“TAKUT YANG DISYARIATKAN”
TAFSIR SURAT AR-RAHMAN AYAT 46-47 (JILID I)
“Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua syurga. Maka
nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”
Rangkuman Kajian Ba’d Maghrib di Masjid
Abu Dzar Al-Ghifari
Hari Rabu, Tertanggal 23 Rajab
1433 / 13 Juni 2012
oleh: Ust. Abdullah Shaleh al-Hadhromi
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Segala Puji Bagi
Allah. Semoga Shalawat tetap tercurah kepada Sang utusan Allah juga kepada
keluarga Beliau para sahabat Beliau dan umat Beliau yang setia mengikut ajaran
yang Beliau sampaikan hingga akhir zamman. Amma ba’d.
A. Khauf (Takut)
dan Raja’ (Harap)
Menurut pernyataan para ulama Khauf dan Raja’ (Baca: Roja’)
adalah dua sayap. Dengan kedua sayap itu orang-orang yang didekatkan kepada
Allah, terbang menuju kepadaNya. Sehingga ibarat dua sayap, keduanya harus
berupaya diseimbangkan semaksimal mungkin (walau kenyataannya seimbang itu
adalah sulit). Para ulama ada yang menambahkan penambahan mahabbah (cinta)
adalah kepala/pusat dari sebuah burung/pesawat untuk terbang menuju Allah Ta’ala.
Sehingga tidak hanya dua sayap saja tetapi juga ada kepalanya, maka tidak hanya
khauf dan raja’ saja, tetapi jua mahabbah.
B. Definisi Takut
Takut memilik banyak definisi. Tapi di antaranya adalah:
“Cambuk Allah, yang
menggiring hamba-hambaNya untuk mencari ilmu dan mengamalkannya. Agar dengan
keduannya mereka mencapai tingkatan dekat kepada Allah Ta’ala”. Jadi, takut dalam pembahasan Islam
adalah sebuah komponen penambah semangat dalam menjalankan ibadah dan muamalah
hasanah, semangat mencari dan mengamalkan
ilmu dan taat kepadaNya.
Sehingga takut yang benar itu menjadikan anggota tubuh
kita meninggalkan maksiat dan taat kepada Allah. Apabila Ketakutan (Khauf)
ini tidak diimbangi rengan Ar-Raja’ (harapan), maka manusia akan
stres. Ini sangat mirip dengan Khawwarij yang menjadikan agama ini
seakan-akan adalah beban. Sebaliknya orang yang kurang takutnya, maka mereka
akan sembrono dan berani pada Allah. Hal ini mirip dengan orang-orang Kelompok Murji’ah
yang menyatakan, “yang penting iman ada dalam hati.”
Orang takut kepada Allah itu ada bermacam-macam alasan
yang mendasarinya: (1) Karena orang itu kenal Allah, dia mengetahui Asma-asma
Allah dan Sifat-sifatNya. Dia merasa bahwa Allah Maha Kuat dan Maha Mandiri
untuk dapat menghancurkan alam semesta ini sendirian; (2) Merasa berbuat dosa;
(3) Karena kedua-duanya. Sehingga semakin orang kenal dengan Allah dan kenal
dengan dirinya sendiri, semakin takut kepada Allah. Begitupula sebaliknya.
Disebutkan dalam riwayat Al-Imam Bukhari & Muslim,
Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Demi Allah, Sesungguhnya
aku adalah orang yang paling kenal dengan Allah di antara mereka dan yang
paling takut pada Allah di antara mereka.” Karena itu, Imam As-Sa’di pernah
dipanggil oleh seseorang, “Yaa ‘alim (hai orang pintar/berilmu)” Lalu
beliau menjawan, “Hanya saja orang yang dikatakan berilmu adalah orang yang
takut kepada Allah.” Lalu beliau membaca Firman Allah Ta’ala (artinya),
“
“Dan demikian (pula) di antara manusia,
binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam
warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara
hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun (Q.S. Faathir: 28).
Karena itu, kalau ada orang yang
berilmu tapi tak takut pada Allah, maka
dia bukan orang yang berilmu. Sahabat Abdullah Ibn Mas’ud radhiyallahu ‘anhu
menyatakan, “Cukuplah takut kepada Allah itu sebagai ilmu dan cukuplah
ketertipuan sebagai suatu kebodohan.” Orang yang takut kepada Allah dalam
artian takut yang benar, walaupun dia kurang memahami ilmu-ilmu dunia maka dia
di sisi Allah adalah berilmu, begitu pula sebaliknya.
Ada
seorang yang mencela ulama di majelis Imam Ahmad ibn Hambal. Ia menganggap
bahwa Si Fulan ilmunya kurang. Maka Imam Ahmad berkata, “Jangan kau remehkan
ulama itu. Bukankah tujuan ilmu itu, ia telah mencapai ke sana?” Karena orang
yang takut kepada Allah bukan hanya orang yang pandai menangis, tapi
perbuatannya selalu melanggar. Ulama Salaf berkata, “Bukanlah orang yang takut
itu orang yang menangis lalu mengusap air matanya, tapi orang yang meninggalkan
segala yang dikhawatirkan dia mendapat hukuman atas apa yang diupayakannya.”
Seorang Ulama
Salaf (terdahulu) bernama Abul Qosim al-Hanif rahimahullah ta’ala mengatakan
(artinya), “Orang yang takut kepada sesuatu maka ia lari menjauh. Tapi
sebaliknya, orang yang takut kepada Allah justru lari mendekat.”
Tatkala ada orang yang bertanya
kepada Anda, ”APAKAH KAU TAKUT KEPADA ALLAH?” Maka Fudhail ibn Iyyadh berkata
(artinya), “Kalau ada orang bertanya kepadamu apakah kamu takut pada Allah,
maka diamlah! Karena kalau kamu jawab “IYA” maka kamu telah berdusta. Kalau
kamu jawab “TIDAK” maka kamu kafir.”
C. Fadhilah Takut
Sebagaimana
dinyatakan dalam Q.S. Faathir: 28 di atas, bahwa takut menyebabkan seseorang
masuk ke dalam derajad orang yang berilmu.
Sebagaimana
juga disebutkan dalam Q.S Al-Bayyinah: 8, (artinya) “Balasan mereka di sisi
Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka
kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun
ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut
kepada Tuhannya.” Berarti dengan takut kepada Allah, maka Allah ridho
kepada kita.
Disebutkan
pula dalam Q.S Ali-Imron: 175, (artinya) “Sesungguhnya mereka itu tidak lain
hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang
musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi
takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” Berarti siapa
yang takut kepada Allah, maka dia adalah orang yang beriman. Karena orang yang
semakin bersih hatinya semakin banyak takutnya kepada Allah Ta’ala.
Dalam sebuah hadits sahih
Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan ada tujuh
golongan yang dinaungi oleh Allah pada Hari Mahsyar. Di antara mereka adalah
orang laki-laki yang diajak zina oleh perempuan
yang cantik lagi berkedudukan (hal ini berlaku sebaliknya. Allahu
a’lam). Ternyata laki-laki itu menolaknya sambil mengatakan, “Aku takut
kepada Allah.”
D. Kisah Indah Takut Kepada Allah
Kisah nyata
yang disebutkan oleh Ibnu Quddamah dalam Kitabun Nawwabin (Kisah
orang-orang yang taubat). Dimana pada jaman dahulu ada perempuan yang menjual
dirinya dengan tarif yang mahal. Ada seorang yang shalih, tertarik untuk
mencoba pelacur itu dan diapun menabung demi mengumpulkan dana untuk memakai
perempuan itu. Setelah tabungannya mencukupi, dia pun datang ke rumah pelacur
itu.
Dia pun
mendaftar melalui pegawainya dan dicatat identitasnya. Setelah itu, dia menemui
pelacur itu. Sampai akhirnya tatkala dia akan berzina, pemuda itu gemetar
karena sangat takut kepada Allah. Baru pertama kali dia akan melakukan zina,
maka dia sangat takut bukan main. Lalu sang pelacur itu mengatakan, “Ada apa
kamu?” Lalu Sang Pemuda berkata, “Saya takut kepada Allah. Biarkan saya keluar
saja, uang saya ambillah tapi biarkan saya keluar dan lepas dari zina.” Maka ia
pun pulang dengan tak membawa apapun.
Sang
pelacur pun berat memikirkan pemuda shalih itu, ia heran ternyata masih ada
orang yang seperti itu. Dan ternyata melihat kelakuan pemuda itu, maka pelacur
itu pun bertaubat kepada Allah. Dia pun ingin dinikahi oleh pemuda itu.
Akhirnya
mantan pelacur itu dengan rombongan dan harta yang lengkap, datang menuju desa
Sang Pemuda. Ketika masuk ke desanya, orang satu desa pun gempar. Dan sesampai
di rumah Sang Pemuda, mantan pelacur itu pun bertemu sang pemuda dan
mengutarakan dirinya. Betapa kagetnya sang pemuda itu hingga akhirnya dia pun meninggal
dunia.
Mantan
pelacur itu tetap ingin menikah dengan keluarganya. Ia pun bertekad ingin
menikahi pemuda itu, karena meninggal maka ia akan menikahi salah satu
keluarganya. Maka ia pun menikah dan diberi karunia berupa anak-anak yang
shalihah & Shalihin.
Ini
merupakan kisah yang indah tentang takutnya seseorang kepada Allah Ta’ala.
Begitu
juga dengan kisah yang disampaikan Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi
wasallam tatkala ada seorang yang bertawasul ingin dibukakan pintu pada goa
yang tertutup batu. Salah seorang di antara ketiganya bertawassul dengan
amaliyahnya:
Pemuda ini dahulu adalah orang yang
kaya. Suatu saat dia didatangi oleh saudari sepupunya. Ia sangat cantik dan
pemuda ini mencintainya. Tatkala musim paceklik, sang sepupu ini pun ingin
meminta sedikit harta darinya. Dia mau memberikannya dengan syarat saudarinya
harus mau untuk melayani nafsunya. Tapi tatkala dia bersiap-siap melakukan
zina, maka perempuan ini berkata, “Takutlah kepada Allah! jangan kau ambil
keperawananku kecuali dengan haknya.” Akhirnya pemuda itu takut kepada Allah
dan membatalkan zinanya sehingga pemuda itu menyuruh sepupunya meninggalkannya
dengan membawa harta pemberiannya tanpa ada imbalan apapun.
E. Bagaimana Ketakutan Para Sahabat
Rasulullah Shalallahu ‘alaih wasallam?
Semakin
dekat seseorang dengan Allah, maka dia semakin takut kepadaNya. Semakin takut
kepadaNya maka seakan dosa kecil bagaikan dosa yang sangat besar hingga
seolah-olah ia akan runtuh ke jurang api. Sebaliknya semakin orang itu jauh
dari Allah, semakin pula ia berani padaNya, semakin ia berani padaNya semakin
pula ia menganggap dosa besar bagai hinggapan lalat di dihungnya.
Hal ini
bukan seperti apa yang dicontohkan pada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wasallam, para sahabatnya dan orang-orang shalih setelahnya. Bagaimanakah
takutnya mereka kepada Allah Ta’ala?
Dalam
Riwayat Imam Bukhari & Muslim rahmatullah ‘alaihim dikisahkan oleh
Ibunda ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, (artinya) “Bila cuaca di Kota
Madinah berupah, anginnya bertiup kencang dan/atau mendung. Rasulullah Shalallhu
‘alaihi wasallam tampak gelisah, Beliau keluar-masuk-keluar-masuk, Beliau Shalallahu
‘alaih wasallam takut jangan-jangan itu bentuk adzab dari Allah Ta’ala
akan turun. Karena umat-umat sebelumnya, adzab Allah akan turun dimulai dengan
mendung di langit dan di balik mendung itu ada adzab Allah Ta’ala.
Tatkala yang turun itu hujan, maka Rasulullah Shalallahu wasallam
wajahnya berbinar-binar dan berdoa “Allahumma Shayyiban naafi’an (Ya
Allah, jadikanlah hujan ini bermanfaat).
Tatkala
Rasulullah Shalallahu ‘alaih wasallam sholat, maka Beliau menangis
tersedu-sedu hingga dada beliau goncang karena tangisannya.
Demikian
sahabat besar Abu Bakar As-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, yang dijamin
masuk syurga oleh Allah Ta’ala berdasarkan persaksian dari Rasulullah Shalallahu
‘alahi wasallam. Beliau adalah sahabat yang banyak menangis saat sholat
bahkan para sahabat banyak mendengar tangisannya daripada bacaannya. Beliau radhiyallahu
‘anhu pernah berkata, (artinya) “Andai aku menjadi sehelai rambut saja di
tubuh orang beriman.”
Bagaimana
pula dengan Sahabat Umar ibn Khaththab radhiyallahu ‘anhu yang juga ahli
syurga berdasarkan persaksian Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam.
Beliau pernah membaca Surat Ath-Thur: 7 (artinya) “Sesungguhnya azab Tuhanmu
pasti terjadi”, maka beliau menangis hingga sakit hingga dijenguk oleh para
sahabat-sahabatnya.
Tatkala
Beliau akan meninggal dunia, beliau gelisah bukan main. Lalu Sahabat Ibn Abbas radhiyallahu
‘anhu menghiburnya, (artinya) “Wahai Sahabat Umar, jasa Anda banyak. Allah
telah menjadikan negeri-negeri makmur karena kepemimpinanmu. Anda juga banyak
menaklukkan negeri. Jangan Anda takut.” Maka beliau radhiyallahu ‘anhu menjawab,
“Aku ingin selamat saja, tidak mendapat ganjaran ndak masalah, yang
penting tidak mempunyai dosa.”
Demikian
pula Sahabat Utsman ibn Affan radhiyallahu ‘anhu yang mendapat jaminan
Syurga berdasarkan kesaksian Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam.
Ada kalanya beliau datang ke kuburan dan di tengah-tengah itu beliau menangis
hingga air matanya membasahi jenggotnya seraya berkata (artinya) “Kalau
sekiranya aku berada di tengah-tengah antara syurga dan neraka dan saya belum
tahu, maka saya memlih jadi abu saja sebelum saya diperintahkan masuk yang
mana.”
Begitupula
Sahabat Ali ibn Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu yang juga dijamin masuk
syurga oleh Allah Ta’ala berdasarkan kesaksian Rasulullah Muhammad Shalallahu
‘alaihi wasallam. Suatu malam beliau menangis hingga air mata membasahi
tempat sholatnya seraya berkata (artinya) “Wahai dunia, kau tipu saja orang
lain. Jangan kau tipu aku, karena aku telah menceraikanmu dengan talak tiga.
Karena umurmu pendek, masalahmu panjang dan bencanamu sangat besar.”
Itulah
hal-hal yang berkaitan dengan masalah Al-Khauf semoga bermanfaat.
Malang, 30 Rajab 1433 / 19 Juni
2012
@nd.
untuk mendengarkan rekaman ust.
Abdullah Al-Hadhromi dalam kajian ini. Silahkan rujuk link
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Berdiskusi...Tangan Kami Terbuka Insya Allah