CAHAYA BULAN DI UJUNG SENJA
Penulis : DR. Abdurrahman Ra’fat Basya
Judul Terjemahan :
MEREKA ADALAH PARA TABI’IN
Penerjemah
: Team At-Tibyan
Penerbit : Pustaka At-Tibyan, Solo
Tebal
Halaman : iv + 416 halaman
Harga : Rp 85.000/buku
Harga : Rp 85.000/buku
PEMBELIAN DAN PEMESANAN GROSIR, CILCK LINK:
Segala puji hanya milik Allah Ta’ala yang
telah menurunkan kebenaran dengan segala keindahannya. Semoga shalawat serta
salam tetap tercurah kepada Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam
dan kepada para keluarganya, para sahabatnya serta umatnya yang setia kepada
sunnah dan petunjuk Beliau.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik
manusia adalah generasiku (para sahabat), kemudian generasi berikutnya
(tabi’in), kemudian generasi berikutnya (tabiu’t tabi’in )”[1]
Hadits di atas menunjukkan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa
sallam telah memberikan kabar kepada umat Islam ini akan generasi
percontohan yang penuh teladan dan penuh dengan kebaikan. Tiga generasi terbaik
umat ini secara terus menerus dikenang dan riwayatnya diambil sebagai pijakan
dalam memahami agama secara benar.
Cahaya rembulan di awal senja, cahaya yang terang benderang setelah matahari
hampir-hampir terbenam. Kemudian datanglah malam yang menampakkan jutaan
bintang-bintang di langit. Indah memang cahaya bintang itu, tapi tak cukup
menerangi bumi di malam hari.
Itulah secuplik analogi bagi para tabi’in, setelah matahari (Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya) wafat. Maka para tabi’in sebagai
generasi estafet sunnah Rasulullah dan apa yang beliau ajarkan, generasi yang
memancarkan kebaikan-kebaikan agama dan penuh keindahan serta penyejuk hati.
Tanpa mereka, agama ini akan musnah dari hiasan sunnah Nabi Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam.
Oleh karena pentingnya mengikuti pemahaman para sahabat dan tabi’in dalam
beragama ini, maka Pustaka At-Tibyan
menerjemahkan tetralogi buku yang sangat baik untuk dirujuk. Yaitu Sejarah
Perjalanan Nabi Muhammad, Mereka Adalah Para Sahabat, Mereka Adalah Para
Sahabiyah, dan Mereka Adalah Para Tabi’in. Kali ini kami akan meresensi buku
yang terakhir, karena para Tabi’in ini kisahnya jarang dituliskan dalam bentuk teks/kitab
yang disusun secara rapi dan diterjemahkan secara indah ke dalam Bahasa
Indonesia.
Buku berjudul Mereka Adalah Para Tabi’in, menyimpan banyak
kisah-kisah indah, penuh hikmah, nyaman untuk dibaca serta penting untuk
diceritakan kisahnya kepada anak-anak didik kita. Buku ini memilih para tabi’in
yang terkenal akan keshalihannya, wara’nya, dan kecerdasannya serta
keberaniannya untuk dicontoh oleh para pembaca. Kisah-kisah penuh hikmah yang
tertanam dalam setiap lisannya, kisah heroik yang tertanam dalam setiap
jihadnya, serta kisah unik yang tertanam dalam kecerdasannya merupakan
keunggulan penting dari buku ini. Gaya bahasa yang mampu menghipnotis pembaca
dan memberikan semangat untuk beramal shalih merupakan keunggulan dari segi
bahasa dan penterjemahnya. Gaya bahasa yang mudah serta sesuai dengan kaidah
Bahasa Indonesia yang baku.
1. Atha’ ibn Abi Rabbah
2. Amir ibn Abdillah At-Tamimi
3. Urwah ibn Zubair
4. Ar-Rabi’ ibn Khutsaim
5. Iyas ibn Mu’awiyah Al-Muzanni
6. Umar ibn Abdul Aziz dan Putranya Abdul Malik
7. Hasan al-Bashri
8. Syuraih Al-Qadhi
9. Muhammad ibn Sirin
10. Ar-Rabi’ah Ar-Ra’yi (1 dan 2)
11. Raja’ ibn Haiwah
12. Amir ibn Syurahbil Asy-Sya’bi
13. Salamah ibn Dinar (Abu Hazm Al-A’raj)
14. Sa’id ibn Musayyab
15. Sa’id ibn Jubair
16. Muhammad ibn Waasi’ Al-Azdi
17. Muhammad ibn Wasi’
18. Umar ibn Abdul Aziz
19. Muhammad Al-Hanafiyah ibn Ali ibn Abi Thalib
20. Thawus ibn Kaisan
21. Al-Qasim ibn Muhammad ibn Abu Bakar As-Siddiq
22. Shilah ibn Asyyam Al-Adawi
23. Umar ibn Abdul Aziz (Tiga peristwa penting bersama beliau)
24. Zainal Abidin (Ali ibn Husain ibn Ali ibn Abi Thalib)
25. Abu Muslim Al-Khaulani
26. Salim ibn Abdullah ibn Umar ibn Khaththab (Kisah 1 & 2)
27. Abdurrahman Al-Ghafiqi
28. Abdurrahman Al-Ghafiqi (Kisah heroik dalam memberi cahaya bagi Eropa)
29. Raja Najasyi (Ashhamah ibn Abjar)
30. Rufai’ ibn Mihraan (Abu Al-‘Aliyah)
31. Ahnaf ibn Qais (Kisah 1 & 2)
32. Abu Hanifah An-Nu’man (Kisah 1 & 2).
Itulah para tokoh tabi’in yang menjadi pilihan penulis untuk
diangkat dan dirujuk dalam kisah-kisah kehidupan mereka. Hal ini tidak lain dengan
tujuan untuk mengambil hikmah dan kebaikan yang ada pada mereka.
Buku ini memang membahas satu tokoh dalam beberapa episode (biasanya dalam
2 episode). Hal ini berarti ada penekanan di setiap episodenya tentang tokoh
tersebut. Sebagaimana Abu Hanifah yang diceritakan dalam dua episode, episode
pertama menceritakan tentang sosok beliau dan episode kedua menekankan tentang
hujjah dan keutamaan beliau dalam hal ilmu terutama kecerdasannya.
Semoga resensi ini bermanfaat dan dapat menjadi rujukan bagi para
saudara/i yang ingin mengambil contoh-contoh teladan yang belum ada
bandingannya kecuali sebelum mereka. Adapun memang saat ini banyak manusia
tidak tahu figur mana yang harus dicontoh dengan baik, sehingga mereka haus
akan figur-figur manusia yang ingin mereka contoh tanpa bisa merasakan
kelezatannya. Hal itu karena mereka “menyibukkan diri dengan mencontoh
figur-figur kuffar yang tak punya iman.” Allahu a’lam bish shawwab.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Berdiskusi...Tangan Kami Terbuka Insya Allah