KAJIAN ISLAM DAN KARYA PENA

KAJIAN ISLAM YANG MEMUAT HAL-HAL BERKAITAN TENTANG PENGETAHUAN ISLAM BAIK SADURAN ATAU KARYA ASLI. BAIK HAL AKIDAH, MUAMALAT, FIKIH ATAUPUN TASKIYATUN NUFS (PENYUCIAN HATI)

JUGA KARYA PENA UMUM BERUPA PUISI CERPEN DAN KARANGAN ATAU ILMU PENGETAHUAN UMUM DAN PENELITIAN ILMIAH

Rabu, 09 Januari 2013

KARAT DALAM BERLIAN

KARAT DALAM BERLIAN

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan arti dalam kehidupan manusia. Dialah yang memberikan balasan atas kebaikan dan keburukan seorang hamba terhadap hamba yang lainnya. Dan Dialah yang memberikan kenikmatan yang besar kepada seorang hamba serta memberikannya sesuai dengan prasangka hamba itu terhadap RabNya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang telah memberikan petunjuk serta cahaya dari Allah kepada seluruh ummat manusia, hanya saja banyak dari mereka yang enggan. Amma ba’d.
Dunia adalah nikmat, syurga adalah nikmat dan neraka juga nikmat. Dunia itu nikmat karena menggiurkan[1]. Syurga adalah nikmat, dan kenikmatan terbesar dalam sejarah kehidupan manusia yang tiada tara tatkala tiada lagi hari setelah itu. Betapa beruntung orang yang memasuki syurga, semoga kita adalah bagian dari orang-orang yang memasukinya.
Neraka adalah nikmat, nikmat bagi penduduk syurga yang dahulu diperolok-olok oleh ahli neraka. Maka, kini bergantilah penduduk syurga yang memperolok-olok penduduk neraka. Penduduk neraka berteriak meminta tolong, mengaduh, dan menjerit akibat kekafiran mereka, padahal tiada lain mereka telah diperingatkan di dunia, tetapi mereka mengabaikannya. Maka rasakanlah hari itu wahai orang-orang yang ingkar.
Aku sedang merenung tentang kenikmatan-kenikmatan itu, ternyata aku masih di dunia. Aku pandangi bahwa dunia ini adalah indah dan nikmat, sejuk dan menyenangkan. Wanita, inilah makhluk bumi yang sangat disenangi oleh mayoritas pelaku sejarah yaitu laki-laki. Sekuat apapun lelaki, apabila wanita sudah berhadapan dengannya, maka dia akan takluk tak berdaya. Hanya iman sajalah yang menyelamatkannya. Hingga Rasulullah bersabda, “Dunia ini cantik dan hijau. Sesungguhnya Allah menjadikan kamu kholifah dan Allah mengamati apa yang kamu lakukan, karena itu jauhilah godaan wanita dan dunia. Sesungguhnya fitnah pertama yang menimpa bani Israil adalah godaan kaum wanita[2].
Baru saja aku lepas dari derita akan fitnah wanita saat jaman jahiliyahku. Bebas rasanya, tatkala Allah melapangkan dadaku. Bagaimana tidak, aku terjebak dengan tampang dan parasnya. Cantik, imut, dan menyejukkan mata tapi tidak cukup menyejukkan untuk urusan hati. Dia jutek, semaunya, jauh dari agama dan pokoknya menyebalkan.
Alhamdulillah, Allah telah memberikanku jalan melalui seorang teman yang telah memberikanku petunjuk kepada kebenaran. Allah juga telah membuka pintu hatiku melalui seorang ustad. Beliau berkata, “Rasulullah bersabda, “Wanita itu dinikai karena 4 hal: Kecantikannya, kekayaannya, keturunannya dan agamanya. Maka nikahilah wanita tu karena agamanya kalau ingin selamat. [3]” Aku pun tersadar, kalau selama ini aku salah langkah. Aku harus memperbaiki diriku untuk mendapatkan seorang wanita yang baik dan dekat dengan Allah. Dan tiadalah ia dekat dengan Allah, kecuali orang yang berilmu[4].
Apakah ujian berhenti sampai di situ? ah, aku kira demikian, setelah ini aku konsentrasi pada kuliahku, menyelesaikannya dan mencari seseorang yang aku akan nikahi. Aku serasa tak ada beban, virus cinta sudah musnah pada diriku walau tidak sepenuhnya hilang. Maka sebuah kesempatan pun masuk melalui diriku, entah kesempatan setan ataukah kesempatan untuk mendapatkan nikmat yang halal. Itulah hawa nafsu yang terus mengajak kepada kemungkaran.
Seorang teman pun menawariku untuk mengikuti kontes karya tulis dan kewirausahaan. Mengingat inilah program mahasiswa yang menghasilkan untung besar dan mengasyikkan. Dia mengajak teman perempuannya, lantas aku pun teringat masa lalu. Kutolak dia mentah-mentah, “Tidak! harusnya tak ada perempuan biar nyaman.” Dia pun memelototkan matanya, “Kenapa? padahal ini kan wajar untuk usaha? lagi pula kita ini usaha kuliner dan tak bisa memasak, sedang temanku itu adalah orang yang pandai dalam memasak.” Aneh, padahal temanku itu juga turut mengaji di ulama yang hanif. Tidak main-main, ustadnya adalah juga ustad kami yang telah belajar selama 7 tahun lebih di Hijaz, murid syaikh ternama di sana dan memiliki sanad ilmu sampai kepada Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Tetapi mengapa ada seorang muridnya yang masih seperti ini?
“Kalau demikian aku keberatan!” Kataku. “Eh, kalau menurutku ndak papa Akhi. Kan kita mau bermuamalah. Hijab tetap kita jaga. Kita hanya bagian pemasaran dan strateginyanya, mereka bagian memasak dan keuangannya. Sehingga kita masih bisa menjaga diri kan?” Seorang temanku yang sudah senior menambahkan. Memang kelompok kami saat itu 3 orang, aku, teman seangkatanku, dan seorang senior yang juga sudah lama mengaji di ustad yang sama. Aku lebih hormat kepada seniorku ini, dan hujjahnya pun kuat, maka aku mengakui ilmu dan akalnya. “Baiklah kalau begitu. Aku setuju.” Aku yang baru saja mengenyam dunia ilmu agama mengiyakan atas saran seniorku dan desakan temanku.
Waktu terus berjalan, aku pun mengetahui bahwa wanita yang dia ajak ternyata dahulu adalah teman SMA ku. Dia teman satu SMA denganku dan satu SMA juga dengan teman satu kelompokku serta seniorku ini, memang kami semua dari satu SMA, aneh dan mengherankan dunia hanya sebesar daun Kelor. Dari SMA, teman satu kelompokku itu memang mengharapkan wanita ini, dia mengejar-ngejar dan ‘menembak’ kata-kata cinta berkali-kali, tetapi ditolaknya. Heran, kenapa dia mau menerima ajakannya di saat seperti ini?! Apakah memang dia sudah takluk? padahal Si Wanita itu juga mengaji pada ustad yang sama dengan kami di kajian-kaijan umumnya. Ah, itu urusan mereka yang jelas bukan salah ustad kami. Karena ustad kami hanyalah menyampaikan, betapa banyak santri yang mengaji dan khusyu’ tetapi tuanya jadi tua bangka yang menyerang agama.
Aku lihat, ternyata memang temanku itu mengejar-ngejar Si Wanita itu untuk kesekian kalinya. Sedangkan seniorku cukup baik perannya untuk meredam gejolak temanku. Si Wanita pun juga tetap menunjukkan ketidak mauannya, dan teman seniorku mencoba untuk menenangkannya. Aneh, kenapa rasa sesak menyerak dada tatkala mereka mengobrol, yah syura’[5] masalah usaha, survey lapang, bahkan pernah kami memasak bareng. Yah, ternyata hijab yang dulu dijanjikan sangat longgar. Ikhltilath[6] pun tak bisa dihindari.
Sang wanita sering juga SMS kepadaku, mulai meminta pendapat masalah usaha hingga curhat masalah temanku yang berulang kali membuat ulah. Belum lagi Virus Fecebook, yang mana statusku dikomen dan di-like. Sekedar itu, tetapi sangat menyetrum hatiku. Sesak, yah sesak! inilah fitnah wanita itu? padahal Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tiada aku meninggalkan suatu fitnah sesudahku lebih berbahaya terhadap kaum pria daripada godaan wanita[7].” Godaan wanita adalah godaan yang berat, dan kini aku terjangkit virusnya lagi. Bagaimana ini? Subhanallah.
Lambat laun, temanku terus mengejarnya dan Si Wanita yang bertitel akhowat[8] ini juga banyak bercurhat kepadaku. Apakh ini hanya prasangkaanku? entahlah, yang penting aku pun merasa bahwa aku terkena VIRUS CINTA. Aku pun teringat, hal ini tiada solusi kecuali ‘Menikah’! Aku pun mendiskusikan hal ini kepada orang tuaku. Mereka setuju, akan tetapi syaratnya aku harus lulus kuliah.
Tatkala semester akhir dan usaha pun sudah bubar, aku langsung konsentrasi ke kuliahku. Kukejar skripsiku, aku tak peduli hasilnya yang penting lulus dan dapat kerja. Si Wanita itu juga aku dekati dan aku katakan, “Ukhti[9], akan ada kejutan buat antum.[10]” “Kejutan apa?” Kata wanita itu, “Tunggu saatnya. Insya Allah.” Aku pun berujar padanya dengan mantab. Kami pun tersenyum. Aduh, apalagi ini! apakah ini tindakan seorang yang telah berilmu? Entahlah, itulah godaan setan yang terkutuk.
Aku pun lulus. Alhamdulillah, tiada nikmat yang aku rasa lebih besar saat itu daripada kelulusan dan wisuda. Akan tetapi aku pun merasa gersang, tiada istri yang menemaniku. Ingin rasanya, tak apalah tetapi segala puji bagi Allah ada orang tua yang menghadiri undanganku. Sejuk rasanya.
Hand Phone-ku pun berdering saat di gedung wisudawan, SMS, “barakallahu lak untuk ilmunya Akh.[11]” SMS dari Si Wanita itu. Hatiku pun sejuk menyimak SMS itu, ingin rasanya tak kan kuhapus. Ingin rasanya segera melamarnya dan menikahinya, dia mengirimkan SMS selamat kepadaku dan hatiku pun berkembang. Inikah FITNAH? Allahu a’lam
Aku pun bertekad bulat, kudatangi Si Wanita itu untuk meminta persetujuannya. Kalau dia setuju, tinggal aku menghadap kepada orang tuanya. Aku sampaikan keinginanku untuk menikahinya, dan dia berkata, “Ana meminta waktu Akh.” “Berapa lama antum memikirkannya? Sebulan, cukup” Tanyaku. “Cukup. Insya Allah.” Jawabnya. Mengingat kami tinggal di Kota Pendidikan, sementara orang tuanya juragan rokok di desa. Orang terkaya di desanya yang jauh dari Kota kami tinggal saat kuliah. Perlu waktu untuk menghadap kepada orang tuanya dan mendiskusikannya. Dia pun belum lulus dari kuliahnya, tapi kenapa menunggu lulus bukankah nafkah dariku. Aku sudah bekerja. Walau gaji sedikit, insya Allah Dia akan membukakan rizki. Bukankah Allah yang membuka rizki orang-orang yang menikah untuk menjaga kehormatannya?
Sebulan belum berlalu, masih seminggu dan dia mengatakan, “Akh, ana punya ide. Gimana kalau anta carikan ikhwan yang siap nikah buat Mbak?” Kakaknya, sudah berumur 30 tahun belum menikah. Kuliah di Fakultas Kedokteran dan mengejar karir pendidikannya. Alasan yang cukup serius, aku pun berdiskusi dengan ayahku. “Insya Allah kamu bisa menikah dengannya, tetapi cukup lama sampai kakaknya nikah.” “Insya Allah aku akan bantu carikan Pak.” Ujarku mantab.
Aku pun berusaha mencarikan jodoh untuk kakaknya. Kerjasama antara aku dan Si Wanita itu pun cukup baik. Tetapi, beberapa orang saja yang ditolak oleh kakaknya, banyak! Masya Allah, laa quwwata ila billah. Sampai suatu waktu aku pun memintanya untuk kedua kalinya untuk menikah, dia pun menyatakan, “Afwan, tidak akh.” Aku pun menyampaikan beberapa alasan, untuk tetap mencarikannya tetapi tetap adalah penolakan. Apakah benar karena kakaknya?
Aku pun bertekad untuk langsung menemui orang tuanya. Aku anggap orang tuanyalah yang menghambatnya untuk menikah. “Ya Allah, aku hanya ingin menikah. Bukankah menikah itu sesuai dengan syariatMu? Bukankah menikah itu adalah sunnah RasulMu, dan hatiku telah terfitnah oleh Si Wanita itu. Dengan AsmaMu ya Allah, aku menuju kepada orang tuanya.” Akhirnya, aku pun mendatangi orang tuanya disertai oleh sahabatku dan juga orang yang sudah kuanggap saudari serta seorang putranya yang masih kecil.
Alhamdulillah, orang tuanya menyambut kami dengan baik. Orang tuanya pun juga sudah menerima kami. Hanya orang tuanya mengatakan, “Itu terserah puteri kami bagamana keputusannya. Kalau puteri kami menerima, kami siap untuk menyelenggarakan akadnya.” Berbunga rasanya dengan penerimaan ini, padahal tadinya dag-dig-dug di hati ini. “Ya Allah, segala puji hanya milikmu.” Akankah fitnah ini berakhir?
Aku pun melakukan perjalanan kembali ke kotaku. Tiba-tiba HP ku berdering, SMS, “Akh, bagaimanapun penolakan ana bukan karena orang tua ana. Lebih baik proses ini tidak perlu dilanjutkan. Syukron.” Innalillahi wa innailaihi roji’un, musibah setelah nikmat. Padahal saat itu aku sedang mengemudikan mobil. Mobil pun kupacu dengan kencang, aku berencana menuju kos dimana dia tinggal. Jaraknya masih 250 KM lagi. Kecepatan GILA yang pernah aku kemudikan, penumpangnya pun sampai muntah-muntah. “Wudhu ya akhi, wudhu ya akhi!” Teriak sorang ibu yang sudah aku jadikan sahabat. Putranya dan sahabatku juga tampak ketakutan, sadar akan hal itu bahwa marah adalah dari setan aku pun menepi ke masjid. Aku ambil wudhu, Alhamdulillah segarnya. Akhirnya, aku pun sampai pada kecepatan normal walau hati tampak galau.
Setelah sampai di kosannya dan menemuinya. Si Wanita itu tetap berkata, “Afwan, tidak ya akhi. Ada yang ana sukai” “Apakah antum sudah dilamar, ataukah sudah mengenalnya?” “Belum Akh, dia belum melamar dan dia belum tahu hati ana.” “Baik Ukh, antum memilih ayam di seberang lautan daripada telor di depan mata antum. Maka, rasakanlah apabila Allah tidak memberikan apapun pada antum. Dan ana sudah menyaksikan betapa stress orang yang seperti itu, ana tidak bertanggung jawab!” Marah, campur kecewa, campur baur dengan malu dan sebagainya. FITNAH, ujian yang sangat besar FITNAH WANITA, ya Allah Ya Robbul ‘alamin. Astaghfirullah. Semoga Allah membalasnya dengan balasan yang dahsyat.
Allahummaj’al sa’rona ‘alaman tholamana[12]
Allahummaj’al sa’rona ‘alaman tholamana
Allahummaj’al sa’rona ‘alaman tholamana
Allahummaj’al sa’rona ‘alaman tholamana, inilah doa yang pantas aku panjatkan kepada Allah untuknya. Bukan masalah penerimaan atau penolakannya, tetapi yang menjadi masalah adalah FITNAH yang telah dia sebarkan untuk kami.
Tahukah kamu hai Wanita, bahwa doa yang tidak ada hijab terdapat pada 3 golongan: (1) Pemimpin yang adil; (2) Orang tua kepada anaknya; dan (3) orang terdzalimi. Khusus untuk orang terdzalimi, Allah tidak pandang bulu. Apakah dia Mumin, Munafik ataukah Kafir dari kalangan Yahudi, Nasrani, atau Majusi dan yang lainnya. Bukankah kalau sudah terdzalimi orang itu berada di puncak kelemahan lalu mereka mengEsakanNya? Tidakkah kau lihat Surah Yunus: 22[13]? Allah memang tak menerima doa mereka tatkala mereka menyekutukanNya, tetapi tatkala mereka menyatukan hatinya karena ftrah yang muncul setelah terdesak, maka hati-hatilah Allah Maha Mengetahui dan Mengabulkan doa.
Itu orang kafir hai wanita, bilamana itu orang yang mengangkat tangannya pada Allah saja? Bangun pada 1/3 malam terakhirNya dan bermunajat untuk curhat tentang kedzalimanmu? DZALIM? yah, bukankah menyebarkan fitnah adalah suatu dosa yang mengandung kedzaliman. Kau telah menyebarkan fitnah besar terhadap hati seorang lelaki. Dan dia, dan dia berupaya untuk menikahimu untuk menjaga kehormatannya dan kehormatanmu. Menyucikan hatinya dan hatimu, kini kau tolak dia dengan alasan harta dunia. Bukankah fitnah terbesar yang paling ditakutkan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah fitnah/cobaan terhadap wanita. Dan dia ingin menikahimu untuk menyucikanmu, tetapi. Enyahlah sekarang, Allahummaj’al sa’rona ‘alaman tholamana
Allahummaj’al sa’rona ‘alaman tholamana
Allahummaj’al sa’rona ‘alaman tholamana
Allahummaj’al sa’rona ‘alaman tholamana
Ya Allah, kalau memang sekiranya dia adalah orang yang menolak laki-laki itu karena alasan dunia. Maka dekatkanlah dia kepada dunia sedekat-dekatnya, hingga dia tidak sadar karena mabuk akan dunia. Jadikan fitnah adalah pisau untuknya, sebagaimana dia menghujamkan pisau fitnah kepada hati para lelaki yang ditemuinya. Dan tiada seorang mukminah yang lebih kami benci, daripadanya.
Mukminah, yah kami katakan mukminah karena saat ini dia sedang menjaga hijabnya, sedang pula mengaji pada beberapa ustad. Tetapi di samping itu, dia tidak sadar bahwa dia mengejar impian-impian dunia, dengan mengorbankan dirinya dan kehormatannya dia mengejar impian dunianya. Ya Allah, kalau memang dia menolak laki-laki itu karena urusan dunia, maka dekatkanlah dunia padanya hingga dia tidak menyadarinya karena mabuk dunia.
Allahummaj’al sa’rona ‘alaman tholamana
Allahummaj’al sa’rona ‘alaman tholamana
Allahummaj’al sa’rona ‘alaman tholamana
Memang dia adalah sebongkah berlian, tapi entah unsur apa yang dapat menyebabkannya berkarat. Karat yang fatal yang dapat menghancurkannya, entahlah ada apa gerangan. Hanya Allah Yang Maha Tahu. Alhamdulillah, hamdan katsiro mubarokan fih.

Malang, 27 Shafar 1434 / 9 Januari 2012
@nd



[1] Al-An’am: 32
[2] HR. Ahmad
[3] Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Perempuan itu dinikahi karena empat hal, yaitu: harta, keturunan, kecantikan, dan agamanya. Dapatkanlah wanita yang taat beragama, engkau akan berbahagia." (H.R Bukhari & Muslim).

[4] Al-Qur’an, Surah Ali-Imran: 18
[5] musyaarah
[6] Campur baur antara laki-laki dan wanita
[7]  H.R Bukhari & Muslim.
[8] Wanita mukminah, yang menjaga hijabnya. Julukan ini hanyalah ada di Indonesia. Padahal makna sebenarnya dari Bahasa Arab yang artinya, ‘saudara perempuan.’
[9] Panggilan untuk seorang wanita mukminah di Indonesia
[10] Kata-kata Antum adalah untuk penghormatan kepadanya. Bahasa Arab yang asli adalah ‘anti’ untuk panggilan tunggal wanita, akan tetapi karena sebuah penghormatan dijamakkan  yaitu ‘antum’
[11] Semoga Allah memberikan keberkahan.
[12] Ya Allah, balaslah orang yang telah mendzalimiku
[13] Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar) di lautan. Sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata. (Mereka berkata): "Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur".
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami

1 komentar:

ARNANDA AJI SAPUTRA mengatakan...

Allaummaj'al sa'rona 'ala man tholamana :)

Posting Komentar

Silahkan Berdiskusi...Tangan Kami Terbuka Insya Allah