FITNAH DAN KHIANAT
Dia pun memanggilku, “Akhi, kapan kita
membuat acara itu?” “Secepatnya!” Jawabku. Aku dan dia memang akrab, sayangnya
aku laki-laki dia wanita. Keakraban itu terjalin karena adanya kebutuhan
komunikasi dalam satu organisasi dan dalam satu event tertentu. Kini, event itu
sangatlah aneh keakraban lebih rekat terjadi.
“Hari apa acara untuk adik-adik asuh
kita? Ahad kan? atau Sabtu?” Itulah cecaran pertanyaan Kartika saat dia menjadi
Penanggung Jawab bidang acara pada sebuah outbond yang akan digelar untuk
membina adik-adik asuh kami. “Kalau bisa liburan Yaa Ukhti.” Jawabku. Sapaan
Akhi bagi laki-laki dan Ukhti bagi wanita tampak akrab di telinga para thalib
al-‘ilm. Tapi keakraban itu tak seakrab kami dengan ilmu yang kami pelajari.
Bahwa Al-Qur’an dan Sunnah jelas-jelas melarang kami untuk saling berdekatan
antara nonmahram.
“Baiklah, ana akan pesan bambu-bambu
untuk kebutuhan kegiatan kita. Oya, rumbainya juga kan Ukh?” Tanyaku. “Iya, segera ya?” Jawab
Kartika. Segera saja aku meluncur ke tempat yang sangat teduh, banyak pepohonan
yang rindang dengan bambu di sela-selanya. Ah, tempat apa ini menyejukkan
sekali? Sesekali ada penjual bambu lengkap dengan bambu hias dan juga rumbai-rumbai serta pernak-pernik lain yang indah. Si Penjual Bambu heran melihat aku yang terus melongo, kemudian dengan lembut dan tenang dia pun berujar
“Mau beli apa Dik?” Tanya penjual itu.
“Mau beli bambu dan segala
kebutuhannya Pak, mau sewa tempat juga buat outbond bisa?”
“Ah, ya. Untuk hari apa?”
“Hari Ahad Pak. Bagaimana?”
“Iya bisa Dik.”
Akhirnya
tawar menawarpun terjadi kemudian terjadilah kesepakatan harga bambu. Akan tetapi
untuk ketetapan sewa tempat outbond pun masih belum deal, karena ternyata
panitia masih perlu mematangkan lagi acara yang mereka desain agar menarik dan bermanfaat.
“Pak,
keputusannya Hari Kamis deh. Tapi deal ya harganya?”
“Iya deh Dik,
saya tunggu kabarnya.”
Aku pun langsung meluncur ke rumah
Kartika untuk melaporkan kondisi terkini dan acara yang kami rancang.
Siang hari yang mendung, seakan hujan
akan segera menjatuhi bumi dengan kesegarannya. Aku pun melihat mendung
bergelayut akan tetapi aku harus berkoordinasi dengan Kartika. Aku ketua
programnya, dan dia adalah penanggung jawab acara. Sebenarnya ada rasa sesak
dalam hatiku, pembenaran akan hadits Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam
dan larangan beliau untuk hati-hati terhadap wanita. Tiada fitnah yang paling
besar yang beliau khawatirkan kecuali fitnah wanita[1]. Tapi bagaimana lagi, dengan
dalih amanah yang kami emban kami pun harus melakukan kontak komunikasi. Anehnya,
Kartika tak ada perasaan apapun dan tetap dingin. Aku pun bertanya, apakah ini
hanya berlaku bagi laki-laki terhadap wanita saja atau bagaimana?
Aku ketok pintu rumahnya. Sepi,
biasanya ada kakak perempuannya atau saudaranya atau orang tuanya. Kini sepi, mungkin
sibuk. “Masuk” terdengar suara dari dalam, aku pun ragu untuk masuk rumahnya. “Gak papa?” tanyaku. “Gak
papa.”
Kami pun mengobrol tentang masalah
perencanaan acara itu. Aku pun bergumam, “Aku harus mengatakan sesuatu untuk
melindungi diriku dari murka Allah.” Memang hal ini adalah kesempatan emas
untuk berbuat tidak baik, tetapi tetap hal ini harus aku katakan sebagai
seorang yang memahami tentang ilmu yang benar.
“Antum sendiri?”
“Iya” jawabnya
“Ukhti, ana mau mengatakan hal yang
penting!”
“Apa itu? dia pun mendekat dan aku pun
juga semakin mendekat. Keakraban tampak sekali pada kami berdua. Aneh, kenapa
dia bertambah berbahaya begini?
“Ukhti tahukan, bagaimana fitnah yang
berbahaya dalam Islam?”
“Yah tahulah Akh.”
“Begini Ukh, fitnah dalam Islam itu
sangat berbahaya. Sebuah kedzaliman besar apabila seseorang wanita itu
memfitnah saudaranya. Bukankah fitnah yang besar itu wanita terhadap laki-laki?”
“Iya, tetapi kan ini memang ada
keperluannya?” Jawabnya enteng.
“Benar, ana tidak membahas hal ini
dulu. Ana membahas umum aja deh. Antum tahu, laki-laki yang terfitnah oleh
wanita itu dadanya sesak dan sangat berat. Maka fitnah itu harus dihilangkan.
Benar?”
“Iya.”
“Antum tahu Ukh, bahwa fitnah itu sangat
menyakitkan dan itu suatu kedzaliman yang besar. Jangan sampai laki-laki berdoa
kepada Allah dengan mengangkat tangannya, ‘Allahummaj’al sa’rona ‘ala man
tholamana’[2]
Tahu artinya?...”
Dia menggeleng, aku pun diam sejenak.
Aku sering menuliskan kalimat ini di Facebook yang kutujukan kepada seseorang
yang menyebalkan yang pernah berkhianat kepadaku, padahal dahulu dia telah
memfitnahku.
“Artinya, jangan sampai Allah
menurunkan murkaNya kepada orang yang telah mendzalimi dia yang berdoa. Lalu
dengan diri kita, bagaimana dengan kita?”
“Apa maksudnya Akh?” Dia bertanya
“Bagaimana untuk menghentikan fitnah
di antara kita?” Tanyaku
“Dengan menundukkan pandangan dan
menjaga pergaulan.” Katanya
“Itu pencegahan, tapi kalau sudah
fitnah itu benar-benar terjadi? Tiada lain Ukh, kita harus menikah! Bagaimana
kalau ana menikahi antum? Kita sudah saling dekat tapi bukan mahram.”
Kartika pun kaget, melotot lalu
mundur. Dia pun langsung mencercaku dengan kata-kata genit tapi penuh
penghinaan. “Apa? nikah? gak salah antum? NDAK!” Itulah yang dia ucapkan
kemudian pergi begitu saja meninggalkanku.
Aku pun terbangun, alarm menunjukkan
waktu sudah mulai beranjak siang. Subhanallah, laa quwwata ila billah, itu tadi
hanya mimpi. Alhamdulillah, andai itu terjadi pada orang yang demikian pada
alam dan dunia nyata. Maka sungguh perempuan itu telah merugi. Allahummaj’al sa’rona
‘ala man tholamana.
Cerpen
ditulis hari Selasa, tanggal 10 Rabi’ul Awwal 1434 / 22 Januari 2013
@nd.
[1]
Rujukan pada Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari&Muslim. Rasulullah
bersabda, “Tiada aku
meninggalkan suatu fitnah sesudahku lebih berbahaya terhadap kaum pria daripada
godaan wanita.”
[2] “...Wahai
Allah, jadikanlah pembalasan terhadap siapa yang telah mendzalimiku.” (Potongan
doa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi
dengan sanad Sahih).
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Berdiskusi...Tangan Kami Terbuka Insya Allah