بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
BAGAI SANDI MORSE
‘HANYA BEBERAPA YANG MEMAHAMINYA'
Judul Asli : Du’aul
Hasyarat wa At-Thair wa Al-Jibal fi Al-Qur’anil Karim
Judul Indonesia : Ketika Alam
Bertasbih
Penulis : Dr. Musa Al-Khathib
Penerbit : Kiswah Media, Solo-Jawa Tengah
Tebal Halaman : 200
halaman
PEMBELIAN
Harga :
Rp 34.000 discount 5% (belum termasuk Ongkos Kirim)
Kontak :
0856 4950 9998 (HP) atau 081 333 449 400 (Whatsapp)
a.n Penjual : ARNANDA,
SE., ME.
Segala Puji Bagi Allah Yang Maha Memahami. Dia
memahami seluruh apa yang terjadi. Dia memahami segala ungkapan yang tampak
maupun yang tersembunyi, yang dapat dipahami manusia maupun yang tertera pada
sederet sandi. Semoga shalwat serta salam tetap tercurah kepada Rasulullah
Muhammad ibn Abdillah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Amma ba’d.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an yang suci, (artinya) “Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih
kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya,
tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha
Penyantun lagi Maha Pengampun.” (Al-Qur’an, Surah Al-Israa’: 44).
Menanggapi Firman Allah ini, mungkin sebagian orang-orang
kafir akan memicingkan mata dan berkata, “Masak Sih?” mereka seakan tidak
percaya bahwa bebatuan bertasbih, pohon bertahmid, bahkan kambing pun memuji
Allah. Mungkin mereka hanya melihat dari sisi ‘nyata’ menurut panca indera
mereka yang terbatas, hingga mereka memaksakan makhluk Allah yang lain
seperti dirinya. Padahal Allah menciptakan makhluk dengan berbagai kelebihan
dan kelemahannya, tentu tidak mungkin batu, pohon, kambing dan kita disamakan
seluruhnya. Lebih khusus cara mereka memuji Allah Yang Menciptakan mereka.
Orang-orang yang tergabung dalam kesatuan militer tentu
tahu, bahwa setiap kesatuan memiliki sandi-sandi tersendiri, tidak semua semua
kesatuan memahami sandi kesatuan yang lainnya. Orang-orang yang bekerja dalam
bidang astronomi pasti mengetahui bahwa masing-masing bintang memiliki gelombang
yang memiliki ciri-ciri tertentu, setiap bintang berbeda gelombangnya, bila
diubah menjadi gelombang suara maka akan terdengar begitu dahsyat. Begitu pula
pernyataan Allah tentang tasbihnya para makhluk adalah benar bila dipandang
dari berbagai sisi.
Epistimologi kata tasbih adalah ‘penyucian’
terminologinya adalah “penyucian diri kepada Allah dengan perbuatan, lisan
maupun hati”. Bila dipandang dari segi ketundungan para makhluk Allah
seluruhnya tunduk kepadanya, bahkan orang kafir sekalipun ia akan tunduk
terpengkur tatkala ajalnya telah tiba, tatkala musibah harus menimpanya bahkan
tatkala ia diharuskan menerima nikmat dari Allah sekalipun.
Begitupula makhluk-makhluk Allah yang lainnya, semuanya
tunduk kepada Allah menurut apa yang Dia perintahkan. Gunung-gunung yang kokoh
menjulang memiliki segala keunikan dan keajaiban untuk menjaga Bumi agar tidak
goncang. Lautan ada yang tenang juga ada yang bergejolak gelombangnya.
Burung-burung pun tidak bersekolah namun pandai membuat sarang. Semua itu tentu
bentuk dari tasbih mereka kepada Allah atas perintahNya dalam memfasilitasi
kehidupan manusia sebagai khalifah di Bumi. Khalifah yang bertugas untuk
beribadah, bukan hanya dengan cara sholat, puasa, zakat, haji akan tetapi juga
dengan cara berjihad dengan makna yang luas. Mulai jihad dengan mempertahankan
hidup sampai jihad mempertahankan agama dengan peperangan maupun dengan ilmu
pengetahuan.
Semua keajaiban alam ini direkam dengan baik oleh Syaikh
Dr. Musa Al-Khatib dan beliau pun mengaitkannya dengan Firman Allah pada
beberapa surah termasuk Surah Al-Israa’ayat 44 yang menyatakan semua apa yang
di langit dan Bumi bertasbih pada Allah. Dengan perhatian beliau yang besar
terhadap fenomena alam serta kedekatan beliau dengan Allah ditunjang semangat
beliau untuk berdakwah kepada manusia agar lebih mengenal lebih dekat Rob-mereka,
maka Syaikh Dr. Musa Al-Khatib menyusun sebuah buku apik berjudul, “Du’aul
Hasyarat wa At-Thair wa Al-Jibal fi Al-Qur’anil Karim” (diterjemahkan
secara harfiyah: Pujian/Tasbih para Serangga dan Burung-burung serta
Gunung-gunung dalam Al-Qur’an yang Suci). Dari judul Bahasa Arabnya
kemudian dialihkan ke Bahasa Indonesia dengan judul “Ketika Alam Bertasbih”
Buku ini memaparkan keajaiban-keajaiban beberapa makhluk
Allah yang sering dilihat manusia dengan panca inderanya. Tidak lupa beliau mengingatkan
pembaca tentang kebesaran Allah dengan Firman-firmanNya agar pembaca ingat
bahwa para makhluk itu memiliki keajaiban dan keunikan karena diciptakan Allah
dalam rangka memujiNya dan tunduk patuh untuk melayani kebutuhan manusia karena
perintahNya. Keindahan dan keajaiban alam ciptaan Allah pun, diuraikan dengan
ringkas dalam bab yang rapi dan ilmiah.
Ciri-ciri keilmiahan buku ini adalah terletak pada sumber
yang otentik dari Al-Qur’an dan As-Sunnah sahihah wa sharih (otentik matannya
dan jelas maknanya). Apik susunannya karena bab-babnya ditulis secara runtut
dari mulai umum kepada hal-hal yang bersifat khusus pada makhluk-makhlukNya.
Dijelaskan pula secara ilmiah dari sumber yang dapat dipercaya, ditunjang
dengan hasil riset dan penelitian ilmiah dari bagian Timur maupun Barat.
Buku ini memuat 5 Bab dan beberapa Sub Bab-Sub Bab. Adapun
perinciannya:
1. Bab I : Semua bertasbih
kepada Allah
2. Bab II: Doa Semut dalam
Al-Qur’an
3. Bahasa Semut
4. Doa Burung Hud-hud dalam
Al-Qur’an
5. Doa Gunung dalam Al-Qur’an
Semua Bab dalam kitab ini membahas tentang ayat-ayat Allah tentang kejadian
alam yang telah diabadikan dalam Al-Qur’an. Sehingga kita memahami secara sahih
atas apa yang sebenarnya terjadi pada serangga, burung dan gunung-gunung.
Semua buatan manusia ada kelemahannya, termasuk buku
terjemahan yang telah dialihbahasakan menjadi Bahasa Indonesia ini. Kelemahan
yang paling mencolok untuk diperhatikan adalah perbedaan antara judul yang asli
(dalam Bahasa Arab) dengan judul dalam Bahasa Indonesia membuat persepsi yang
berbeda jauh. Perbedaan persepsi ini membuat pembaca bingung dan boleh jadi
bertanya-tanya, mengapa kata-kata ‘alam’ hanya disempitkan menjadi semut,
burung Hud-hud dan gunung-gunung? Lantas mana pepohonan? mana pula halilintar
dan mana pula hasil riset penelitian-penelitian secara khusus terhadap itu
semua?
Bagi kaum Muslimin yang mengimani secara bulat bahwa
Al-Qur’an dan Hadits adalah benar tidak menjadi masalah dalam bab
keilmiahannya, akan tetapi bagi mereka yang orientalis atau ilmuwan yang baru
masuk Islam akan menjadi masalah dalam memahaminya. Mana sisi ilmiahnya? dimana
menurut mereka yang dinamakan ilmiah adalah adanya penunjang dari hasil-hasil
riset yang khusus, adanya penjelasan yang gamblang dan detail (sebagaimana
pembuktian suara pulsar bintang) dan juga foto-foto yang otentik.
Apa yang ditanyakan pada paragraf sebelumnya adalah
pertanyaan skeptis yang sering muncul dari mereka, para orientalis dan juga
orang yang cenderung mengatakan bahwa bukti panca indera adalah bagian dari
kesempurnaan ilmiah. Akan tetapi bila merujuk pada judul aslinya maka kita akan
dapatkan kalimat yang berbunyi “Pujian para Serangga dan Burung-burung serta
Gunung-gunung dalam Al-Qur’an yang Suci” Sehingga jelaslah bahwa dari judul
aslinya memang telah dibatasi hanya seputar: (1) Serangga; (2) Burung; dan (3)
Gunung dan dibatasi tempat penjabarannya yaitu menurut Al-Qur’an.
Walaupun demikian, para pembaca akan menemukan banyak hal
yang mencengangkan, menabjubkan dan kisah unik terkait ciptaan-ciptaan Allah
pada Serangga, Burung, dan Gunung. Serta dalil-dalil dan nash yang otentik dari
Al-Qur’an menambah iman bagi orang yang beriman bahwa memang semuanya apa yang
di langit dan bumi melakukan tasbih kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Allahu
a’lam.
diresensi di
Malang, 14 Dzulhijjah 1434 / 19 Oktober 2013
435:554
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Berdiskusi...Tangan Kami Terbuka Insya Allah