TAFSIR SURAT AR-RAHMAN AYAT 26-28
(KEKEKALAN WAJAH ALLAH TA’ALA)
Rangkuman Kajian Ba’d Maghrib di Masjid
Abu Dzar Al-Ghifari
Hari Rabu, Tertanggal 21 Rabi’uts Tsaniyah
1433 / 14 Maret 2012
oleh: Ust. Abdullah Shaleh al-Hadhromi
Allah berfirman, “Semua yang ada di
bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran
dan kemuliaan. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”
Ayat ini merupakan ayat yang luar biasa dalam Al-Qur’an.
Ibnu Katsir rahimahullah Ta’ala dalam tafsirnya menyatakan, “Allah Ta’ala
mengabarkan bahwa semua penduduk Bumi akan pergi dan mati demikian pula
penduduk langit, kecuali siapa yang dikehendaki Allah Ta’ala. Dan tidak
tersisa satu pun selain wajah Allah Yang Maha Mulia. Maka sungguh Rob Yang Maha
Suci dan Maha Hidup tak kan pernah mati selama-lamanya.”
Sebagaimana kata mutiara Malaikat Jibril kepada Nabi
Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam yaitu, “Hai Muhammad, hiduplah
sesukamu, pasti kamu akan mati.” Pada aplikasinya, mati tak ada hubungannya
dengan sakit dan tua, berapa banyak orang sehat yang mati dan anak muda yang
mati. Sedang berapa banyak orang yang sakit ndak juga meninggal begitu pula
orang tua. Semua adalah ketentuan Allah, hanya mereka pasti meninggalkan dunia
ini dalam kematian. Hanya (Wajah) Allah Ta’ala saja yang kekal.
Dalam hal ini “Wajhu Robbika” adalah suatu akidah
(keyakinan) suci dari Umat Islam, yaitu bahwa Allah Ta’ala memiliki Wajah,
dimana wajah adalah suatu kemuliaan. Akan tetapi kita tidak bisa dan tidak
boleh membayangkan seperti apa dan bagaimana Wajah Allah itu. Dan haram
hukumnya menyamakan Wajah Allah dengan wajah makhlukNya. Karena hal itu
termasuk penyelewengan dari aqidah yang benar dan merendahkan Allah Ta’ala.
Aqidah yang benar dari pengikut Manhaj Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wasallam dan para sahabatnya adalah, “Menetapkan apa yang ditetapkan Allah dan menolak apa yang
ditolak oleh Allah”, tanpa diselewengkan,
dirubah-rubah, diingkari, disamakan dengan makhlukNya dan tanpa pula
direka-reka.
Berkata As-Sa’di rahimahullah ta’ala, “Kalau kamu
membaca qullu man ‘alaiha fan, maka jangan berhenti sampai di situ saja
tapi teruskan sampai wa yabqo wajhu robbika dzul dzalaali wal ikhrom.” Karena
memang semua akan hancur, tapi Allah Yang Memiliki Wajah tetap kekal dalam
keabadian dan tak pernah merasakan kematian walau sepersekian detik pun.
Ayat-ayat yang menyebut tentang
Wajah Allah Ta’ala ada di Surat Al-Qoshshosh: 88, “Janganlah kamu
sembah di samping (menyembah) Allah, tuhan apapun yang lain. Tidak ada Tuhan
(yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Wajah Allah. Bagi-Nyalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah
kamu dikembalikan.” Allah Yang WajahNya penuh
keagungan ini sangat layak untuk diagungkan dan tak pantas samasekali untuk
didurhakai. Sebagaimana Allah berfirman, “Dan bersabarlah kamu bersama-sama
dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap
Wajah-Nya...” (Al-Kahfi: 28). Allah Yang Maha Megurus hambaNya memberikan
rezki dan makanan kepada manusia agar mereka tunduk dan taat dalam mengabdi,
beribadah dan memegang amanah karena Allah Ta’ala sebagaimana Allah Ta’ala
berfirman, “Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk
mengharapkan Wajah Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak
pula (ucapan) terima kasih.” Bila kita perhatikan terjemah ayat-ayat
tersebut, banyak dari mereka yang menyebutkan “Ridho Allah” Atau “Dzat Allah”,
padahal kata-kata aslinya adalah “Wajhah” (Wajah) maka penafsiran inilah
yang benar sesuai kaidah sunnah Rasulullah Shallahu ‘alaihi wasallam. Karena dalam hadits sahih, Beliau Shalallahu ‘alaihi wasallam juga menerangkan bahwa nanti di hari akhir,
manusia (ahli syurga) tidak mendapatkan kenikmatan terbesar dan paling sempurna
kecuali memandang Wajah Allah Yang Maha Mulia, dan inilah kesempurnaan nikmat
ahli syurga. Insya Allah.
Berkata
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu “Allah Yang Mempunyai Keagungan dan Kebesaran yang
tiada tanding.” Dialah Hakim Yang Paling Adil, dan Dialah Yang Akan memutuskan
perkara-perkara di dunia yang belum sempat diputuskan oleh manusia. Tatkala
semua mati, Allah Maha Hidup dan telah akan mengadili hamba-hambaNya dengan
keputusan yang paling adil. Dia memutuskan perkara yang pelik dan belum selesai
di dunia serta Pemutus perkara terhadap orang-orang dzalim yang belum mendapat
hukuman dan memberikan keadilan dan balasan kebaikan bagi orang-orang yang
didzalimi serta berjuang di jalanNya. Dialah yang mengabulkan doa-doa
hamba-hambaNya yang belum dikabulkanNya dan dia akan menyempurnakan
nikat-nikmatNya. Karena dunia adalah ujian, maka di hari akhirlah semuanya akan
disempurnakan. Oleh karena itu ini sebuah nikmat yang luar biasa, tiada satu makhluk
pun yang didzalimi, lalu Allah berfirman, “Maka, Nikmat Tuhan yang manakah
yang kamu dustakan?”
(Ar-Rahman: 28).
MAKHLUK YANG TETAP AMAN KARENA ALLAH SAAT SANGKAKALA DITIUP
Beberapa
ayat yang membahas ayat ini adalah Surat An-Naml: 87, “Dan
(ingatlah) hari (ketika) ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang di
langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Dan semua
mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri.”
Peniup
Sangkakala adalah Malaikat Izrafil dengan tiga tiupan. Disampaikan Al-Baghawi
dalam tafsirnya dan Ibnu Katsir disebutkan bahwa, “Ada pendapat yang menyatakan
bahwa Malaikat Isrofil meniup Sangkakala dengan tiga tiupan, yaitu: (1) Nafqotul
Faza’, yaitu
tiupan menjelang kiamat (Hanya Allah yang mengetahui waktunya). Tiupan ini
berfungsi untuk menakut-nakuti makhluk yang ada di bumi dan langit; (2) Nafqotul
To’ab, yaitu
tiupan kematian dan semua makhluk mati kecuali yang dikehendaki; (3) Tiupan
kebangkitan, yaitu tiupan yang membangkitkan seluruh makhluk yang mati. Semua
makhluk, bila tiupan ini telah ditiup maka seluruh makhluk akan mengalami ketakutan,
kematian dan bangkit kembali, kecuali siapa yang dikehendaki Allah.
Nafqotul Faza’
Adalah
tiupan untuk menakut-nakuti seluruh makhluk di langit maupun di bumi. Tatkala
sangkakala ini ditiup seluruhnya takut kecuali yang dikehendaki Allah, yaitu:
orang yang mati syahid. Apa hubungannya?
Sa’id
ibn Jubair, atho’ dan yang lainnya menyatakan bahwa orang-orang yang syuhada
adalah hidup di sisi Allah dan tidak sampai kepada mereka ketakutan.
Sebagaimana firman Allah, “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di
jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat
rezki.”
(Ali-Imron: 169). Inilah keutamaan orang yang mati syahid.
Menurut
para ulama, syahid itu ada tiga macam, yaitu: (1) Syahid duna dan akherat: ini
adalah syahid paling utama, mereka mati di medan perang untuk menegakkan agama
Allah, ikhlas karena Allah dan Allah ridho pada mereka, hukumnya tidak
dimandikan dan tidak dikafani; (2) Mati syahid akherat: yaitu yang disebutkan
oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam yang mati dalam keadaan
syahid selain di medan perang, yaitu yang mati sakit perut, melahirkan,
tenggelam, terbakar dan yang lain yang disebutkan oleh Rasulullah. Syahid ini
di dunia dihukumi sebagai orang yang mati biasa, yaitu dimandikan dan dikafani.
Akan tetapi di akherat dia tidak mati di sisi Allah dan mendapat rizki di sisi
Allah; (3) Syahid dunia: ini adalah syahid yang sekuat mungkin kita hindari, yaitu
mati berperang di jalan Allah, ia terbunuh akan tetapi ia tidak ikhlas karena
Allah. Sebagaimana disebutkan dalam riwayat bahwa ada orang yang berperang dan
terbunuh oleh yang lain dinyatakan syahid, akan tetapi Rasulullah menyatakan
‘ia penduduk neraka’, setelah diselidiki ternyata ia mencuri sepasang sandal,
maka Rasulullah bersabda, “Hanya karena sepasang sandal ia masuk neraka.” Ada
pula yang dinyatakan “Fulan Syahid”, akan tetapi Rasulullah menyatakan, “Dia di
neraka”, semua heran akan tetapi setelah diselidiki ternyata dia mati dalam
keadaan bunuh diri karena tidak kuat menahan sakitnya tusukan dan tebasan
pedang. Maka dilarang bagi kita memvonis seseorang sebagai ahli syurga atau
neraka, kecuali berdasarkan nash syar’i.
Tiupan Kedua dan Ketiga
Berdasarkan
nash dalam Al-Qur’an dalam Q.S Az-Zummar: 68 dimana Allah berfirman (artinya),
”Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di
langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup
sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya
masing-masing).”
Al-Hafidz
Ibnu Katsir menyebutkan bahwa, “Ini adalah tiupan yang kedua (tipuan kematian),
semua yang hidup bakal mati (karena tipuan ini). Semua penduduk langit dan bumi
akan mati kecuali siapa yang dikehendaki Allah Ta’ala.
Kemudian dicabut nyawa manusia-manusia itu, hingga yang matinya paling terakhir
adalam malaikat maut. Sehingga yang tersisa hanya Allah Yang Maha Hidup dan
Maha Berdiri Sendiri. Allah tetap ada sebelum sesuatunya ada, dan Allah tetap
kekal setelah segala sesuatunya mati. Lalu Ia berkata sebanyak 3 (tiga) kali, ‘(Yaitu) hari (ketika) mereka keluar (dari kubur), tiada
suatupun dari keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allah. (Lalu Allah
berfirman): "Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?" (Dalam
Q.S Al-Mu’min: 16). Akan tetapi tidak ada yang menjawab karena mereka telah
mati, maka Ia pun menjawab sendiri, “Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi
Maha Mengalahkan.” Kemudian setelah semuanya mati, lalu Allah
berkehendak menghidupkan semuanya dan yang pertamakali Ia Ta’ala hidupkan adalah Malaikat Israfil,
malaikat inilah yang kemudian ditugaskan Allah untuk meniup sangkakala ketiga
yaitu sangkakala kehidupan.
Menurut
Al-Baghowi dalam tafsirnya (516 H) menurut Muqhotil bahwa, “Yang masih hidup
setelah tiupan itu atas kehendak Allah adalah empat makhluk, yaitu: Malaikat
Jibril, Malaikat Isrofil, Malaikat Mikail dan Malaikat Maut (nama Izro’il
adalah nama yang tidak diperkenankan dipakai dalam menyebut malaikat maut,
karena tidak ada riwayat sahih dan bisa diterima, sedangkan penyebutan malaikat
haruslah dengan nash, karena ini bersifat ghaib bagi manusia untuk saat ini).
Setelah tiupan kematian itu tiada kehidupan selain empat makhluk ini saja,
kemudian Allah mencabut ruhnya Mikail, kemudian ruhnya Isrofil, kemudian ruhnya
Malaikat Maut, kemudian yang terakhir adalah ruhnya Jibril ‘alaihimussallam.”
Lalu
Al-Baghowi menyebutkan, “Bahwa Allah menyatakan kepada Malaikat Maut, ‘Cabut
nyawanya Isrofil’, lalu ia pun mencabut nyawa Isrofil. Lalu Allah Ta’ala berkata, “Hai Malaikat Maut,
siapa yang masih hidup saat ini?”, lalu ia berkata, “Mahasuci Engkau Wahai
Robku dan Maha Tinggi, Yang Memiliki Keagungan dan Kemuliaan, yang masih hidup
sekarang ini adalah Jibril, Mikail dan Malaikat Maut.” Lalu Allah Ta’ala berfirman, “Sekarang cabutlah
nyawanya Mikail.” Lalu dicabutlah nyawa Mikail, lalu Allah bertanya lagi, “Lalu
siapa yang tersisa sekarang?” Malaikat Maut berkata, “Mahasuci dan Mahatinggi
Engkau Wahai Allah, yang tersisa adalah Malaikat Maut dan Jibril.” Kemudian
Allah berfirman, “Hai Malaikat Maut, matilah kau sekarang!” Lalu Matilah
Malaikat Maut (ruh Malaikat Maut diambil sendiri oleh Kalam Allah, dan tanpa
terpengaruh tiupan Isrofil). Kemudian Allah memanggil Malaikat Jibril, “Hai
Jibril, siapa yang masih hidup sekarang?” Lalu Jibril menjawab, “Yang Masih
hidup saat ini wahai Allah, adalah WajahMu Yang Maha Kekal sepanjang masa dan
Jibril yang pasti mati dan fana.” Kemudian Allah berfirman, “Hai Jibril, kau
harus mati!” Lalu Jibril mengepakkan sayapnya dan bersujud di hadapan Allah
lalu matilah ia.
Diriwayatkan
pula bahwa di samping empat malaikat yang disebutkan (Jibril, Mikail, Isrofil
dan Maut), yang tak terpengaruh sangkakala kematian adalah 8 malaikat pemikul
‘Arasy. Adapun jarak antara tiupan kematian dengan tiupan kebangkitan adalah
selama 40 (tidak disebutkan hari, bulan atau tahunnya). Lalu, terjadilah hujan
yang menumbuhkan orang-orang yang telah mati seluruhnya di langit maupun di
bumi.
Sehingga
dapat disimpulkan, bahwa semua makhluk “PASTI” mati. Hanya Allah menghendaki
kematian beberapa malaikat tidak melalui sangkakala Isrofil akan tetapi Allah
sendirilah yang mencabut nyawanya. Maka, terbukti semua makhluk adalah fana dan
hanya Wajah Allah Yang Maha Kekal yang tetap hidup sepanjang masa. Allahu a’lam.
Disusun
di Malang
26
Rabi’uts Tsaniy 1433 / 19 Maret 2012.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Berdiskusi...Tangan Kami Terbuka Insya Allah