KAJIAN ISLAM DAN KARYA PENA

KAJIAN ISLAM YANG MEMUAT HAL-HAL BERKAITAN TENTANG PENGETAHUAN ISLAM BAIK SADURAN ATAU KARYA ASLI. BAIK HAL AKIDAH, MUAMALAT, FIKIH ATAUPUN TASKIYATUN NUFS (PENYUCIAN HATI)

JUGA KARYA PENA UMUM BERUPA PUISI CERPEN DAN KARANGAN ATAU ILMU PENGETAHUAN UMUM DAN PENELITIAN ILMIAH

Selasa, 09 Oktober 2012

TIADA YANG LEBIH SIBUK DARI-NYA


 TAFSIR SURAT AR-RAHMAN AYAT 29 & 30
(TIADA YANG LEBIH SIBUK DARI-NYA)

Rangkuman Kajian Ba’d Maghrib di Masjid Abu Dzar Al-Ghifari
Hari Rabu, Tertanggal 8 Rabi’uts Tsaniyah 1433 / 21 Maret 2012
oleh: Ust. Abdullah Shaleh al-Hadhromi


A.      Mukadimah
Kajian tafsir Al-Qur’an merupakan suatu kajian yang sangat penting untuk kita pelajari. Tiada ulama yang berselisih pendapat tentang hal ini, ulama manapun itu. Mengkaji Al-Qur’an melingkupi seluruhnya, baik cara membaca yang benar (dengan memahami tahsin, tahfidz/perbaikan hafalan Al-Qur’an dan hafalan Al-Qur’an itu sendiri), lalu bahasa dalam Al-Qur’an/tatanannya sebagaimana nahwu dan shorofnya. Serta tidak kalah pentingnya adalah kajian tafsir ini sendiri.
Hukum mempelajari tafsir itu sendiri adalah wajib yang dimana setiap orang harus berusaha mempelajari tafsir Al-Qur’an. Karena inilah sesuai dengan tujuan Allah Ta’ala menurunkan Al-Qur’an, yaitu untuk ditadzabburi/dipelajari makna dan semua terkait apa yang terkandung di dalamnya. Kalau buku umum saja perlu penjelasan, apalagi Firman Allah Ta’ala.
Tafsir Al-Qur’an yang diperintahkan untuk dikaji dan dipelajari adalah metode penafsiran dari para Ulama Shalih terdahulu (yaitu Para Sahabat Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam, Tabi’in dan Tabi’ut tabi’in rahimahumullahu ajma’in, serta para ulama yang mengikuti manhaj mereka). Hal ini sangat perlu dilakukan dan selektif memilih buku tafsir (paling kredibel adalah Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir As-Sa’di, dan Tafsir Ath-Thabari), karena banyak orang dapat menyatakan sesuatu tentang Al-Qur’an dan ayat-ayatnya sesuai lisan-lisan mereka akan tetapi hanya orang-orang yang berilmu saja yang menafsirkan sesuai dengan maksud Allah Ta’ala. Ada orang-orang yang menafsirkan dengan benar, ada pula menafsirkan dengan menyimpang maka itulah Al-Qur’an termasuk salah satu ujian dari Allah Ta’ala.

B.      Ayat 29
Allah Ta’ala berfirman, (artinya) “Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepadaNya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan. Maka nikmat Rabb-mu yang manakah yang kamu dustakan?
Dalam Tafsir Al-Muyassar diterbitkan oleh Musama’ Malik Fahd (percetakan Al-Qur’an dari Madinah) yang dikerjakan oleh para ulama pakar tafsir dengan dikepalai oleh Dr. Abdullah ibn Abdul Muhsin At-Thursiy yang menyatakan, “Siapa saja yang ada di langit dan bumi semua minta kepada Allah tentang hajat-hajat mereka, tidada yang cukup dari Allah Ta’ala. Setiap hari Allah Ta’ala selalu dalam kesibukan, yaitu memuliakan, menghinakan, memberi dan juga menahannya.”
Imam Ath-Thabari (Muhammad ibn Jarier Abu Ja’far Ath-Thabariy rahimahullah Ta’ala) menyatakan (w 310H), “Meminta keapda Allah siapa saja yang ada di langit dan bumi adalah, semua yang ada di langit dan bumi mulai Malaikat, Manusia, Jin dan apa yang ada di antaranya semua memintanya adalah kepada Allah Ta’ala. Tiada satu pun dari mereka yang merasa cukup dari Tuhan, dan Tuhan kita adalah Allah Ta’ala.” Kemudian beliau (Ath-Thabari) menukil pernyataan para ulama-ulama shalih terdahulu (Salaf Ash-Shalih) di antaranya beliau menyebutkan suatu riwayat dengan persanadan panjang hingga Qothadah, yaitu pakar tafsir dari kalangan Tabi’in rahimahullah Ta’ala, “Semua penduduk langit dan penduduk bumi, tiada satupun yang merasa cukup dari Allah dan tiada sauatu pun yang tidak membutuhkanNya. Hal ini karena Ia Ta’ala menghidupkan orang yang hidup, mematikan orang yang (saatnya) mati, dan Allah pula yang mentarbiyah (mendidik dan membina) anak kecil hingga besar (dengan kekuasaan dan ketetapanNya), dan Allah-lah yang merendahkan orang-orang besar, tempat permintaan hajat orang-orang shalih, puncak pengaduan orang-orang shalih, dan Ia adalah puncak teriakan orang-orang yang baik.” Karena Allah Maha Kuat, maka kita bergantung padaNya agar kita pun menjadi kuat.
Beliau (Ath-Thabari) menukil tafsir dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu (sahabat pakar tafsir dan keponakan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassallam, “Semua yang di langit dan bumi meminta rizki kepada Allah Ta’ala dan tiap hari Allah dalam kesibukan seperti itu.” Imam Ath-Thabari sendiri menyatakan, “Dia setiap hari selalu dalam kesibukan mengurusi makhlukNya. Menghilangkan kegalauan orang yang galau, mengangkat derajad suatu kaum, dan merendahkan kaum yang lainnya serta lain-lain dari pada itu urusan makhlukNya.”
Dari Hubaid ibn Umair rahimahullah Ta’ala (dalam Ath-Thabari), “Setiap hari Allah dalam kesibukan, yaitu mengabulkan doa orang yang berdoa, memberikan orang yang meminta, membebaskan tawanan dan menyembuhkan orang yang sakit.” Hal ini berdasarkan empat tahapan penulisan takdir (aqidah ahlussunnah wal jama’ah), yaitu: Takdir Azzali (50 ribu tahun sebelum langit dan bumi diciptakan), Takdir ‘Umri (yaitu semumur sekali ketika janin di perut ibu dalam 120 hari), Takdir Auli (yaitu setahun sekali tatkala manusia hidup, pada waktu Laila al-Qadar), Takdir Yaumi (yaitu takdir harian).
Mujahid rahimahullah Ta’ala mengatakan (artinya), “Setiap hari Allah mengabulkan orang yang berdoa, menghilangkan kegalauan orang yang galau dan mengabulkan doa orang yang tarjepit keadaannya.” Saat orang yang benar-benar putus asa kepada makhluk, mereka berdoa dengan ikhlas kepada Allah dan Allah pun mengabulkannya walau ia orang kafir sebagiamana dinyatakan Allah Ta’ala dalam surat Al-Ankabut: 65, “Maka apabila mereka naik kapal mereka mendoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah).”
Ath-Thabari membawakan riwayat dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu tentang Lauh al-Mahfudz yang Allah menciptakannya dari Permata berwarna putih, sampulnya dari Yakut berwarna merah, pena untuk menulis adalah Cahaya begitupula tulisannya. Besarnya sebesar antara Langit dan Bumi. Setiap hari Allah Ta’ala melihat Lauh al-Mahfudz sebanyak 360 kali. Setiap kali Ia memandang kepadanya, Allah Ta’ala menciptakan satu ciptaan yaitu menghidupkan dan mematikan; memuliakan dan merendahkan dan Ia melakukan apa yang Ia kehendaki.

C.      Ayat 30
Allah berfirman (yang artinya), “Maka nikmat Rabb-mu yang manakah yang kamu dustakan?
Ath-Thabari menyatakan, “(maksud) Allah berfirman, ‘Maka nikmat Tuhan yang manakah Hai Manusia dan Jin yang kamu dustakan? Tuhan yang telah memberikan nikmat kepadamu dan mengaturmu demi maslahat kalian?’”
Al-Hafidz Ibn Katsir rahimahullah Ta’ala menyatakan, “Ini adalah pemberitahuan dari Allah bahwa Allah Ta’ala cukup dan Maha Kaya dari yang lainnya, justru semua makhluk yang butuh kepadaNya setiap saat. Bahwa setiap makhluk juga meminta kepadanya, walau mulut tidak meminta akan tetapi hatinya terus condong dan meminta padaNya.”
Syaikh Abdurrahman ibn Nasir as-Sa’di rahimahullah Ta’ala dalam Tafsirnya Aisirul Karimi ar-Rahman fi Tafsiri Kalami al-Mannaan (Tafsir As-Sa’di) menyatakan, “Allah Ta’ala itu Maha Kaya dari semua makhlukNya dan Maha Luas kedermawananNya dan kelapanganNya. Semua makhluk membutuhkanNya, semua meminta hajat mereka kepadaNya baik lisan maupun perbuatan. Tiada satupun makhluk yang merasa cukup dari Allah Ta’ala sekejap mata pun bahkan kurang dari itu. Dan Dia Ta’ala setiap hari dalam kehidupan, menjadikan orang fakir itu kaya.” Pada hakekatnya orang kaya adalah orang yang dapat menundukkan hartanya untuk kemaslahatan ummat, dan sebaliknya orang miskin adalah orang yang ditundukkan hartanya hingga dia takluk saat menghadapi hari kematian.
As-Sa’di menyatakan kembali, “Allah Ta’ala menyatukan segala yang tercerai berai, ada kalanya Allah memberi pada suatu kaum dan yang lainnya tidak diberi sesuai kemaslahatannya, Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan, dia yang menjatuhkan dan mengangkat. Satu kesibukan tidak menyibukanNya dari kesibukan yang lain (tidak kerepotan), banyaknya permintaan tidak membuat Ia Ta’ala keliru dalam memberikan permintaan mereka. Allah Ta’ala tidak pernah marah bila ada makhluk yang meminta dengan sangat (ngotot memintanya). Maka, Maha Suci Al-Karim (Maha Lapang), Al-Wahaab (Maha Memberi) yang pemberianNya itu umum menimpa kepada semua penduduk Langit dan Bumi. Begitupula orang kafir yang durhaka kepada Allah Ta’ala. Demikian pula kelembutanNya kepada setiap makhluk setiap saat. Maha Suci Allah Yang Tidak Menghalangi pemberianNya karena kemaksiatan orang yang bermaksiat. Begitupula orang-orang miskin yang sombong yang tak pernah meminta kepada Allah, tidak kenal Allah dan kemurahanNya namun Allah Ta’ala tetap memberi mereka rizki dan kebaikan. Kesibukan yang dikabarkan Allah Ta’ala ini adalah takdirNya yang dikehendakiNya sejak zaman ‘Azzali hingga zaman setelah Kiamat nanti. Maka nikmat manakah yang kalian dustakan Hai manusia dan Jin?”
Dari Tahfir Al-Bitho’I (Dari Bitho’I rahimahullah Ta’ala), “Setiap hari Allah Ta’ala dalam kesibukan dan hal ini merupakan bantahan terhadap Yahudi (semoga Allah melaknati mereka) yang menyatakan tentang ayat, “Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan.” (Qaf: 38) (tentunya Surat ini juga tertera dalam Taurat dan Injil, karena Yahudi menyatakan hal ini sebelum Al-Qur’an diturunkan, maka tatkala Al-Qur’an turun Allah pun menerangkan melalui Ummat Muhammad Shalallu ‘alaihi wasallam), yaitu Bahwa Allah menciptakan langit dan bumi serta antara keduanya selama 6 (enam) hari yang dimulai hari Ahad hingga Jum’at dan hari Sabtu Allah letih lalu beristirahat (Lihat Kitab Bibble perjanjian Lama pasal 1 ayat 1), maka hari Sabtu dijadikan hari raya oleh orang Yahudi. Maka, Allah menyesatkan mereka dengan mengabulkan permintaan mereka untuk meliburkan mereka pada hari itu, dan menyesatkan Nasrani untuk menjadikan hari raya bagi mereka. Dan, memberi petunjuk kepada Umat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menjadikan hari Jum’at sebagai hari raya kita.” Allahu a’lam bish shawwab.

@nd

Untuk mendengarkan rekaman langsung dari Ust. Abdullah Shalih al-Hadhrami, silahkan klik
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Berdiskusi...Tangan Kami Terbuka Insya Allah