“PERINGATAN DINI DARI ALLAH TA’ALA”
TAFSIR SURAT AR-RAHMAN AYAT 33 – 45
يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَن تَنفُذُوا
مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ فَانفُذُوا لَا تَنفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَانٍ
-٣٣- فَبِأَيِّ آلَاء رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ -٣٤- يُرْسَلُ عَلَيْكُمَا شُوَاظٌ مِّن
نَّارٍ وَنُحَاسٌ فَلَا تَنتَصِرَانِ -٣٥- فَبِأَيِّ آلَاء رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
-٣٦- فَإِذَا انشَقَّتِ السَّمَاء فَكَانَتْ وَرْدَةً كَالدِّهَانِ -٣٧- فَبِأَيِّ
آلَاء رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ -٣٨- فَيَوْمَئِذٍ لَّا يُسْأَلُ عَن ذَنبِهِ إِنسٌ
وَلَا جَانٌّ -٣٩- فَبِأَيِّ آلَاء رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ -٤٠- يُعْرَفُ الْمُجْرِمُونَ
بِسِيمَاهُمْ فَيُؤْخَذُ بِالنَّوَاصِي وَالْأَقْدَامِ -٤١- فَبِأَيِّ آلَاء رَبِّكُمَا
تُكَذِّبَانِ -٤٢- هَذِهِ جَهَنَّمُ الَّتِي يُكَذِّبُ بِهَا الْمُجْرِمُونَ -٤٣- يَطُوفُونَ
بَيْنَهَا وَبَيْنَ حَمِيمٍ آنٍ -٤٤- فَبِأَيِّ آلَاء رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ -٤٥-
“Hai jama'ah jin
dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi,
maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Kepada kamu, (jin dan manusia) dilepaskan nyala api dan cairan tembaga
maka kamu tidak dapat menyelamatkan diri (dari padanya). Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti
(kilapan) minyak. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah
yang kamu dustakan? Pada waktu itu manusia dan jin
tidak ditanya tentang dosanya. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah
yang kamu dustakan? Orang-orang yang berdosa dikenal
dengan tanda-tandannya, lalu dipegang ubun-ubun dan kaki mereka. Maka nikmat
Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Inilah neraka
Jahannam yang didustakan oleh orang-orang berdosa. Mereka berkeliling di antaranya dan di antara air mendidih yang memuncak
panasnya. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”
Rangkuman Kajian Ba’d Maghrib di Masjid
Abu Dzar Al-Ghifari
Hari Rabu, Tertanggal 2 Rajab
1433 / 23 Mei 2012
oleh: Ust. Abdullah Shaleh al-Hadhromi
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang.
Segala Puji Bagi Allah. Semoga Shalawat tetap tercurah kepada Sang utusan Allah
juga kepada keluarga Beliau para sahabat Beliau dan umat Beliau yang setia
mengikut ajaran yang Beliau sampaikan hingga akhir zamman. Amma ba’d.
Telah dinyatakan bagaimana Allah Ta’ala menurunkan
nikmat yang sangat banyak kepada hamba-hambaNya. Nikmat yang besar itu salah
satunya berupa peringatan dini oleh Allah kepada Manusia dan Jin akan siksa
neraka. Manusia dan Jin, dua makhluk yang diberikan beban syariat dimana sebelumnya
telah dinyatakan sebuah perjanjian dan perjanjian itu telah diterima oleh
mereka seluruhnya. Maka Allah Ta’ala menjadikan lupa akan perjanjian itu
(tatkala telah dilahirkan di dunia) sebagai ujian yang paling awal, lalu
mengingatkan mereka kembali melalui peringatan-peringatan dalam Al-Qur’an dan
Sunnah. Dan bagi orang-orang terdahulu terdapat peringatkan dengan Rasul-Rasul
dan kitab-kitab mereka, bagaimanakah mereka apakah mau beriman ataukah tidak.
Maka inilah pilihan mereka yang merupakan beban taklif/syariat atas
mereka, yang memiliki konsekuensi atas mereka adalah syurga (bagi yang taat)
dan neraka (bagi yang ingkar).
Oleh karena Kemaha Kasih Allah Ta’ala atas
hamba-hambaNya, maka Allah berfirman secara khusus kepada hamba-hamba berupa
Jin dan Manusia tentang peringatan dini yang dinyatakan dalam Surat Ar-Rahman ayat
33-45. Maka, nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan. Dan apakah tafsir
dari peringatan-peringatan tersebut? maka, marilah kita simak kajian berikut
ini:
A. Tafsir Ayat 33,
34:
Allah Ta’ala berfirman, “Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi)
penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali
dengan kekuatan. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”
Surat Ar-Rahman ini merupakan Surat yang saling berkesinambungan antara
ayat yang satu dan yang lainnya. Banyak orang menafsirkan ayat ke 33 dalam
Surat Ar-Rahman ini sebagai landasan dari teknolog antariksa dan energi. Serta
tantangan Allah kepada manusia untuk menembus luar angkasa dan manusia berhasil
melakukannya. Apabila dilihat lebih jauh, menurut para sahabat dan mufassirin (yang
hakekatnya mereka lebih memahami tentang Al-Qur’an daripada kita) maka mereka
yang menafsirkan demikian jauh menyimpang dari kaidah tafsir. Mereka hanya
menafsirkan dengan akal mereka saja. Lalu bagaimana tafsir ayat tersebut?
marilah kita simak penjelasan Ust. Abdullah Hadhromi berdasarkan Hadits
Rasulullah, keterangan para sahabat serta para ulama yang shalih terdahulu.
Terlebih dahulu dijelaskan bahwa, tafsir yang benar adalah berdasarkan
tingkatan-tingkatannya. Tingkatan etika yang benar dalam menafsirkan Al-Qur’an
adalah: (1) Al-Qur’an ditafsirkan dengan Al-Qur’an melalui satu ayat dengan
ayat lainnya; (2) Al-Qur’an dengan Al-Hadits dari Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wasallam; (3) Al-Qur’an dengan ijma’ para sahabat; (4) Al-Qur’an
dengan ucapan para tabi’in/murid para sahabat; (5) Al-Qur’an dengan
kaidah-kaidah bahasa dan syariat yang mendukungnya.
Berdasarkan Tafsirul
Qur’anil ‘Adzim karya Ibnu Katsir (Abdul Fida’ Isma’il ibn Amr ibn Katsir,
w.774H / 1373M) menyatakan, “Mereka (manusia dan jin) tidak akan mampu lari
dari adzab/ketentuan Allah Ta’ala, karena pada hari itu (hari kiamat)
Allah telah menggenggam mutlak mereka dan mereka tak bisa lepas dari hukum
Allah Ta’ala. Dan kemanapun mereka pergi, Allah telah meliputi mereka. Dan
ini adalah keadaan ketika di Padang Mahsyar/setelah hari kiamat nanti. Ketika
itu Malakat mengepung seluruh makhluk dengan tujuh barisan dari semua sisi,
sehingga tak satupun yang sanggup untuk pergi. Semua manusia dan jin tak kan
bisa lari dari pagar betis Malaikat itu kecuali dengan kekuatan yang tentu
manusia dan jin itu tak kan pernah mampu. Sebagaimana Firman Allah Ta’ala dalam
Surat Al-Qiyamah: 10-12, “Pada hari itu manusia berkata: ‘Ke mana tempat
berlari?’ sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung! Hanya kepada
Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali.” Maka dengan
hal ini, dan dengan peringatan dini yang Allah Ta’ala sampaikan ini
merupakan sebuah nikmat bagi manusia, karena dengan berita ini manusia
seharusnya mempersiapkan diri menghadapi hari yang sangat berat dan dahsyat.
“Maka nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan?”
B. Tafsir Ayat 35:
Kalau toh jin dan manusia masih saja bersikeras untuk
keluar dan lari, maka Allah berfirman dalam ayat ke 35, (artinya) “Kepada
kamu, (jin dan manusia) dilepaskan nyala api dan cairan tembaga maka kamu tidak
dapat menyelamatkan diri (dari padanya).”
Tsuwatun min naar, apakah itu?
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu mengatakan, (artinya)
“Ats-Tsuwat adalah nyala api dan dalam riwayat yang lainnya adalah asap
yang sangat panas (awan panas).” Dimana didukung oleh pernyataan Mujahid menyatakan,
“Ats-Tsuwat adalah nyala api yang berwarna hijau.” Demikian pula Abu
Shalih rahimahullah Ta’ala mengatakan (artinya), “Ats-Tsuwat
adalah nyala api yang paling ujung sebelum asap (dan inilah titik terpanas
api).” Ini merupakan peringatan Allah dengan ancaman agar kita hati-hati dan
semua telah diterangkan jalan ke syurga dan jalan ke neraka. Tinggal bagamimana
manusia memilihnya, dan dimana dalam keterangan tafsir sebelumnya disebutkan
bahwa hidup manusia ini adalah pilihan. At-Tholhah rahimahullah Ta’ala menyatakan
(artinya), “Ats-Tsuwatun, adalah gumpalan-gumpalan api bagaikan banjir
api/lahar.”
Selain Ats-Tsuwatun min naar juga ada An-Nuhats
sebagaimana terjemahan dalam Bahasa Indonesia yang dinyatakan oleh Banyak
Al-Qur’an Terjemahan termasuk terjemahan Depag RI adalah Tembaga yang mencair
dan inilah terjemahan yang paling pas. Allahu a’lam.
Menurut Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu bahwa An-Nuhats
adalah asap dari api yang sangat panas. Mujahid rahimahullah Ta’ala menyatakan,
“An-Nuhats Adalah tembaga yang dicairkan dan kemudian disiramkan ke atas
kepala manusia yang ingkar.” Qotadah menyatakan, “An-Nuhats adalah
banjir tembaga yang mencair.”
Lalu Al-Hafidz Ibn Katsir rahimahullah Ta’ala memberikan
kesimpulan, “Makna semua pendapat itu adalah benar. Sehingga kalau Manusia dan
Jin berkehendak untuk pergi dari neraka maka mereka akan dikembalikan oleh
Malaikat Zabaniyyah (penjaga neraka) dengan cara digiring oleh api dan cairan
tembaga, maka mereka tak kan bisa menang melawan Allah Ta’ala.”
“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan wahai manusia dan
jin?”. Ini adalah pernyataan Allah Ta’ala bahwa Dia adalah
sebaik-baik pemberi peringatan. Maka ini adalah kisah nyata yang akan terjadi
pada orang-orang yang kafir dan fasik sehingga dengan peringatan ini seharusnyalah
manusia di dunia (mumpung sekarang kita masih di dunia) melakukan amalan yang
shalih dan hati-hati terhadap sesuatu hal.
C. Tafsir Ayat 37&38
Allah berfirman, “Maka apabila langit telah terbelah
dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”
Terkait dengan ayat tersebut, Al-Hafidz ibnu Katsir
mengatakan (artinya), “Apabila langit terpecah (pada hari kiamat) dan demikian
maksudnya adalah langit itu lebur sebagaimana leburnya emas dan perak dalam
penuangannya dan berwarna-warni sebagaimana obat celup (pewarna). Hal itu
disebabkan kerasnya adzab dan kerasnya kejadian dalam hari kiamat.”
Diterangkan oleh Imam Ahmad yang sanadnya sampai kepada
Sahabat Anas ibn Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wasallam bersabda (artinya), “Manusia dibangkitkan pada hari kiamat
sedang langit berjatuhan menimpa mereka bagaikan hujan gerimis.”
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu menyatakan bahwa kejadian langit
terpecah adalah bagai kulit berwarna merah. Demikian Abu Shalih ibn Juraij rahimahullah
Ta’ala mengatakan (artinya), “Langit pada hari itu seperti minyak yang
mencair karena terkena efek dari neraka Jahannam.” Ini adalah nikmat dari Allah
Ta’ala berupa peringatan. Maka, “Nikmat Tuhan yang manakah yang kamu
dustakan?”
D. Ayat 39&40
Allah Ta’ala berfirman (artinya), “Pada waktu
itu manusia dan jin tidak ditanya tentang dosanya. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”
Manusia dan Jin tidak ditanya tentang dosanya, mengapa
manusia didahulukan dalam pernyataan ini? Disebutkan dalam Tafsir al-Munir yang
ditulis oleh DR. Al-Zuhairi adalah karena yang paling berani berbuat dosa
adalah manusia daripada Jin. Ini salah satu obyektifitas Allah Ta’ala atas
segala kebenaran FirmanNya.
Apa maksud tidak ditanya tentang dosa mereka? Untuk
menjawab hal ini, maka kita merujuk pada Surat Al-Mursalat ayat 35&36,
Allah berfirman (artinya), “Ini adalah hari, yang mereka tidak dapat
berbicara (pada hari itu), dan tidak diizinkan kepada mereka minta uzur sehingga mereka (dapat) minta
uzur.” Lalu, apakah bertentangan dengan
ayat-ayat yang menyatakan Firman Allah (artinya), “...Dan sesungguhnya kamu
akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan.” (An-Nahl: 93)?
Begitupula dalam Surat Al-Hijr 92-93 (artinya), “Maka demi Tuhanmu, Kami
pasti akan menanyai mereka semua, tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu.”?
Sesungguhnya tiada pertentangan dalam Al-Qur’an, maka
bagaimana mendudukkan hal ini? Di sinilah perlu keterangan Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wasallam, para sahabat, tabi’in dan ulama yang faham tentang kaidah
dan ilmu tafsir Al-Qur’an. Maka Ibnu Katsir rahimahullah Ta’ala mengatakan
(artinya), “Semula Manusia dan Jin itu ditanya dahulu tentang apa-apa yang
ditanyakan. Dan setelah pertanyaan-pertanyaan itu selesai ditanyakan dan
dijawab kemudian mulut kita semua dikunci, maka hanya tangan dan kaki kitalah
yang menjadi saksi.”
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu menyatakan
pendapatnya dan telah diriwayatkan oleh Ali ibn Abi Thalhah radhiyallahu
‘anhu bahwa (artinya), “Mereka (Manusia dan Jin) tidak ditanya, maksudnya
tidak ditanya apakah kamu berbuat ini dan itu akan
tetapi MENGAPA kamu mengatakan dan berbuat ini dan itu?”
Mujahid rahimahullah Ta’ala menyatakan, “Malaikat
tidak menanyakan Manusia dan Jin yang pendosa karena sudah diketahui dari
tampangnya. Seakan-akan ini adalah setelah selesai pengadilan semuanya, jadi
tinggal mereka digiring diseret dan dimasukkan ke dalam neraka.”
Ini peringatan dari Allah Ta’ala “Maka nikmat Tuhan yang manakah
yang kamu dustakan?”
E. Tafsir Ayat
41&42
Allah Ta’ala berfirman, “Orang-orang yang
berdosa dikenal dengan tanda-tandannya, lalu dipegang ubun-ubun dan kaki mereka.
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah
yang kamu dustakan?”
Ibnu Katsir menyatakan, “Orang-orang yang bergelimang
dalam dosa itu dikenal dari tanda-tandanya.” Tanda-tanda itu (sebagaimana
dinyatakan Hasan al-Bashri dan Qotadah) adalah wajahnya yang hitam dan matanya
yang biru. Hal ini juga sebagaimana orang-orang yang beriman, sebagaimana
wajahnya tampak bercahaya dari bekas-bekas wudhunya.
Ibnu Katsir menambahkan, “Ujung kepalanya dan kakinya
dipegang dengan ditekuk kemudian mereka dilemparkan ke neraka.” Menurut
Ath-Thalhah rahimahullah Ta’ala bahwa cara menekuk tubuh manusia yang
dimasukkan ke dalam neraka adalah, “Digabungkan antara bagian depan kepalanya dengan
kakinya dari belakang sambil dirantai.” Sehingga kata Ibnu Abbas, “Dengan cara
demikian maka tubuh mereka patah.”
Dengan peringatan dini ini adalah nikmat, bahwa Allah Ta’ala tidak
dzalim dan Maha Memberikan Kasih SayangNya dengan peringatan. “Maka, nikmat
Tuhan yang manakah yang kamu dustakan?”
F. Tafsir Ayat
43-45
Allah Ta’ala berfirman, “Inilah neraka
Jahannam yang didustakan oleh orang-orang berdosa. Mereka berkeliling di antaranya dan di antara air
mendidih yang memuncak panasnya. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”
Ini merupakan pelecehan Allah Ta’ala yang Maha
Dahsyat serta penghinaan kepada orang-orang kafir yang tidak percaya pada hari
kiamat dan neraka Jahannam saat hidup di dunia dahulu. Maka kita harusnya bersyukur
kepada Allah karena kita dijadikan orang-orang yang beriman, dimudahkan hadir
dalam pengajian, dimudahkan untuk membaca dan merenungkan tulisan serta
rangkuman tafsir Al-Qur’an yang menjadi peringatan ini. “Maka nikmat Tuhan
yang manakah yang kamu dustakan?” Berapa banyak orang kafir, berapa banyak
orang yang lepas dari keimanannya? dan berapa banyak orang yang diadzab oleh
Allah Ta’ala? dan berapa banyak yang meremehkan hal ini?
Al-Hamim? adalah air yang sangat mendidih, dimana ibaratnya adalah sebagaimana tembaga
mencair yang dimana apabila diminum leher dan ususnya putus semuanya. Sebagaimana
dalam Surat Al-Ghofir/Al-Mu’min: 71-72 Allah berfirman (artinya), “Ketika
belenggu dan rantai dipasang di leher mereka, seraya mereka diseret, ke dalam
air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam api,...”
Qotadah mengatakan, “Bahwa aan adalah air yang
telah memuncak panas dan mendidihnya, sehingga ‘sekaranglah’ saatnya untuk
memasak isi neraka yaitu Manusia dan Jin.” Maka kebenaran ini telah dinyatakan
Allah Ta’ala. Dan inilah tugas manusia beserta konsekuensinya. Apabila
mereka mau menerima keimanan maka Allah menyelamatkan mereka, apabila ingkar
dan menyekutukan Allah Ta’ala maka mereka pun dihukum sesuai dengan
kesepakatan yang telah dibuat dalam Al-Qur’an dan Sunnah, yaitu Neraka yang di
dalamnya terdapat siksaan yang mengerikan. Allahu a’lam bish shawwab.
Untuk mendengarkan rekaman asli dan lengkap dari Ustad
Abdullah Shalih Hadhrami, silahkan rujuk link http://www.ziddu.com/download/19611195/Ayat33-45.3gp.html.
Demikianlah rangkuman kajian Tafsir Al-Qur’an al-‘Adzim yang
disampaikan oleh Ustad. Abdullah Hadhromi. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Wassalamu’alaikum
warahmatullah wa barokatuh.
@nd.
Disusun di Malang
11 Rajab 1433 / 1 Juni 2012
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Berdiskusi...Tangan Kami Terbuka Insya Allah