MISTERI
KEMATIAN
Segala
Puji Bagi Allah, Tuhan Yang Maha Menguak Misteri. Shalawat serta salam semoga
tetap tercurahkan kepada Sang Utusan Ilahi, Muhammad ibn Abdillah beserta
keluarga, para sahabatnya, serta umatnya yang setia mengikuti petunjuk yang dibawanya
hingga akhir zamman. Amma ba’d.
Misteri merupakan sebuah hal yang tersembunyi, penuh
dengan tanda tanya. Sesuatu yang menyebabkan seseorang ingin menguaknya dengan
berbagai cara. Hanya saja, misteri tetaplah misteri ia tidak akan pernah
terkuak tanpa ijin yang Maha Menyimpan Misteri. Dan misteri yang paling
tersimpan adalah kapan saatnya kita mati, dan bagaimana kondisi saat mati,
serta di mana tempat kita mati.
Banyak hikmah yang kita petik dari sebuah misteri
kematian, agar kita selalu mempersiapkan diri di tengah-tengah pernak-pernik
kehidupan yang serba berubah. Perubahan seringkali bersifat sangat mendadak
sehingga kita tak mampu lagi memprediksi apa yang akan terjadi. Seringkali,
perubahan tersebut terjadi saat kita tidak memiliki bekal untuk melindungi diri
dari resiko perubahan itu sendiri. Oleh sebab itu, Allah dan RasulNya di banyak
tempat maupun moment selalu menasihatkan agar tetap mengingat kematian dan
mempersiapkan bekal untuk menyongsongnya.
Pada paragraf sebelumnya saya katakan, “Allah dan
RasulNya di banyak tempat maupun moment selalu menasihatkan agar tetap
mengingat kematian dan mempersiapkan bekal untuk menyongsongnya.” Kata ‘banyak
tempat dan moment’ merupakan sebuah ungkapan bahwa Firman Allah dan sabda
RasulNya tidak sebatas qauliyah (pernyataan) di dalam Kitab Suci Al-Qur’an dan
kumpulan kitab hadits saja, akan tetapi sewaktu-waktu muncul dalam bentuk
ayat-ayat fenomena. Kita bisa melihat fenomena kematian mendadak begitu banyak,
mulai dari sakit, bencana alam, kecelakaan, pertempuran dan yang lainnya.
Permasalahan selanjutnya, apakah orang baik tampilan
luarnya akan mati dalam keadaan baik pula. Apakah orang buruk seperti preman
juga akan mati dalam keadaan dia bergelimang dosa sehingga pantas kita sebut
sebagai ahli neraka?
Maka, marilah kita simak fakta yang ditulis oleh saudara
kita sesama Muslim dalam Majalah Elfata Edisi 09 Volume 13 Tahun 2013 halaman
34 ditulis dengan Judul, “Kisah Hidup”. Yuk kita simak artikelnya.
KISAH RENUNGAN PENUH HIKMAH
Sebuah kisah nyata yang menceritakan tentang dua
bersaudara, adik dan kakak. Keduanya memiliki sifat yang berbeda, gaya hidup
yang berbeda, pandangan yang berbeda bahkan amal kehidupan yang berbeda. Perbedaan
ini membuat keuda orang tuanya hingga masyarakat sekitarnya merasa heran,
perbedaan yang sangat mencolok dari kedua bersaudara tersebut.
Sang kakak, semenjak kecil tumbuh menjadi seorang yang
pendiam, cerdas, pemikir serta alim. Kesantunannya membuat kedua orang tua dan
masyarakat sekitarnya membangga-banggakannya. Rajin beribadah dan melakukan
amal-amal shalih hingga Sang kakak telah menginjak dewasa. Masjid menjadi rumah
keduanya, apabila sedang memiliki waktu luang ia telah berada di masjid untuk
melakukan ibadah. Waktu antara Maghrib dan Isya’ ia berada di masjid untuk
melakukan ibadah dan mengisinya dengan kebaikan.
Sedangkan Sang adik berada pada kebalikan dari akhlak
Sang kakak. Ia begitu nakal semenjak kecilnya sehingga membuat kedua orang tua
serta masyarakat sekitarnya merasa resah dengannya. Semenjak kecil, ia gemar
sekali mengganggu orang dan tatkala tumbuh dewasa ia terbiasa melakukan hal-hal
yang mungkar seperti minum minuman yang memabukkan, berzina, dan dosa lainnya
yang dianggap masyarakat telah melampaui batas. Ia pun senang sekali dengan
pesta pora yang menghabiskan uang banyak dan ditemani oleh para wanita-wanita
asusila.
Adapun riwayat yang lainnya pada paragraf ini (terlepas
dari kutipan majalah dan kebenaran yang ada), Sang Kakak pernah menasihati
adiknya untuk tidak melakukan kemaksiatan dan bergelimang dalam dosa, tapi Sang
adik tetap saja dalam kebejatan moralnya. Hingga akhirnya Sang kakak tak sabar
dan mengatakan kepada adiknya dengan keras, “Demi Allah, Allah tidak akan
mengampuni dosamu.” Padahal seharusnya Sang kakak ini faham dan mengerti bahwa
rahmat Allah Maha Luas, Dia mampu mengampuni siapapun yang Dia mau dan menyiksa
siapapun yang dia mau.
Hingga pada suatu hari nafsu syahwat secara halus
membisikkan hasrat Sang kakak, hingga suatu hari ia berfikir tentang dirinya
yang hidup dalam sesuatu yang membosankan. Ingin dia merasakan sebuah sensasi yang
belum pernah ia rasakan. Akhirnya Sang kakak mencoba langkah gila yang biasa
dilakukan adiknya. “Ah, hanya sekali saja, nanti aku akan taubat.” Kata Sang
kakak. Ia pun mendatangi tempat di mana adiknya biasa ‘dugem’ bersama
kawan-kawan serta wanita-wanitanya.
Setelah sampai ke tempat di mana adiknya biasa mangkal,
ia pun segera mencari adiknya. Tetapi kawan-kawannya pun tak mengetahui di mana
sang adik berada. “Aneh” gumam Sang kakak, biasanya dia sore-sore sudah berada
di tempat mangkalnya untuk persiapan melanglang ke dalam dunia maksiat. Teman-temannya
pun mengutarakan bahwa semenjak tadi pagi Sang adik juga tidak kelihatan sama
sekali di tempat mangkalnya.
Sang kakak tak menghiraukannya, apa urusannya dengan
adiknya toh dia ingin melampiaskan syahwatnya barang sejenak. Sang kakak pun
mengutarakan maksud kepada teman-teman adiknya, dan terjadilah apa yang terjadi
dengan Sang kakak. Sang kakak pun dibuai impian syahwat, meninggalkan sholat
dan melakukan kemaksiatan yang selama ini belum pernah ia lakukan sebelumnya.
“Ah, Allah kan Maha Pengampun dan nanti setelah ini saya taubat deh.” Gumamnya.
Di sisi lain, Sang adik ternyata telah jenuh dengan kehidupannya
yang serba bergelimang kemaksiatan. Keinginannya untuk taubat telah membuncah
pada hatinya, akan tetapi bagaimana gerangan dia bisa taubat kepada Allah Yang
Maha Kuasa tatkala dosa telah melumuri seluruh badannya?
Keinginan taubat tak bisa dibendung, hingga hari itu
yaitu hari dimana Sang kakak pergi mengunjungi tempat maksiatnya, Sang adik
ternyata pergi ke masjid. Sang adik berlama-lama di dalamnya, merenung
mengingat dosa-dosanya sambil menangis, mengasah asa dan tekad serta memohon
dengan tulus ikhlas agar Allah mengampuni dosa-dosanya. Ia pun mengambil mushaf
Al-Qur’an, dia baca dengan tertatih-tatih tidak selancar kakaknya bila membaca
Al-Qur’an. Karena keinginannya untuk taubat sangat kuat, ia pun membacanya
dengan penuh kekhusyukan.
Hingga aktivitas mereka masih belum paripurna, bumi pun
bergetar hebat. Teriakan demi teriakan membahana, “GEMPAAA....!!!!” Seluruh
manusia di dalam rumahnya berhamburan keluar, teriakan demi teriakan
bersusulan. Sang adik dengan khusyuknya tetap membaca Al-Qur’an, rasa
penyesalan yang mendalam menyebabkan tetesan air mata yang tiada henti dan
pikiran yang melayang entah ke mana hingga dia tidak lagi dapat merasakan
getaran bumi dan kerasnya teriakan. Sementara Sang kakak, baru pertama kali
merasakan nikmatnya ‘indehoi’ dengan wanita bukan istrinya. Rasa pertama
yang melalaikan dirinya hingga tak terasa bumi bergoncang dengan kerasnya dan
teriakan membahana di mana-mana. Wanita yang diajaknya pun sudah tidak sadar,
entah apa yang dirasa.
Dengan aktivitasnya masing-masing, bangunan pun
dirobohkan Allah dengan caraNya. Masjid runtuh menimpa Sang Adik yang dianggap
masyarakat seakan-akan sudah mengkapling neraka, sementara bangunan rumah dugem
yang berisi Sang kakak pun dirobohkan Allah hingga menimpa orang yang dianggap
orang sudah menjadi penghuni syurga. Hari itu, tampak semuanya berbalik,
misteri kematian terkuak, siapa sebenarnya yang layak masuk ke dalam syurga dan
siapa yang layak masuk ke dalam neraka atau paling tidak mampir dulu kecuali
Allah benar-benar mengampuninya.
Setelah gempa berhenti, masyarakat berbondong-bondong
membersihkan reruntuhan bangunan, betapa kaget mereka malihat Sang adik yang
ternyata meninggal tertimpa reruntuhan masjid dengan pakaian kebesaran (pakaian
Muslim) dengan menggenggam mushaf Al-Qur’an. Tampak wajahnya cerah dan tenang,
ia akhirnya wafat dalam keadaan merasakan nikmatnya bertaubat. Sementara di
tempat lain ditemukan jasad Sang kakak dengan kondisi yang sangat mengenaskan
dan memalukan, ia meninggal di tempat yang penuh gejolak maksiat dan akhirnya
terkuaklah misteri, sang kakak meninggal dalam keadaan su’ul khotimah. Masyarakat
menyaksikan hal ini dengan titikan air mata yang berderai tak tahan melihat
semuanya berbalik dan semua tidak ada yang mengira bakal demikian.
Allah lebih mengetahui siapakah yang layak bagi keduanya,
dan Allah benar-benar tidak menyukai kesombongan apalagi hingga bersumpah atas
namaNya bahwa rahmatNya benar-benar tidak turun kepada hamba-hambaNya. Inilah
perlajaran penting bahwa:
1. Hakekat hidayah, hanya Allah Yang Maha Mengetahui.
2. Bahaya kesombongan dan merasa dirinya suci.
3. Kematian datang secara tiba-tiba dan tidak peduli siapa, kapan, dan
bagaimana orang itu mati.
Demikian hikmah dan pesan moral yang dapat kita petik,
kisah nyata yang mengharukan dan sangat miris bila direnungkan, akan menambah
semangat kita untuk bertambah hati-hati dalam menjalani kehidupan ini. Wa
Allahu a’lam.
Ditulis di Malang,
26 Syawwal 1433 H / 1 September 2013 M.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Berdiskusi...Tangan Kami Terbuka Insya Allah