TAFSIR SURAT AR-RAHMAN AYAT 10-16
(NIKMAT TUHAN YANG MANAKAH YANG KAMU DUSTAKAN)
Rangkuman Kajian Ba’d Maghrib di Masjid
Abu Dzar Al-Ghifari
Tertanggal 22 Rabi’ul Awwal 1433 / 15 Februari 2012
oleh: Ust. Abdullah Shaleh al-Hadhromi
PENDAHULUAN
Allah berfirman, “Dan Allah telah meratakan bumi
untuk makhluk(Nya). Di bumi itu ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai
kelopak mayang. Dan biji-bijian yang berkulit dan
bunga-bunga yang harum baunya. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (Ar-Rahman: 10-11). Dengan Firman tersebut dinyatakan
bahwa Allah adalah Pencipta (Al-Kholiq), Pemilik (Al-Malik) dan
Pengatur (Al-Mudabbir) serta memberikan rizki (Ar-Roziq). Inilah
makna “Sifat Rububiyah Allah”, yaitu Allah adalah Rob dimana
fungsi Rob adalah Pencipta, Pemilik dan Pengatur. Semua manusia memiliki
fitrah dan dia mengaku secara fitrahnya bahwa semuanya itu milik Allah, yang
mengatur Allah dan yang menciptakannya juga Allah, hanya saja mereka
mengucapkan menurut bahasa yang mereka pahami bahwa pencipta, pemilik dan
pengatur itu ada.
“HANYA SAJA” tidak cukup hanya meyakini adanya Tuhan sebagai
pencipta, pemilik dan pengatur tapi harus tunduk dan taat terhadap syariat yang
Ia perintahkan melalui Rasul (utusan) yang diutusNya. Inilah makna ‘Uluhiyyah,
derajad keimanan yang dapat mengantarkan seseorang dalam keabsahannya menuju
ridho Allah ataukah tidak, untuk dapat dimasukkan ke dalam syurga ataukah
neraka, beriman ataukah kafir, munafik ataukah mukmin, ahli taat ataukah ahli
maksiat. Semua diatur dalam lingkup syariat yang tergabung dalam Rububiyah Allah Ta’ala. Sebagaimana Abu Jahal, Lahab, dan kawan-kawannya yang
mereka meyakini adanya tuhan pencipta, pemilik dan pengatur kehidupan, mereka
katakan Allah yang demikian. Hal ini diambil dari pernyataan Allah, “Katakanlah:
‘Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang
kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan
yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan
siapakah yang mengatur segala urusan?’ Maka mereka akan menjawab: ‘Allah’. Maka katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa
kepada-Nya)?"
Hal ini berarti mereka meyakini Rububiyah Allah,
akan tetapi mendustakan UluhiyahNya dengan menyekutukan Allah serta
berbuat yang menyimpang dari ajaran Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi
wasallam yang mana semua manusia diperintah untuk berkiblat kepadanya dalam
hal syariat. Maka lihatlah fenomena saat ini!
AYAT 10
Merujuk pada Firman Allah, “Dan Allah telah meratakan
bumi untuk makhluk(Nya)” (Ar-Rahman: 10). Di Bumi inilah Allah menciptakan
semua kebutuhan manusia, bukan hanya itu saja Allah juga mengkondisikan Bumi
ini untuk manusia. Bagaimana kita lihat mulai dari tanah yang dapat dicocok
tanami berbagai tumbuh-tumbuhan, berbagai bahan tambang serta lautan dan sebagainya.
Atmosfir bumi dibanding atmosfir planet yang lainnya, sangat berbeda jauh.
Seakan-akan bumi benar-benar memiliki segala hal untuk melindungi manusia dan
itu memang benar-benar kehendak Allah untuk menciptakan Bumi ini untuk manusia.
Pikirkan: mulai dari jenis atmosfirnya yang mengandung berbagai
molekul udara dengan berbagai jenis ikatan kimianya. Tekanan dan kelembapan
udaranya. Magnet Buminya. Graftasinya. Bahkan Magma Bumi yang ada di dalamnya
hingga jenis molekul yang dikandungnya, semua berfungsi untuk mendukung
kehidupan manusia. Apakah ini suatu kebetulan? temukan kehidupan di planet lain
dalam Sistem Tata Surya apabila dapat, dan hingga kini para ilmuwan hanya
menemukan “bekas” kehidupan di Planet Mars dan bukanlah kehidupan itu sendiri.
Inipun masih praduga dan praduga. Adapun kehidupan di planet yang lain, maka
manusia tak kan pernah tahu dan tak kan pernah menjamahnya karena Allah telah
menetapkan bahwa saat kiamat inilah manusia berada di “Bumi” yang dibenturkan
dan digoncang. Lihatlah Q.Sal-Zalzalah.
Allah menciptakan semua apa yang ada di bumi adalah
untuk manusia. Ia berfirman, “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada
di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya
tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Al-Baqarah: 29). Kemudian
kita diciptakan Allah adalah untuk beribadah kepada Allah, walaupun Allah tidak
membutuhkan kita karena memang itulah kehendakNya. Ia berfirman, “Dan aku
tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
(Adz-Dzaariyaat: 56).
AYAT 11
Allah berfirman: Di bumi itu ada buah-buahan dan
pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang.”
Banyak sekali jenis buah-buahan di Bumi ini, semua untuk
dimakan oleh manusia. Di Bumi ada musim-musim buah tertentu, sedangkan di
akherat tidak ada seperti itu. Maka muncul fikih yang dinyatakan oleh para
ulama bahwa, “Bila kita tidak memiliki penghalang-penghalang tertentu, kita
dianjurkan untuk memakan buah yang tumbuh di musim itu.
Karena buah yang ditumbuhkan di musim itu memang telah diseting oleh Allah agar
tumbuh di musim itu sebagai kemaslahatan manusia yang hidup di musim itu.” Allahu
a’lam bish shawwab.
Salah satu jenis buah-buahan yang disebutkan oleh Allah
adalah “Kurma”, adalah tumbuh-tumbuhan yang memiliki kelopak mayang. Mengapa
disebutkan kurma? karena buah yang memiliki manfaat yang sangat besar yang
ditumbuhkan di bumi ini adalah kurma. Semua yang ada di dalam kurma itu
bermanfaat mulai dari dedaunannya hingga akar-akarnya. Buahnya sangat banyak
fungsinya, bisa segar, dikeringkan dan tak pernah darinya busuk bila disimpan
lama sekali. Kurma dapat dijadikan makanan pokok maupun buah yang dimakan,
begitupula untuk obat tapi rasanya manis, bahkan sebagai penangkal sihir. Sebagaimana
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan memakan 7 butir
kurma Ajwa untuk menangkal sihir yang akan ditujukan pada seseorang.
AYAT 12
Allah berfirman, “Dan biji-bijian yang berkulit dan
bunga-bunga yang harum baunya.”
Allah menyatakan biji-bijian secara umum, sebagaimana
padi, gandum dan yang lainnya. Biji-nijian ini sangatlah berguna bagi manusia
dan memang dari biji-bijian inilah mayoritas manusia menjadikan sebagai makanan
pokoknya.
Serta bunga-bunga yang harum baunya. Menurut penelitian
bau yang harum dapat menambah kecerdasan, baik secara emosi maupun secara
fisik. Maka parfum dupa yang wangi serta wangi-wangian yang lainnya dianjurkan
oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana sabda beliau
yang mencintai “Wanita dan Wewangian”. Begitupula disunnahkan tubuh dan rumah
diusahakan wangi baunya untuk menjaga keharmonisan.
AYAT 13
Allah berfirman, “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah
yang kamu dustakan?”
Sebelum Allah Ta’ala menyebutkan nikmat-nikmat
yang lebih besar lainnya, yang tidak dilihat di bumi dan tidak dirasakan saat
ini, maka Allah bertanya kepada kita, “Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu
dustakan?”
Nikmat yang paling besar adalah nikmat “iman”. Coba
renungkan, “Berapa banyak manusia di bumi ini lalu berapa banyak manusia yang
dijadikan beragama Islam?”
“Berapa orang Islam yang di Bumi ini, namun beberapa
orang yang memahami Sunnah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam?”
Kemudian ilmu yang sangat bermanfaat, betapa banyak
orang-orang yang kesulitan untuk memperoleh ilmu yang bermanfaat? sedangkan
kita dimudahkan untuk menimbanya.
Nikmat yang besar lainnya adalah nikmat sehat wal
afiat, bagaimana Allah menciptakan jantung yang kecil dan praktis dibanding
jantung buatan manusia yang sangat tidak efektif untuk menopang kehidupan
manusia secara normal.
Lalu Allah manannyakan, “Maka nikmat Tuhan kamu yang
manakah yang kamu dustakan?”
Mengapa kalian tidak mau tunduk kepada Allah, padahal
sekian banyak dan sekian besar nikmat diberikan.
Maka di sinilah peranan syukur kepada Allah. Syukur
memiliki 3 makna, yaitu:
1. Lisannya basah dengan pujian kepada Allah
2. Syukur dengan hati, yaitu kita meyakini bahwa semua hal
yang terjadi alam ini serta nikmat yang ada di dalamnya adalah milik Allah.
3. Serta menggerakkan semua tubuh untuk taat kepada Allah dan
tidak untuk durhaka kepadaNya.
Firman Allah, “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang
kamu dustakan?”
Menyebabkan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam
menegur para sahabat, karena tatkala turun ayat ini dan tatkala dibacakan
kepada para sahabat radhiyallahu ‘anhum, mereka diam saja. Bahkan Jin
jawabannya lebih baik dari mereka tatkala Rasulullah membacakan ayat ini kepada
bangsa jin yaitu, “Tiada satupun nikmat-nikmatMu yang kami dustakan,
pujian-pujian bagiMu.” Sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu meringkas
dengan, “Tidak ada nikmat yang kami dustakan Wahai Rob.”
AYAT 14-16:
Kemudian Allah menjelaskan tentang penciptaan manusia
dan jin
Allah berfirman, “Dia menciptakan manusia dari tanah
kering seperti tembikar, dan Dia menciptakan jin dari nyala api.”
Maksud dari menciptakan manusia dari tanah kering adalah
menciptakan “Adam”, karena setelahnya mausia berasal dari percampuran mani dan
sel telur. Sebagaimana Allah berfirman, “Dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata” (An-Nahl: 4).
Manusia “Adam” dibentuk dari tanah yang dikeraskan dan
memiliki ruang, sehingga bila diketuk memiliki suara. Sifatnya tenang walau ada
faktor-faktor yang menjadikannya bergejolak.
Sedangkan Jin, diciptakan dari Api, sehingga sifat dasar
mereka adalah buruk, bergejolak dan tidak tenang serta membakar. Maka manusia
yang emosi karena marah adalah karena Jin (setan) yang merasuk/mengganggu
tubuhnya membakar hatinya dan membakar pikirannya sehingga kata-katanya
meracau, kondisinya tak terkontrol dan metanya memerah. Maka Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wasallam memerintahkan untuk mencegah marah dengan:
1. Membaca ta’awudz perlindungan dari Setan
2. Merubah posisi: bila sedang berdiri maka duduk, bila
duduk maka berbaring
3. Berwudhu untuk mendinginkan unsur api yang dikobarkan
oleh Setan dari kalangan Jin.
Maka Allah menciptakan unsur-unsur ini karena suatu
kondisi yang memang sangat cocok kepada mereka, dan ini adalah nikmat yang
sangat besar dari Allah Ta’ala.
Kemudian Allah menanyakan “Masihkan ada nikmat yang
didustakan atas nikmat-nikmat tersebut?”
KISAH I:
Ada beberapa kisah yang sangat menarik ketika para
sahabat Haji dan Umrah. Salah satunya dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu
‘anhu, “Kami pergi haji bersama Umar Ibn Khaththab di awal-awal beliau
menjadi khalifah. Kemudian khalifah masuk ke Masjid al-Haram dan berdiri di
hadapan Al-Hajar Al-Aswad (Batu Hitam di Ka’bah), kemudian dia berkata,
‘Sesungguhnya kamu hanyalah batu, tak bisa memberikan madharad (keburukan) dan
manfaat (kebaikan). Andai aku tak pernah melihat Rasulullah menciummu, maka aku
tak kan pernah mencium kamu.’”
Ini adalah semurni-murni beraqidah, yaitu selain beriman
kepada Allah maka kita mengikuti Rasulullah sebagai bentuk tunduknya kita pada
Allah yang memerintahkan kita untuk mengikuti ajaran RasulNya.
KISAH II:
Kisah dari Abdullah Ibnu Umar radhiyallahu a’anhu
pernah berhaji dan menemui salah seorang Badui. Orang Badui ini dipanggil
Abdullah ibn Umar dan ia pun dinaikkan di atas kendaraannya dan dikasih sorban
kehormatannya. Orang Badui itu dimulyakan dan diberikan hal yang luar biasa.
Maka ada orang yang bertanya, “Semoga Allah memberikan kebaikan atas keadaanmu.
Wahai Abdullah, dia itu orang Badui kamu beri sedikit aja mereka sudah
berterimakasih. Kenapa kau memberikan banyak sekali kehormatan kepadanya?” Maka
Abdullah ibn Umar berkata, “Aku memulyakan orang Badui ini, karena ayahnya
orang ini adalah sahabat Umar ibn Khaththab (ayah Abdullah ibn Umar). Dan aku
mendengar Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam adalah bahwa bakti yang
paling tinggi kepada orang tua itu adalah tetap menyambung hubungan dengan sahabat-sahabat
orang tuanya.”
KISAH III:
Kisah dari Sahabat Abdullah ibn Umar radhiyallahu
‘anhu. Sahabat Abdullah ibn Umar melihat seorang laki-laki mengendong orang
perempuan tua sambil thawwaf di Ka’bah. Lalu Abdullah ibn Umar bertanya, “Siapa
ini?” Ia menjawab, “Ia ibuku, bagaimana menurut pendapatmu. Apakah aku telah
menunaikan hak-hak ibuku?”. Abdullah Ibn Umar berkata, “Demi Allah, kebaikan
apapun yang kamu berikan kepada ibumu, tak bisa menyamai rasa sakit ibumu
tatkala melahirkanmu.”
Inilah renungan dari kami, semoga bisa menambah manfaat
dan kebaikan untuk kita semua. Amiin...Allahumma Aamiin.
Selesai disusun di Malang
7 Rabi’uts Tsaniiy 1433 / 29 Februari 2012
@nd.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Berdiskusi...Tangan Kami Terbuka Insya Allah