SUAPAN
CINTA
Segala Puji Hanya Milik Allah, Tuhan Semesta Alam, yang menumbuhkan cinta
kasih antara hamba dengan Kholiq mereka. Juga yang menumbuhkan cinta kasih
antara hamba laki-laki dan perempuan, sehingga dari situlah tumbuh generasi
manusia yang sangat banyak. Semoga shalawat serta salam tetap tercurahkan
kepada Rasulullah Muhammad beserta keluarga, para sahabat dan umatnya yang
setia mengikuti sunnahnya hingga akhir zamman. Amma ba’d.
Kasih cinta tertinggi adalah kasih cinta seorang hamba kepada Allah Azza
wa Jalla. Sebagaimana Allah berfirman, (artinya)
“Katakanlah: "jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara,
isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan
yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah
lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNYA dan dari berjihad di jalan NYA, maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". Dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.[1]”
Wajar seseorang
itu cinta kepada Bapaknya, anaknya, saudaranya, isterinya, sodara/kerabatnya,
dan apa yang disebut Allah pada surat At-Taubah tersebut. Akan tetapi, bila
kecintaan terhadap yang mubah mengalahkan kecintaan kepada Allah kemudian
kepada RasulNya, maka itulah yang tercela.
Salah satu bentuk cinta kepada Allah menurut Abdullah At-Tamimiy adalah
mereka yang juga mencintai siapa yang dicintai Allah, dan dianjurkan dicintai
oleh Allah. Salah satu hal yang dianjurkan oleh Allah adalah “MENIKAH”
sebagaimana Allah berfirman,
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita
(lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak
akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang
kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya[2]”.
Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wa sallam juga menganjurkan para pemuda yang sudah merasa mampu
menikah untuk segera menikah. Dan juga yang mereka tidak mampu menahan
pandangan serta kemaluannya untuk segera menikah, maka Allah yang akan
mencukupkan mereka. Sebagaimana Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Menikahlah, karena sesungguhnya aku akan membangga-banggakan jumlah kalian
kepada umat-umat lain pada hari Kiamat, dan janganlah kalian seperti para
pendeta Nasrani[3]."
Itu masih salah satu hadits yang dicuplik dari sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wa sallam.
Menikah akan melahirkan sakinah (ketenangan), mawaddah (kesejahteraan) dan
rahmat (rahmat) dari Allah Ta’ala. Salah satu keharusan yang terjadi
setelah menikah adalah “MENJALIN CINTA”. Tidak ada cinta lawan jenis yang halal
selain kepada mahram, kecuali menikah. Orang yang bukan mahram tatkala diambil
secara haq melalui syariat yang telah ditetapkan dalam Sunnah Sahihah dan
dengan niat karena Allah, telah berubah statusnya menjadi ISTRI dan HALAL untuk
digauli sekalipun.
Dari menikah, timbullah komunikasi yang intern, muncullah sebuah
penyesuaian jati diri terhadap masing-masing pasangan, maka di sinilah letak
perbedaan dengan sebelum menikah. Tatkala menikah KARENA ALLAH, maka apapun
kekurangan pasangan berusaha dimaklumi, karena menikah adalah ibadah untuk
memuaskan hawa nafsu yang halal dan membina keturunan yang taat serta tunduk
kepada Allah. Bila menikah bukan karena Allah, atau bergaul di luar nikah, maka
yang terjadi justru kebosanan, dosa, hawa nafsu yang terus menggebu, penyakit,
dan adzab yang berbagai macam bentuknya.
Dengan berkomunikasi, bergaul serta yang lebih dalam dari itu semua akan
melahirkan saling cinta. Cinta yang dianjurkan oleh Allah, agar manusia terus
berkembang dan dengan berkembangnya manusia sholih akan melahirkan suatu
kebanggaan bagi umat Islam wal Muslimin, serta kebanggaan atas Nabi Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam.
Dalam menjalin cinta terhadap Suami-Istri, Rasulullah pernah mencontohkan
suatu suri tauladan yang sangat baik dan romantis. Berikut tiga cuplikan
romantisme Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam terhadap
istri-istrinya:
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam juga
suka memakan dan meminum berdua dari piring dan gelas istri-istrinya tanpa
merasa risih atau jijik:
a. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
“Saya dahulu biasa makan his (sejenis bubur) bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi
Wassalam“[4]
b. Dari Aisyah Ra, ia berkata: “Aku biasa minum dari
gelas yang sama ketika haidh, lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam mengambil
gelas tersebut dan meletakkan mulutnya di tempat aku meletakkan mulut, lalu
beliau minum.[5]”
c. Nabi
Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah minum di gelas yang digunakan ‘Aisyah.
Beliau juga pernah makan daging yang pernah digigit ‘Aisyah[6].
Gaya makan dan minum yang romantis ala Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa
sallam ternyata mudah dipraktikkan oleh umat Beliau dan khasiatnya luar
biasa untuk menjalin cinta antara suami istri.
Terkadang suami enggan makan, mungkin karena faktor rasa, faktor malas,
atau faktor banyak fikiran. Tidak ada yang dapat menggairahkan suami kecuali
keceriaan istri dan inisiatifnya untuk menggairahkan suaminya dalam menyantap
makanan. Tatapan mata genit, kerlingan mata, kecupan jarak jauh, kemudian
dilanjutkan kecupan di kening atau pipi suami merupakan cara ampuh untuk
membangkitkan gairah suami. Hanya saja, karena situasinya adalah ‘makan’ maka,
langsung sang istri mengambil sendok beserta makanan yang masih tersisa lalu
disuapkan secara perlahan kepada suami dengan ucapan penuh cinta dan kasih
sayang.
Ini adalah tips yang bukan omong kosong, saya pun juga pernah merasakan
kelesuan makan. Alhamdulillah istri saya benar-benar pandai membuat suaminya
bergairah kembali tatkala kelesuan melanda tubuh. Makanan pun masuk ke mulut
dan rasa yang nikmat menjadi sangat luar biasa nikmatnya. Suapan cinta, berbeda
dengan suapan benci. Suapan cinta berbeda dengan suapan keterpaksaan. Suapan
cinta berbeda dengan suapan pamrih. Ada rasa di hati yang menjalar hingga
mulut.
Begitu juga Sang Ibu, tatkala anaknya mengalami kelesuan dalam makan. Sang
anak yang tidak bergairah hendaknya bukan malah dimarahi, diomeli, dan dicaci
maki. Anak yang kurang bergairah hendaknya diusap kepalanya dengan penuh cinta,
dikecup keningnya dan pipinya, kemudian berikanlah ucapan kasih sayang yang
ikhlas, niscaya makanan yang minimal pun menjadi terasa nikmat di mulut anak.
Mungkin ini tips singkat agar suami dan anak yang susah makan menjadi
bergairah untuk makan. Semoga bermanfaat. Wa Allahu a’lam.
Penulis:
ARNANDA AJI
SAPUTRA, SE., ME.
17 Syawwal 1435 / 13
Agustus 2014
[1]
Al-Qur’an, Surat At-Taubah: 24
[2]
Al-Qur’an, Surat An-Nisaa: 3
[3] HR. Al-Baihaqi (VII/78)
dan dikuatkan oleh Syaikh al-Albani dalam kitab ash-Shahiihah dengan
hadits-hadits pendukungnya (no. 1782).
[4]
HR. Bukhori dalam Adabul Mufrod
[5]
HR Abdurrozaq dan Said bin Manshur, dan riwayat lain yang senada dari Muslim
[6]
HR Muslim No. 300
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Berdiskusi...Tangan Kami Terbuka Insya Allah