KAJIAN ISLAM DAN KARYA PENA

KAJIAN ISLAM YANG MEMUAT HAL-HAL BERKAITAN TENTANG PENGETAHUAN ISLAM BAIK SADURAN ATAU KARYA ASLI. BAIK HAL AKIDAH, MUAMALAT, FIKIH ATAUPUN TASKIYATUN NUFS (PENYUCIAN HATI)

JUGA KARYA PENA UMUM BERUPA PUISI CERPEN DAN KARANGAN ATAU ILMU PENGETAHUAN UMUM DAN PENELITIAN ILMIAH

Rabu, 13 Agustus 2014

SUAPAN CINTA

SUAPAN CINTA

Segala Puji Hanya Milik Allah, Tuhan Semesta Alam, yang menumbuhkan cinta kasih antara hamba dengan Kholiq mereka. Juga yang menumbuhkan cinta kasih antara hamba laki-laki dan perempuan, sehingga dari situlah tumbuh generasi manusia yang sangat banyak. Semoga shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad beserta keluarga, para sahabat dan umatnya yang setia mengikuti sunnahnya hingga akhir zamman. Amma ba’d.
Kasih cinta tertinggi adalah kasih cinta seorang hamba kepada Allah Azza wa Jalla. Sebagaimana Allah berfirman, (artinya)
“Katakanlah: "jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNYA dan dari berjihad di jalan NYA, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.[1]
Wajar seseorang itu cinta kepada Bapaknya, anaknya, saudaranya, isterinya, sodara/kerabatnya, dan apa yang disebut Allah pada surat At-Taubah tersebut. Akan tetapi, bila kecintaan terhadap yang mubah mengalahkan kecintaan kepada Allah kemudian kepada RasulNya, maka itulah yang tercela.
Salah satu bentuk cinta kepada Allah menurut Abdullah At-Tamimiy adalah mereka yang juga mencintai siapa yang dicintai Allah, dan dianjurkan dicintai oleh Allah. Salah satu hal yang dianjurkan oleh Allah adalah “MENIKAH” sebagaimana Allah berfirman,
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya[2]”.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam juga menganjurkan para pemuda yang sudah merasa mampu menikah untuk segera menikah. Dan juga yang mereka tidak mampu menahan pandangan serta kemaluannya untuk segera menikah, maka Allah yang akan mencukupkan mereka. Sebagaimana Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Menikahlah, karena sesungguhnya aku akan membangga-banggakan jumlah kalian kepada umat-umat lain pada hari Kiamat, dan janganlah kalian seperti para pendeta Nasrani[3]." Itu masih salah satu hadits yang dicuplik dari sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Menikah akan melahirkan sakinah (ketenangan), mawaddah (kesejahteraan) dan rahmat (rahmat) dari Allah Ta’ala. Salah satu keharusan yang terjadi setelah menikah adalah “MENJALIN CINTA”. Tidak ada cinta lawan jenis yang halal selain kepada mahram, kecuali menikah. Orang yang bukan mahram tatkala diambil secara haq melalui syariat yang telah ditetapkan dalam Sunnah Sahihah dan dengan niat karena Allah, telah berubah statusnya menjadi ISTRI dan HALAL untuk digauli sekalipun.
Dari menikah, timbullah komunikasi yang intern, muncullah sebuah penyesuaian jati diri terhadap masing-masing pasangan, maka di sinilah letak perbedaan dengan sebelum menikah. Tatkala menikah KARENA ALLAH, maka apapun kekurangan pasangan berusaha dimaklumi, karena menikah adalah ibadah untuk memuaskan hawa nafsu yang halal dan membina keturunan yang taat serta tunduk kepada Allah. Bila menikah bukan karena Allah, atau bergaul di luar nikah, maka yang terjadi justru kebosanan, dosa, hawa nafsu yang terus menggebu, penyakit, dan adzab yang berbagai macam bentuknya.
Dengan berkomunikasi, bergaul serta yang lebih dalam dari itu semua akan melahirkan saling cinta. Cinta yang dianjurkan oleh Allah, agar manusia terus berkembang dan dengan berkembangnya manusia sholih akan melahirkan suatu kebanggaan bagi umat Islam wal Muslimin, serta kebanggaan atas Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Dalam menjalin cinta terhadap Suami-Istri, Rasulullah pernah mencontohkan suatu suri tauladan yang sangat baik dan romantis. Berikut tiga cuplikan romantisme Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam terhadap istri-istrinya:
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam juga suka memakan dan meminum berdua dari piring dan gelas istri-istrinya tanpa merasa risih atau jijik:
a. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Saya dahulu biasa makan his (sejenis bubur) bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam“[4]
b. Dari Aisyah Ra, ia berkata: “Aku biasa minum dari gelas yang sama ketika haidh, lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam mengambil gelas tersebut dan meletakkan mulutnya di tempat aku meletakkan mulut, lalu beliau minum.[5]
c. Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah minum di gelas yang digunakan ‘Aisyah. Beliau juga pernah makan daging yang pernah digigit ‘Aisyah[6].
Gaya makan dan minum yang romantis ala Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam ternyata mudah dipraktikkan oleh umat Beliau dan khasiatnya luar biasa untuk menjalin cinta antara suami istri.
Terkadang suami enggan makan, mungkin karena faktor rasa, faktor malas, atau faktor banyak fikiran. Tidak ada yang dapat menggairahkan suami kecuali keceriaan istri dan inisiatifnya untuk menggairahkan suaminya dalam menyantap makanan. Tatapan mata genit, kerlingan mata, kecupan jarak jauh, kemudian dilanjutkan kecupan di kening atau pipi suami merupakan cara ampuh untuk membangkitkan gairah suami. Hanya saja, karena situasinya adalah ‘makan’ maka, langsung sang istri mengambil sendok beserta makanan yang masih tersisa lalu disuapkan secara perlahan kepada suami dengan ucapan penuh cinta dan kasih sayang.
Ini adalah tips yang bukan omong kosong, saya pun juga pernah merasakan kelesuan makan. Alhamdulillah istri saya benar-benar pandai membuat suaminya bergairah kembali tatkala kelesuan melanda tubuh. Makanan pun masuk ke mulut dan rasa yang nikmat menjadi sangat luar biasa nikmatnya. Suapan cinta, berbeda dengan suapan benci. Suapan cinta berbeda dengan suapan keterpaksaan. Suapan cinta berbeda dengan suapan pamrih. Ada rasa di hati yang menjalar hingga mulut.
Begitu juga Sang Ibu, tatkala anaknya mengalami kelesuan dalam makan. Sang anak yang tidak bergairah hendaknya bukan malah dimarahi, diomeli, dan dicaci maki. Anak yang kurang bergairah hendaknya diusap kepalanya dengan penuh cinta, dikecup keningnya dan pipinya, kemudian berikanlah ucapan kasih sayang yang ikhlas, niscaya makanan yang minimal pun menjadi terasa nikmat di mulut anak.
Mungkin ini tips singkat agar suami dan anak yang susah makan menjadi bergairah untuk makan. Semoga bermanfaat. Wa Allahu a’lam.

Penulis:
ARNANDA AJI SAPUTRA, SE., ME.
17 Syawwal 1435 / 13 Agustus 2014






[1] Al-Qur’an, Surat At-Taubah: 24
[2] Al-Qur’an, Surat An-Nisaa: 3
[3] HR. Al-Baihaqi (VII/78) dan dikuatkan oleh Syaikh al-Albani dalam kitab ash-Shahiihah dengan hadits-hadits pendukungnya (no. 1782).
[4] HR. Bukhori dalam Adabul Mufrod
[5] HR Abdurrozaq dan Said bin Manshur, dan riwayat lain yang senada dari Muslim
[6] HR Muslim No. 300
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Berdiskusi...Tangan Kami Terbuka Insya Allah