KAJIAN ISLAM DAN KARYA PENA

KAJIAN ISLAM YANG MEMUAT HAL-HAL BERKAITAN TENTANG PENGETAHUAN ISLAM BAIK SADURAN ATAU KARYA ASLI. BAIK HAL AKIDAH, MUAMALAT, FIKIH ATAUPUN TASKIYATUN NUFS (PENYUCIAN HATI)

JUGA KARYA PENA UMUM BERUPA PUISI CERPEN DAN KARANGAN ATAU ILMU PENGETAHUAN UMUM DAN PENELITIAN ILMIAH

Kamis, 05 September 2013

MISTERI MENAKUTKAN



MISTERI KEMATIAN

Segala Puji Bagi Allah, Tuhan Yang Maha Menguak Misteri. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Sang Utusan Ilahi, Muhammad ibn Abdillah beserta keluarga, para sahabatnya, serta umatnya yang setia mengikuti petunjuk yang dibawanya hingga akhir zamman. Amma ba’d.
Misteri merupakan sebuah hal yang tersembunyi, penuh dengan tanda tanya. Sesuatu yang menyebabkan seseorang ingin menguaknya dengan berbagai cara. Hanya saja, misteri tetaplah misteri ia tidak akan pernah terkuak tanpa ijin yang Maha Menyimpan Misteri. Dan misteri yang paling tersimpan adalah kapan saatnya kita mati, dan bagaimana kondisi saat mati, serta di mana tempat kita mati.
Banyak hikmah yang kita petik dari sebuah misteri kematian, agar kita selalu mempersiapkan diri di tengah-tengah pernak-pernik kehidupan yang serba berubah. Perubahan seringkali bersifat sangat mendadak sehingga kita tak mampu lagi memprediksi apa yang akan terjadi. Seringkali, perubahan tersebut terjadi saat kita tidak memiliki bekal untuk melindungi diri dari resiko perubahan itu sendiri. Oleh sebab itu, Allah dan RasulNya di banyak tempat maupun moment selalu menasihatkan agar tetap mengingat kematian dan mempersiapkan bekal untuk menyongsongnya.
Pada paragraf sebelumnya saya katakan, “Allah dan RasulNya di banyak tempat maupun moment selalu menasihatkan agar tetap mengingat kematian dan mempersiapkan bekal untuk menyongsongnya.” Kata ‘banyak tempat dan moment’ merupakan sebuah ungkapan bahwa Firman Allah dan sabda RasulNya tidak sebatas qauliyah (pernyataan) di dalam Kitab Suci Al-Qur’an dan kumpulan kitab hadits saja, akan tetapi sewaktu-waktu muncul dalam bentuk ayat-ayat fenomena. Kita bisa melihat fenomena kematian mendadak begitu banyak, mulai dari sakit, bencana alam, kecelakaan, pertempuran dan yang lainnya.
Permasalahan selanjutnya, apakah orang baik tampilan luarnya akan mati dalam keadaan baik pula. Apakah orang buruk seperti preman juga akan mati dalam keadaan dia bergelimang dosa sehingga pantas kita sebut sebagai ahli neraka?
Maka, marilah kita simak fakta yang ditulis oleh saudara kita sesama Muslim dalam Majalah Elfata Edisi 09 Volume 13 Tahun 2013 halaman 34 ditulis dengan Judul, “Kisah Hidup”. Yuk kita simak artikelnya.
KISAH RENUNGAN PENUH HIKMAH
Sebuah kisah nyata yang menceritakan tentang dua bersaudara, adik dan kakak. Keduanya memiliki sifat yang berbeda, gaya hidup yang berbeda, pandangan yang berbeda bahkan amal kehidupan yang berbeda. Perbedaan ini membuat keuda orang tuanya hingga masyarakat sekitarnya merasa heran, perbedaan yang sangat mencolok dari kedua bersaudara tersebut.   
Sang kakak, semenjak kecil tumbuh menjadi seorang yang pendiam, cerdas, pemikir serta alim. Kesantunannya membuat kedua orang tua dan masyarakat sekitarnya membangga-banggakannya. Rajin beribadah dan melakukan amal-amal shalih hingga Sang kakak telah menginjak dewasa. Masjid menjadi rumah keduanya, apabila sedang memiliki waktu luang ia telah berada di masjid untuk melakukan ibadah. Waktu antara Maghrib dan Isya’ ia berada di masjid untuk melakukan ibadah dan mengisinya dengan kebaikan.
Sedangkan Sang adik berada pada kebalikan dari akhlak Sang kakak. Ia begitu nakal semenjak kecilnya sehingga membuat kedua orang tua serta masyarakat sekitarnya merasa resah dengannya. Semenjak kecil, ia gemar sekali mengganggu orang dan tatkala tumbuh dewasa ia terbiasa melakukan hal-hal yang mungkar seperti minum minuman yang memabukkan, berzina, dan dosa lainnya yang dianggap masyarakat telah melampaui batas. Ia pun senang sekali dengan pesta pora yang menghabiskan uang banyak dan ditemani oleh para wanita-wanita asusila.
Adapun riwayat yang lainnya pada paragraf ini (terlepas dari kutipan majalah dan kebenaran yang ada), Sang Kakak pernah menasihati adiknya untuk tidak melakukan kemaksiatan dan bergelimang dalam dosa, tapi Sang adik tetap saja dalam kebejatan moralnya. Hingga akhirnya Sang kakak tak sabar dan mengatakan kepada adiknya dengan keras, “Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni dosamu.” Padahal seharusnya Sang kakak ini faham dan mengerti bahwa rahmat Allah Maha Luas, Dia mampu mengampuni siapapun yang Dia mau dan menyiksa siapapun yang dia mau.  
Hingga pada suatu hari nafsu syahwat secara halus membisikkan hasrat Sang kakak, hingga suatu hari ia berfikir tentang dirinya yang hidup dalam sesuatu yang membosankan. Ingin dia merasakan sebuah sensasi yang belum pernah ia rasakan. Akhirnya Sang kakak mencoba langkah gila yang biasa dilakukan adiknya. “Ah, hanya sekali saja, nanti aku akan taubat.” Kata Sang kakak. Ia pun mendatangi tempat di mana adiknya biasa ‘dugem’ bersama kawan-kawan serta wanita-wanitanya.
Setelah sampai ke tempat di mana adiknya biasa mangkal, ia pun segera mencari adiknya. Tetapi kawan-kawannya pun tak mengetahui di mana sang adik berada. “Aneh” gumam Sang kakak, biasanya dia sore-sore sudah berada di tempat mangkalnya untuk persiapan melanglang ke dalam dunia maksiat. Teman-temannya pun mengutarakan bahwa semenjak tadi pagi Sang adik juga tidak kelihatan sama sekali di tempat mangkalnya.
Sang kakak tak menghiraukannya, apa urusannya dengan adiknya toh dia ingin melampiaskan syahwatnya barang sejenak. Sang kakak pun mengutarakan maksud kepada teman-teman adiknya, dan terjadilah apa yang terjadi dengan Sang kakak. Sang kakak pun dibuai impian syahwat, meninggalkan sholat dan melakukan kemaksiatan yang selama ini belum pernah ia lakukan sebelumnya. “Ah, Allah kan Maha Pengampun dan nanti setelah ini saya taubat deh.” Gumamnya.
Di sisi lain, Sang adik ternyata telah jenuh dengan kehidupannya yang serba bergelimang kemaksiatan. Keinginannya untuk taubat telah membuncah pada hatinya, akan tetapi bagaimana gerangan dia bisa taubat kepada Allah Yang Maha Kuasa tatkala dosa telah melumuri seluruh badannya?
Keinginan taubat tak bisa dibendung, hingga hari itu yaitu hari dimana Sang kakak pergi mengunjungi tempat maksiatnya, Sang adik ternyata pergi ke masjid. Sang adik berlama-lama di dalamnya, merenung mengingat dosa-dosanya sambil menangis, mengasah asa dan tekad serta memohon dengan tulus ikhlas agar Allah mengampuni dosa-dosanya. Ia pun mengambil mushaf Al-Qur’an, dia baca dengan tertatih-tatih tidak selancar kakaknya bila membaca Al-Qur’an. Karena keinginannya untuk taubat sangat kuat, ia pun membacanya dengan penuh kekhusyukan.
Hingga aktivitas mereka masih belum paripurna, bumi pun bergetar hebat. Teriakan demi teriakan membahana, “GEMPAAA....!!!!” Seluruh manusia di dalam rumahnya berhamburan keluar, teriakan demi teriakan bersusulan. Sang adik dengan khusyuknya tetap membaca Al-Qur’an, rasa penyesalan yang mendalam menyebabkan tetesan air mata yang tiada henti dan pikiran yang melayang entah ke mana hingga dia tidak lagi dapat merasakan getaran bumi dan kerasnya teriakan. Sementara Sang kakak, baru pertama kali merasakan nikmatnya ‘indehoi’ dengan wanita bukan istrinya. Rasa pertama yang melalaikan dirinya hingga tak terasa bumi bergoncang dengan kerasnya dan teriakan membahana di mana-mana. Wanita yang diajaknya pun sudah tidak sadar, entah apa yang dirasa.
Dengan aktivitasnya masing-masing, bangunan pun dirobohkan Allah dengan caraNya. Masjid runtuh menimpa Sang Adik yang dianggap masyarakat seakan-akan sudah mengkapling neraka, sementara bangunan rumah dugem yang berisi Sang kakak pun dirobohkan Allah hingga menimpa orang yang dianggap orang sudah menjadi penghuni syurga. Hari itu, tampak semuanya berbalik, misteri kematian terkuak, siapa sebenarnya yang layak masuk ke dalam syurga dan siapa yang layak masuk ke dalam neraka atau paling tidak mampir dulu kecuali Allah benar-benar mengampuninya.
Setelah gempa berhenti, masyarakat berbondong-bondong membersihkan reruntuhan bangunan, betapa kaget mereka malihat Sang adik yang ternyata meninggal tertimpa reruntuhan masjid dengan pakaian kebesaran (pakaian Muslim) dengan menggenggam mushaf Al-Qur’an. Tampak wajahnya cerah dan tenang, ia akhirnya wafat dalam keadaan merasakan nikmatnya bertaubat. Sementara di tempat lain ditemukan jasad Sang kakak dengan kondisi yang sangat mengenaskan dan memalukan, ia meninggal di tempat yang penuh gejolak maksiat dan akhirnya terkuaklah misteri, sang kakak meninggal dalam keadaan su’ul khotimah. Masyarakat menyaksikan hal ini dengan titikan air mata yang berderai tak tahan melihat semuanya berbalik dan semua tidak ada yang mengira bakal demikian.
Allah lebih mengetahui siapakah yang layak bagi keduanya, dan Allah benar-benar tidak menyukai kesombongan apalagi hingga bersumpah atas namaNya bahwa rahmatNya benar-benar tidak turun kepada hamba-hambaNya. Inilah perlajaran penting bahwa:
1. Hakekat hidayah, hanya Allah Yang Maha Mengetahui.
2. Bahaya kesombongan dan merasa dirinya suci.
3. Kematian datang secara tiba-tiba dan tidak peduli siapa, kapan, dan bagaimana orang itu mati.
Demikian hikmah dan pesan moral yang dapat kita petik, kisah nyata yang mengharukan dan sangat miris bila direnungkan, akan menambah semangat kita untuk bertambah hati-hati dalam menjalani kehidupan ini. Wa Allahu a’lam.     

Ditulis di Malang, 26 Syawwal 1433 H / 1 September 2013 M.


Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Berdiskusi...Tangan Kami Terbuka Insya Allah