kamu? bahwa aku dulu juga menyembelih ayahku, dan di situlah dia kusembelih!”
Subhanallah, Maha Suci Allah dari segala kekurangan terhadap apa yang mereka perbuat. Allah memberikan kita pelajaran dan hikmah dari kedua kisah itu, agar kita tidak menjadi orang yang durhaka kepada kedua orang tua kita dan juga agar kita tidak berbuat durhaka kepada “anak-anak kita” kelak.
Hai para calon ibu, akankah kau masih membuka auratmu? akankah kau masih berangan-angan kosong dalam benakmu? padahal kau akan menjadi tauladan dan memegang peranan penting bagi pendidikan anak-anakmu.
Hai para calon ayah, apakah kamu masih sering cuek terhadap syari’at ini, apakah engkau hanya ingin berpacaran tanpa mengedepankan pernikahan bagi puterimu? apakah kau memilih ibu yang buruk bagi anak-anakmu dengan memilih orang-orang yang tidak memegang syari’at ini?

Silahkan dan silahkan, akan tetapi ingatlah sebuah hadits berikut:

Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :
Ishaq bin Manshur menuturkan kepada saya. Dia berkata; Abu Dawud at-Thoyalisi mengabarkan kepada saya. Dia berkata; Ibrahim bin Sa’d menuturkan kepada kami dari ayahnya, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata; Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Akan terjadi fitnah/gempuran cobaan, orang yang tidur di saat itu lebih baik daripada orang yang terjaga. Orang yang terjaga lebih baik daripada yang berdiri. Orang yang berdiri lebih baik daripada yang berlari. Maka barangsiapa yang mendapatkan tempat kembali atau untuk berlindung hendaknya dia segera mencari perlindungan dengannya.” (Diriwayatkan pula oleh al-Bukhari dalam Shahihnya di Kitab al-Fitan, bab maa takuunu fitnatul qa’id fiha khairun minal qaa’im [Hadits Muslim No. 7081],
diterjemahkan dari Shahih Muslim cet Darul Kutub Ilmiyah, hal. 1105).
Dan Sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam:
Zaman semakin dekat, ilmu dicabut, muncul fitnah-fitnah, tersebar kebakhilan-kebakhilan, banyak terjadi al haraj. Para sahabat bertanya, ‘Apakah al haraj itu, ya Rasulullah?” Rasulullah menjawab, ‘Pembunuhan’.” (Muttafaq ‘alaih).
Akankah kita biarkan anak keturunan kita termakan fitnah tanpa kita persiapkan bekal untuk menghadapinya? akankah kita terus menerus dalam menikmati kemewahan dunia hingga kita lupa akan syariat Agama? Marilah kita terus berbedan dan berbedan, menuntut ilmu dan menuntutnya, ilmu yang utama adalah Ilmu Agama, kemudian barulah ilmu dunia yang membawa manfaat bagi manusia. Allahu a’lam bish shawwab.


Rujukan:
Muhammad Al-Qadhi. 2010. Pemuda Takut Dosa Kiat Keluar Dari Ketagihan Maksiat (Terj). Wa Syabaabaah, Maa Lakum Laa Tarjuuna Lillaahi Waqaaraa, diterjemahkan oleh Tony Timur. Al-Aqwam: Solo.

Abu Mushlih. 2009. Dahsyatnya Fitnah Akhir Zaman. http://abumushlih.com/dahsyatnya-fitnah-akhir-zaman.html/. 10 Januari 2012, 10:24 AM.

Muhammad ibn Hamid Abdul Wahab. 2009. 61 Kisah Pengantar Tidur (Terj). Sittuna Wsihshah Rawaha an-Nabi wash Shahabah al-Kiram, diterjemahkan oleh: Munawwarah Hannan. Darul Haq: Jakarta.    
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Berdiskusi...Tangan Kami Terbuka Insya Allah