KAJIAN ISLAM DAN KARYA PENA

KAJIAN ISLAM YANG MEMUAT HAL-HAL BERKAITAN TENTANG PENGETAHUAN ISLAM BAIK SADURAN ATAU KARYA ASLI. BAIK HAL AKIDAH, MUAMALAT, FIKIH ATAUPUN TASKIYATUN NUFS (PENYUCIAN HATI)

JUGA KARYA PENA UMUM BERUPA PUISI CERPEN DAN KARANGAN ATAU ILMU PENGETAHUAN UMUM DAN PENELITIAN ILMIAH

Jumat, 02 November 2012

LAPANGKANLAH DADAMU



LAPANGKANLAH DADAMU UNTUK MENERIMA PAHITNYA HIDUP

Segala puji hanya bagi Allah Yang Maha Bijaksana, tiada yang sia-sia dalam semua ciptaannya walau itu sehina dunia sekalipun. Semoga Shalawat serta salam tetap tercurah kepada Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang telah menerangkan banyak hikmah dari Allah sehingga kita dapat selamat dari hinanya dunia dan mengambil banyak pelajaran dari setiap jengkal kehidupan. Semoga shalawat juga tetap tercurah kepada para keluarga dan sahabat Beliau radhiyallahu ‘anhum serta ummatnya yang tetap setia mengikuti sunnahnya hingga akhir zamman. Amma ba’d.

Dunia ibarat tanah ujian bagi manusia, di dalamnya terdapat tipuan dan jebakan. Keindahannya hanya kesemuan dan manisnya hanyalah sementara. Di sisi Allah, dunia adalah hina. Bagi orang-orang mu’min, dunia adalah pahit. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Demi Allah, bukanlah kemelaratan yang aku takuti bila menimpa kalian, tetapi yang kutakuti adalah bila dilapangkannya dunia bagimu sebagaimana pernah dilapangkan (dimudahkan) bagi orang-orang yang sebelum kalian, lalu kalian saling berlomba sebagaimana mereka berlomba, lalu kalian dibinasakan olehnya sebagaimana mereka dibinasakan.(HR. Ahmad).

Banyak ahli hikmah mencoba menceritakan tentang bagaimana hakekat dunia dan kepahitannya. Hal ini merupakan upaya untuk menentang orang-orang ahli dunia yang merasakan betapa manisnya dunia dan seisinya hingga mereka tertipu dan terjebak oleh dunia. Maka banyak kisah-kisah hikmah yang dibuat untuk memberikan hidangan lezat bagi manusia, hidangan lezat itu adalah berupa nasehat. Inilah salah satu nasehat yang akan kami kisahkan dan diambil dari kisah inspiratif yang dikirimkan melalui fia e-mail kami:  

Pada suatu hari seorang tua bijak didatangi seorang pemuda yang sedang dirundung masalah. Tanpa membuang waktu pemuda itu langsung menceritakan semua masalahnya. Pak tua bijak hanya mendengarkan dengan seksama, lalu ia mengambil segenggam serbuk pahit dan meminta anak  muda itu untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya serbuk pahit itu ke dalam gelas, lalu diaduknya perlahan, “Coba minum ini dan katakan bagaimana rasanya!“, ujar pak tua “Pahit, pahit sekali!“, jawab pemuda itu sambil meludah ke samping, Pak tua itu tersenyum, lalu mengajak tamunya ini untuk berjalan ke tepi telaga belakang rumahnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan dan akhirnya sampai ke tepi telaga yang tenang itu. Sesampai disana, Pak tua itu kembali menaburkan serbuk pahit ke telaga itu, dan dengan sepotong kayu ia mengaduknya. “Coba ambil air dari telaga ini dan minumlah!” Saat si pemuda mereguk air itu, Pak tua kembali bertanya lagi kepadanya, “Bagaimana rasanya?” “Segar”, sahut si pemuda. “Apakah kamu merasakan pahit di dalam air itu?” tanya pak tua “Tidak.” sahut pemuda itu. Pak tua tertawa terbahak-bahak sambil berkata: “Anak muda, dengarkan baik- baik. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam serbuk pahit ini, tak lebih tak kurang. Jumlah dan rasa pahitnyapun sama dan memang akan tetap sama. Tetapi kepahitan yang kita rasakan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkannya. Jadi saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu yg kamu dapat lakukan; Lapangkanlah dadamu menerima semuanya itu, luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu”. Pak tua itu lalu kembali menasehatkan: “Hatimu adalah wadah itu; Perasaanmu adalah tempat itu; Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi jangan jadikan hatimu seperti gelas, buatlah laksana telaga yg mampu menampung setiap kepahitan itu, dan merubahnya menjadi kesegaran dan kedamaian. Karena Hidup adalah sebuah pilihan, mampukah kita jalani kehidupan dengan baik sampai ajal kita menjelang? Belajar bersabar menerima kenyataan adalah yang terbaik”

Semoga bermanfaat,  Allahu a’lam bish shawwab

Malang, 27 Oktober 2012.

nB: Artikel ini diambil dan disimpan pada tanggal 15 Januari 2011
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Berdiskusi...Tangan Kami Terbuka Insya Allah