KAJIAN ISLAM DAN KARYA PENA

KAJIAN ISLAM YANG MEMUAT HAL-HAL BERKAITAN TENTANG PENGETAHUAN ISLAM BAIK SADURAN ATAU KARYA ASLI. BAIK HAL AKIDAH, MUAMALAT, FIKIH ATAUPUN TASKIYATUN NUFS (PENYUCIAN HATI)

JUGA KARYA PENA UMUM BERUPA PUISI CERPEN DAN KARANGAN ATAU ILMU PENGETAHUAN UMUM DAN PENELITIAN ILMIAH

Sabtu, 16 Februari 2013

TAKUT YANG DISYARIATKAN

 “TAKUT YANG DISYARIATKAN”

TAFSIR SURAT AR-RAHMAN AYAT 46-47 (JILID I)
“Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua syurga. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”

Rangkuman Kajian Ba’d Maghrib di Masjid Abu Dzar Al-Ghifari
Hari Rabu, Tertanggal 23 Rajab 1433 / 13 Juni 2012
oleh: Ust. Abdullah Shaleh al-Hadhromi

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Segala Puji Bagi Allah. Semoga Shalawat tetap tercurah kepada Sang utusan Allah juga kepada keluarga Beliau para sahabat Beliau dan umat Beliau yang setia mengikut ajaran yang Beliau sampaikan hingga akhir zamman. Amma ba’d.

A.      Khauf (Takut) dan Raja’ (Harap)
Menurut pernyataan para ulama Khauf dan Raja’ (Baca: Roja’) adalah dua sayap. Dengan kedua sayap itu orang-orang yang didekatkan kepada Allah, terbang menuju kepadaNya. Sehingga ibarat dua sayap, keduanya harus berupaya diseimbangkan semaksimal mungkin (walau kenyataannya seimbang itu adalah sulit). Para ulama ada yang menambahkan penambahan mahabbah (cinta) adalah kepala/pusat dari sebuah burung/pesawat untuk terbang menuju Allah Ta’ala. Sehingga tidak hanya dua sayap saja tetapi juga ada kepalanya, maka tidak hanya khauf dan raja’ saja, tetapi jua mahabbah.
B.      Definisi Takut
Takut memilik banyak definisi. Tapi di antaranya adalah: “Cambuk Allah, yang menggiring hamba-hambaNya untuk mencari ilmu dan mengamalkannya. Agar dengan keduannya mereka mencapai tingkatan dekat kepada Allah Ta’ala”. Jadi, takut dalam pembahasan Islam adalah sebuah komponen penambah semangat dalam menjalankan ibadah dan muamalah hasanah, semangat mencari dan mengamalkan ilmu dan taat kepadaNya.
Sehingga takut yang benar itu menjadikan anggota tubuh kita meninggalkan maksiat dan taat kepada Allah. Apabila Ketakutan (Khauf) ini tidak diimbangi rengan Ar-Raja’ (harapan), maka manusia akan stres. Ini sangat mirip dengan Khawwarij yang menjadikan agama ini seakan-akan adalah beban. Sebaliknya orang yang kurang takutnya, maka mereka akan sembrono dan berani pada Allah. Hal ini mirip dengan orang-orang Kelompok Murji’ah yang menyatakan, “yang penting iman ada dalam hati.”
Orang takut kepada Allah itu ada bermacam-macam alasan yang mendasarinya: (1) Karena orang itu kenal Allah, dia mengetahui Asma-asma Allah dan Sifat-sifatNya. Dia merasa bahwa Allah Maha Kuat dan Maha Mandiri untuk dapat menghancurkan alam semesta ini sendirian; (2) Merasa berbuat dosa; (3) Karena kedua-duanya. Sehingga semakin orang kenal dengan Allah dan kenal dengan dirinya sendiri, semakin takut kepada Allah. Begitupula sebaliknya.
Disebutkan dalam riwayat Al-Imam Bukhari & Muslim, Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Demi Allah, Sesungguhnya aku adalah orang yang paling kenal dengan Allah di antara mereka dan yang paling takut pada Allah di antara mereka.” Karena itu, Imam As-Sa’di pernah dipanggil oleh seseorang, “Yaa ‘alim (hai orang pintar/berilmu)” Lalu beliau menjawan, “Hanya saja orang yang dikatakan berilmu adalah orang yang takut kepada Allah.” Lalu beliau membaca Firman Allah Ta’ala (artinya), “
“Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (Q.S. Faathir: 28).
Karena itu, kalau ada orang yang berilmu tapi tak takut pada Allah,  maka dia bukan orang yang berilmu. Sahabat Abdullah Ibn Mas’ud radhiyallahu ‘anhu menyatakan, “Cukuplah takut kepada Allah itu sebagai ilmu dan cukuplah ketertipuan sebagai suatu kebodohan.” Orang yang takut kepada Allah dalam artian takut yang benar, walaupun dia kurang memahami ilmu-ilmu dunia maka dia di sisi Allah adalah berilmu, begitu pula sebaliknya.
Ada seorang yang mencela ulama di majelis Imam Ahmad ibn Hambal. Ia menganggap bahwa Si Fulan ilmunya kurang. Maka Imam Ahmad berkata, “Jangan kau remehkan ulama itu. Bukankah tujuan ilmu itu, ia telah mencapai ke sana?” Karena orang yang takut kepada Allah bukan hanya orang yang pandai menangis, tapi perbuatannya selalu melanggar. Ulama Salaf berkata, “Bukanlah orang yang takut itu orang yang menangis lalu mengusap air matanya, tapi orang yang meninggalkan segala yang dikhawatirkan dia mendapat hukuman atas apa yang diupayakannya.”
Seorang Ulama Salaf (terdahulu) bernama Abul Qosim al-Hanif rahimahullah ta’ala mengatakan (artinya), “Orang yang takut kepada sesuatu maka ia lari menjauh. Tapi sebaliknya, orang yang takut kepada Allah justru lari mendekat.”
Tatkala ada orang yang bertanya kepada Anda, ”APAKAH KAU TAKUT KEPADA ALLAH?” Maka Fudhail ibn Iyyadh berkata (artinya), “Kalau ada orang bertanya kepadamu apakah kamu takut pada Allah, maka diamlah! Karena kalau kamu jawab “IYA” maka kamu telah berdusta. Kalau kamu jawab “TIDAK” maka kamu kafir.”
C.      Fadhilah Takut
Sebagaimana dinyatakan dalam Q.S. Faathir: 28 di atas, bahwa takut menyebabkan seseorang masuk ke dalam derajad orang yang berilmu.
Sebagaimana juga disebutkan dalam Q.S Al-Bayyinah: 8, (artinya) “Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.” Berarti dengan takut kepada Allah, maka Allah ridho kepada kita.
Disebutkan pula dalam Q.S Ali-Imron: 175, (artinya) “Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” Berarti siapa yang takut kepada Allah, maka dia adalah orang yang beriman. Karena orang yang semakin bersih hatinya semakin banyak takutnya kepada Allah Ta’ala.
Dalam sebuah hadits sahih Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan ada tujuh golongan yang dinaungi oleh Allah pada Hari Mahsyar. Di antara mereka adalah orang laki-laki yang diajak zina oleh perempuan  yang cantik lagi berkedudukan (hal ini berlaku sebaliknya. Allahu a’lam). Ternyata laki-laki itu menolaknya sambil mengatakan, “Aku takut kepada Allah.”
D.      Kisah Indah Takut Kepada Allah
Kisah nyata yang disebutkan oleh Ibnu Quddamah dalam Kitabun Nawwabin (Kisah orang-orang yang taubat). Dimana pada jaman dahulu ada perempuan yang menjual dirinya dengan tarif yang mahal. Ada seorang yang shalih, tertarik untuk mencoba pelacur itu dan diapun menabung demi mengumpulkan dana untuk memakai perempuan itu. Setelah tabungannya mencukupi, dia pun datang ke rumah pelacur itu.
Dia pun mendaftar melalui pegawainya dan dicatat identitasnya. Setelah itu, dia menemui pelacur itu. Sampai akhirnya tatkala dia akan berzina, pemuda itu gemetar karena sangat takut kepada Allah. Baru pertama kali dia akan melakukan zina, maka dia sangat takut bukan main. Lalu sang pelacur itu mengatakan, “Ada apa kamu?” Lalu Sang Pemuda berkata, “Saya takut kepada Allah. Biarkan saya keluar saja, uang saya ambillah tapi biarkan saya keluar dan lepas dari zina.” Maka ia pun pulang dengan tak membawa apapun.
Sang pelacur pun berat memikirkan pemuda shalih itu, ia heran ternyata masih ada orang yang seperti itu. Dan ternyata melihat kelakuan pemuda itu, maka pelacur itu pun bertaubat kepada Allah. Dia pun ingin dinikahi oleh pemuda itu.
Akhirnya mantan pelacur itu dengan rombongan dan harta yang lengkap, datang menuju desa Sang Pemuda. Ketika masuk ke desanya, orang satu desa pun gempar. Dan sesampai di rumah Sang Pemuda, mantan pelacur itu pun bertemu sang pemuda dan mengutarakan dirinya. Betapa kagetnya sang pemuda itu hingga akhirnya dia pun meninggal dunia.
Mantan pelacur itu tetap ingin menikah dengan keluarganya. Ia pun bertekad ingin menikahi pemuda itu, karena meninggal maka ia akan menikahi salah satu keluarganya. Maka ia pun menikah dan diberi karunia berupa anak-anak yang shalihah & Shalihin.
Ini merupakan kisah yang indah tentang takutnya seseorang kepada Allah Ta’ala.
Begitu juga dengan kisah yang disampaikan Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam tatkala ada seorang yang bertawasul ingin dibukakan pintu pada goa yang tertutup batu. Salah seorang di antara ketiganya bertawassul dengan amaliyahnya:
Pemuda ini dahulu adalah orang yang kaya. Suatu saat dia didatangi oleh saudari sepupunya. Ia sangat cantik dan pemuda ini mencintainya. Tatkala musim paceklik, sang sepupu ini pun ingin meminta sedikit harta darinya. Dia mau memberikannya dengan syarat saudarinya harus mau untuk melayani nafsunya. Tapi tatkala dia bersiap-siap melakukan zina, maka perempuan ini berkata, “Takutlah kepada Allah! jangan kau ambil keperawananku kecuali dengan haknya.” Akhirnya pemuda itu takut kepada Allah dan membatalkan zinanya sehingga pemuda itu menyuruh sepupunya meninggalkannya dengan membawa harta pemberiannya tanpa ada imbalan apapun.
E.      Bagaimana Ketakutan Para Sahabat Rasulullah Shalallahu ‘alaih wasallam?
Semakin dekat seseorang dengan Allah, maka dia semakin takut kepadaNya. Semakin takut kepadaNya maka seakan dosa kecil bagaikan dosa yang sangat besar hingga seolah-olah ia akan runtuh ke jurang api. Sebaliknya semakin orang itu jauh dari Allah, semakin pula ia berani padaNya, semakin ia berani padaNya semakin pula ia menganggap dosa besar bagai hinggapan lalat di dihungnya.
Hal ini bukan seperti apa yang dicontohkan pada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, para sahabatnya dan orang-orang shalih setelahnya. Bagaimanakah takutnya mereka kepada Allah Ta’ala?
Dalam Riwayat Imam Bukhari & Muslim rahmatullah ‘alaihim dikisahkan oleh Ibunda ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, (artinya) “Bila cuaca di Kota Madinah berupah, anginnya bertiup kencang dan/atau mendung. Rasulullah Shalallhu ‘alaihi wasallam tampak gelisah, Beliau keluar-masuk-keluar-masuk, Beliau Shalallahu ‘alaih wasallam takut jangan-jangan itu bentuk adzab dari Allah Ta’ala akan turun. Karena umat-umat sebelumnya, adzab Allah akan turun dimulai dengan mendung di langit dan di balik mendung itu ada adzab Allah Ta’ala. Tatkala yang turun itu hujan, maka Rasulullah Shalallahu wasallam wajahnya berbinar-binar dan berdoa “Allahumma Shayyiban naafi’an (Ya Allah, jadikanlah hujan ini bermanfaat).
Tatkala Rasulullah Shalallahu ‘alaih wasallam sholat, maka Beliau menangis tersedu-sedu hingga dada beliau goncang karena tangisannya.
Demikian sahabat besar Abu Bakar As-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, yang dijamin masuk syurga oleh Allah Ta’ala berdasarkan persaksian dari Rasulullah Shalallahu ‘alahi wasallam. Beliau adalah sahabat yang banyak menangis saat sholat bahkan para sahabat banyak mendengar tangisannya daripada bacaannya. Beliau radhiyallahu ‘anhu pernah berkata, (artinya) “Andai aku menjadi sehelai rambut saja di tubuh orang beriman.”
Bagaimana pula dengan Sahabat Umar ibn Khaththab radhiyallahu ‘anhu yang juga ahli syurga berdasarkan persaksian Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam. Beliau pernah membaca Surat Ath-Thur: 7 (artinya) “Sesungguhnya azab Tuhanmu pasti terjadi”, maka beliau menangis hingga sakit hingga dijenguk oleh para sahabat-sahabatnya.
Tatkala Beliau akan meninggal dunia, beliau gelisah bukan main. Lalu Sahabat Ibn Abbas radhiyallahu ‘anhu menghiburnya, (artinya) “Wahai Sahabat Umar, jasa Anda banyak. Allah telah menjadikan negeri-negeri makmur karena kepemimpinanmu. Anda juga banyak menaklukkan negeri. Jangan Anda takut.” Maka beliau radhiyallahu ‘anhu menjawab, “Aku ingin selamat saja, tidak mendapat ganjaran ndak masalah, yang penting tidak mempunyai dosa.”
Demikian pula Sahabat Utsman ibn Affan radhiyallahu ‘anhu yang mendapat jaminan Syurga berdasarkan kesaksian Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam. Ada kalanya beliau datang ke kuburan dan di tengah-tengah itu beliau menangis hingga air matanya membasahi jenggotnya seraya berkata (artinya) “Kalau sekiranya aku berada di tengah-tengah antara syurga dan neraka dan saya belum tahu, maka saya memlih jadi abu saja sebelum saya diperintahkan masuk yang mana.”
Begitupula Sahabat Ali ibn Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu yang juga dijamin masuk syurga oleh Allah Ta’ala berdasarkan kesaksian Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam. Suatu malam beliau menangis hingga air mata membasahi tempat sholatnya seraya berkata (artinya) “Wahai dunia, kau tipu saja orang lain. Jangan kau tipu aku, karena aku telah menceraikanmu dengan talak tiga. Karena umurmu pendek, masalahmu panjang dan bencanamu sangat besar.”
Itulah hal-hal yang berkaitan dengan masalah Al-Khauf semoga bermanfaat.

Malang, 30 Rajab 1433 / 19 Juni 2012
@nd.

untuk mendengarkan rekaman ust. Abdullah Al-Hadhromi dalam kajian ini. Silahkan rujuk link






Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Berdiskusi...Tangan Kami Terbuka Insya Allah