UNIKNYA CINTA DAN TABIR DI BALIKNYA
Judul Asli : Raudhah
al-Muhibbin wa Nuzhah al-Musytaqin
Terjemahan : Taman
Orang-orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu
Penulis : Ibnul
Qayyim al-Jauziyyah
Penerjemah : Kathur
Suhardi
Penerbit : Darul Falah – Bekasi
Tebal Halaman : xxii + 453 halaman
Harga : Rp 48.000/buku
Harga : Rp 48.000/buku
PEMBELIAN DAN PEMESANAN GROSIR SILAHKAN CLICK:
http://swaranda.blogspot.com/p/blog-page.html
Cinta, merupakan hal yang tidak pernah habis untuk dibahas. Begitupula
cinta merupakan pembahasan yang tidak pernah bosan untuk dibicarakan. Mulai
orang awam hingga berilmu atu siapapun dia yang berakal dan
telah memahami tentang cinta, pasti ingin terus membicarakannya. Sebagaimana
orang yang kehausan ingin minum dari segelas air yang menyejukkannya. Cinta
merupakan sebuah kata-kata yang menyimpan ribuan makna dan jutaan rahasia. Tidak
mudah dalam mengartikannya akan tetapi tidak jarang tampak sangat nyata di
dalam interaksi kehidupan kita.
Boleh jadi cinta itu bagai air yang menyejukkan kehidupan manusia, akan
tetapi boleh jadi pula cinta itu merupakan racun yang membunuh dirinya. Cinta
tidak mengenal siapa dia, baik laki-laki ataupun perempuan, orang berilmu
ataupun orang awam, anak muda maupun orang tua melainkan ia selalu berada di
sampingnya. Cinta itu menari-nari terus di hatinya dan memautkan antara dia
dengan apa yang disukainya. Tidak ada yang dapat mencegahnya, dan tidak ada pula
yang dapat mendorongnya melainkan kekuasaan Allah ‘Azza wa Jalla atas
dirinya dan kekuasanNya terhadap hamba-hambaNya. Akan tetapi bukan berarti
manusia itu tunduk tanpa daya, Allah Ta’ala juga memberinya pilihan dan
ikhtiar atas apa yang dikehendaki oleh mereka walaupun keputusan akhir ada di
tanganNya.
Cinta oh cinta, ada kenangan buruk dan ada kenangan baik di dalam
kehidupan manusia. Berjuta-juta rahasia terpendam dalam hati manusia. Akan
tetapi tanpa cinta tidak pernah ada kehidupan di alam semesta. Hingga cinta
merupakan sebuah unsur terpenting yang menyelamatkan manusia, akan tetapi di
sisi lain dia juga mencelakakan mereka. Para ulama menyebutkan, syarat untuk
dapat selamat dalam terbang menuju Allah Ta’ala ada tiga komponen yang
harus dimiliki oleh seorang manusia, yaitu: (1) Al-Khauf (takut); (2) Ar-Roja’
(berharap); dan (3) Al-Mahabbah (cinta). Al-Kauf dan Ar-Roja’
bagai kedua sayap yang tidak dapat dipisahkan untuk terbang, sedangkan Al-Mahabbah
(cinta) merupakan kepala yang tanpanya kedua sayap itu tidak berfungsi sama
sekali hingga tubuhnya pun tak dapat melakukan aktivitas sedikitpun, jangankan terbang
menggerakkan sayap saja tidak akan mungkin dapat ia lakukan.
Bagaimanakah cinta yang menyelamatkan dan bagaimana yang mencelakakan?
Di sinilah rahmat Allah Ta’ala diturunkan kepada Ibnul Qayyim
al-Jauziyyah rahimahullah Ta’ala. Beliau merupakan dokter hati dan pakar
dalam mengobati penyakit hati. Maka beliau pun menuliskan tentang minuman yang
apabila diteguk orang yang tepat dapat menyelamatkan, namun apabila salah resep
maka minuman itu berubah menjadi racun yang mematikan, dialah ‘CINTA’. Begitu
indah dan uniknya cinta, hingga Ibnul Qayyim menyusun buku yang sangat indah
tentangnya. Beliau memberinya judul, “TAMAN ORANG-ORANG JATUH CINTA DAN
MEMENDAM RINDU”.
Judul asli yang beliau tulis adalah “Raudhah al-Muhibbin wa Nuzhah
al-Musytaqin”, kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa
Indonesia dengan susunan yang cermat serta meminimalisir perubahan makna dan
kaidah bahasa antara Bahasa Arab dengan Bahasa Indonesia. Buku yang cukup tebal
ini tidak membosankan apabila dibaca, karena di dalamnya terdapat beberapa komponen
yang penting dalam memahami dan memberikan makna tentang cinta dan kehidupan
manusia. Selain itu disertai pula dengan kisah-kisah orang-orang yang shalih
terdahulu dalam memaknai dan meneguk cinta. Bukan saja dari kalangan para ulama
jaman imam yang empat dan setelahnya, akan tetapi dirujuk pula dari kalangan
para Tabi’in dan juga kisah para sahabat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wassalam.
Buku ini tersusun rapi dan sistematis, sehingga memudahkan pembaca dalam
memahami bagian per bagian. Sistematika penulisan yang rapi dapat dirasakan
dari indahnya pembahasan pada tiap bab yang ada. Ibnul Qayyim rahimahullah Ta’ala
menyusun pembahasan mengenai cinta dan keunikannya dalam 29 bab. Pembahasan
secar utuh yang disusun dalam bab per bab membuat pembaca memahami arti makna
cinta, keunikan-keunikan cinta dan kisahnya serta tabir yang ada di dalamnya.
Bukan hanya itu, akan tetapi pembaca juga memahami manakah cinta yang diridhoi
Allah dan manakan cinta yang terlarang. Buku ini juga menggambarkan bagaimana
reaksi cinta pada diri para ulama, para tabi’in dan tabi’iyah serta para
sahabat dan sahabiyyah. Adapun bab itu adalah:
1. Istilah-istilah cinta
2. Penggunaan istilah cinta (dalam Bahasa Arab) dan makna masing-masing
3. Kaitan antara istilah-istilah cinta
4. Penciptaan alam atas dan bawah karena adanya cinta
5. Motif dan pendorong cinta
6. Hukum-hukum pandangan mata dan dampak terhadap pelakunya
7. Dialog antara hati dan cinta
8. Syubhat (keterangan
menyimpang) yang dijadikan alasan orang-orang yang membolehkan memandang sesuatu
yang haram.
9. Tanggapan dan
Jawaban (atas poin nomor 8)
10. Hakikat cinta
buta, sifat-sifatnya dan pendapat manusia
11. Apakah cinta
buta itu tumbuh karena inisiatif atau ketetapan takdir
12.Mabuk Asmara
13. Kenikmatan
bergantung kepada cinta
14. Para pemuja
cinta
15. Golongan yang
mencela cinta
16. Keputusan hukum
di antara dua golongan itu dan menuntaskan perbedaan di antara keduanya
17. Anjuran memilih
hal-hal yang baik untuk mencapai apa yang dicintai Allah dan RasulNya
18. Obat
orang-orang yang dimabuk cinta, serta hubungan yang diperbolehkan Allah Ta’ala
19. Keutamaan keindahan
dan kecenderungan jiwa yang menyenangi keindahan
20. Tanda-tanda
cinta
21. Cinta menuntut
penunggalan kekasih tanpa memadunya dengan yang lain
22. Kecemburuan
orang yang jatuh cinta kepada kekasihnya
23.Kesucian
orang-orang dimabuk cinta tatkala bersanding dengan kekasih hati
24. Melanggar jalan
yang diharamkan dan kerusakan yang diakibatkannya
25. Kasih sayang
orang-orang yang jatuh cinta dan syafa’at bagi sang kekasih
26. Meninggalkan
sesuatu yang dicintai karena hukumnya haram dan menggantinya dengan yang halal.
27. Orang yang
meninggalkan kekasih yang diharamkan baginya, lalu diganti Allah dengan yang
lebih baik lagi
28. Orang yang
lebih mementingkan siksa dan penderitaan dunia daripada hubungan yang
diharamkan
29. Celaan terhadap
nafsu.
Buku ini penuh ketawadhu’an (kerendahan hati) penulisnya dan
keutamaan penulis yang terpancar dalam sastranya. Beliau merupakan ulama yang
tinggi ilmunya serta wara’ (pengutamaan atas akhirat) nya. Siapa yang
tidak tertarik membacanya padahal dia mukallaf dan dia merupakan orang yang
memahami tulisan, maka hendaknya lebih mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala
dan memohon petunjukNya.
Walaupun demikian buku ini bukanlah Al-Qur’an yang mutlak kebenarannya. Ada
beberapa sisi yang mungkin pembaca memiliki persepsi yang lain. Hanya saja,
buku ini merupakan penulisan ilmiah yang didasarkan atas Al-Qur’an dan Sunnah
Nabi Muhammad Shalallahu ‘alahi wassalam dan bukan atas akal semata
sebagaimana kitab-kitab orang mu’tazillah (Islam Liberal) dalam memaknai
tentang cinta dan hakekatnya. Bukan pula didasarkan oleh hawa nafsu semata
hingga ia berlebihan dalam memaknai cinta sebagaimana difahami oleh orang-orang
Sufi.
Buku ini juga memiliki tingkat sastra yang cukup tinggi. Perbedaan bahasa
antara Bahasa Arab yang merupakan bahasa termulia di dunia dengan Bahasa
Indonesia menyebabkan dampak yang cukup berarti bagi keindahan sastra dan
kesejukannya. Akan tetapi penerjemah telah berupaya untuk menerjemahkan dengan
pemaknaan yang sedekat mungkin dengan apa yang dimaksud oleh penulis. Sehingga
dalam Bahasa Indonesia pun, beberapa pembahasan diperlukan konsentrasi yang
cukup tinggi karena Bahasa Indonesia yang dipakai merupakan bahasa berbentuk sastra
formal. Akan tetapi orang yang telah terbiasa mempelajari ilmu-ilmu agama dan
membaca kitab terjemahan para ulama yang mengikuti manhaj as-Salaf as-Shalih
(Para Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in) baik dari kalangan terdahulu
maupun yang sekarang akan mudah dalam memahami buku ini, insya Allah.
Semoga resensi ini bermanfaat dan apabila terdapat kebenaran datangnya
dari Allah, dan semoga Dia memberkahi Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyyah. Dan
apabila ada salah, semoga Allah memaafkan dan mengampuni penulis resensi ini.
Semoga bermanfaat, wa Allahu a’lam bish shawwab wa Allahu al-Musta’an.
13 Dzulqo’dah 1433 / 29 September 2012.
@and.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami
1 komentar:
hum, indahnya cinta. Boleh jadi blog ini pun juga terbentuk karena cinta... ahaa ^-^
Posting Komentar
Silahkan Berdiskusi...Tangan Kami Terbuka Insya Allah