KAJIAN ISLAM DAN KARYA PENA

KAJIAN ISLAM YANG MEMUAT HAL-HAL BERKAITAN TENTANG PENGETAHUAN ISLAM BAIK SADURAN ATAU KARYA ASLI. BAIK HAL AKIDAH, MUAMALAT, FIKIH ATAUPUN TASKIYATUN NUFS (PENYUCIAN HATI)

JUGA KARYA PENA UMUM BERUPA PUISI CERPEN DAN KARANGAN ATAU ILMU PENGETAHUAN UMUM DAN PENELITIAN ILMIAH

Sabtu, 13 Juli 2013

CAHAYA REMBULAN DI AWAL SENJA


CAHAYA BULAN DI UJUNG SENJA

Judul Asli                  : Shuwaru min Hayati at-Tabi’in
Penulis                     : DR. Abdurrahman Ra’fat Basya
Judul Terjemahan      : MEREKA ADALAH PARA TABI’IN
Penerjemah              : Team At-Tibyan
Penerbit                   : Pustaka At-Tibyan, Solo
Tebal Halaman          : iv + 416 halaman
Harga                      : Rp 85.000/buku

PEMBELIAN DAN PEMESANAN GROSIR, CILCK LINK:

Segala puji hanya milik Allah Ta’ala yang telah menurunkan kebenaran dengan segala keindahannya. Semoga shalawat serta salam tetap tercurah kepada Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan kepada para keluarganya, para sahabatnya serta umatnya yang setia kepada sunnah dan petunjuk Beliau.

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah generasiku (para sahabat), kemudian generasi berikutnya (tabi’in), kemudian generasi berikutnya (tabiu’t tabi’in )[1]
Hadits di atas menunjukkan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan kabar kepada umat Islam ini akan generasi percontohan yang penuh teladan dan penuh dengan kebaikan. Tiga generasi terbaik umat ini secara terus menerus dikenang dan riwayatnya diambil sebagai pijakan dalam memahami agama secara benar.

Cahaya rembulan di awal senja, cahaya yang terang benderang setelah matahari hampir-hampir terbenam. Kemudian datanglah malam yang menampakkan jutaan bintang-bintang di langit. Indah memang cahaya bintang itu, tapi tak cukup menerangi bumi di malam hari.
Itulah secuplik analogi bagi para tabi’in, setelah matahari (Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya) wafat. Maka para tabi’in sebagai generasi estafet sunnah Rasulullah dan apa yang beliau ajarkan, generasi yang memancarkan kebaikan-kebaikan agama dan penuh keindahan serta penyejuk hati. Tanpa mereka, agama ini akan musnah dari hiasan sunnah Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Oleh karena pentingnya mengikuti pemahaman para sahabat dan tabi’in dalam beragama ini, maka Pustaka  At-Tibyan menerjemahkan tetralogi buku yang sangat baik untuk dirujuk. Yaitu Sejarah Perjalanan Nabi Muhammad, Mereka Adalah Para Sahabat, Mereka Adalah Para Sahabiyah, dan Mereka Adalah Para Tabi’in. Kali ini kami akan meresensi buku yang terakhir, karena para Tabi’in ini kisahnya jarang dituliskan dalam bentuk teks/kitab yang disusun secara rapi dan diterjemahkan secara indah ke dalam Bahasa Indonesia.

Buku berjudul Mereka Adalah Para Tabi’in, menyimpan banyak kisah-kisah indah, penuh hikmah, nyaman untuk dibaca serta penting untuk diceritakan kisahnya kepada anak-anak didik kita. Buku ini memilih para tabi’in yang terkenal akan keshalihannya, wara’nya, dan kecerdasannya serta keberaniannya untuk dicontoh oleh para pembaca. Kisah-kisah penuh hikmah yang tertanam dalam setiap lisannya, kisah heroik yang tertanam dalam setiap jihadnya, serta kisah unik yang tertanam dalam kecerdasannya merupakan keunggulan penting dari buku ini. Gaya bahasa yang mampu menghipnotis pembaca dan memberikan semangat untuk beramal shalih merupakan keunggulan dari segi bahasa dan penterjemahnya. Gaya bahasa yang mudah serta sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baku.

Buku ini terdiri atas beberapa kisah para Tabi’in. Para Tabi’in yang dipilih adalah:
1. Atha’ ibn Abi Rabbah
2. Amir ibn Abdillah At-Tamimi
3. Urwah ibn Zubair
4. Ar-Rabi’ ibn Khutsaim
5. Iyas ibn Mu’awiyah Al-Muzanni
6. Umar ibn Abdul Aziz dan Putranya Abdul Malik
7. Hasan al-Bashri
8. Syuraih Al-Qadhi
9. Muhammad ibn Sirin
10. Ar-Rabi’ah Ar-Ra’yi (1 dan 2)
11. Raja’ ibn Haiwah
12. Amir ibn Syurahbil Asy-Sya’bi
13. Salamah ibn Dinar (Abu Hazm Al-A’raj)
14. Sa’id ibn Musayyab
15. Sa’id ibn Jubair
16. Muhammad ibn Waasi’ Al-Azdi
17. Muhammad ibn Wasi’
18. Umar ibn Abdul Aziz
19. Muhammad Al-Hanafiyah ibn Ali ibn Abi Thalib
20. Thawus ibn Kaisan
21. Al-Qasim ibn Muhammad ibn Abu Bakar As-Siddiq
22. Shilah ibn Asyyam Al-Adawi
23. Umar ibn Abdul Aziz (Tiga peristwa penting bersama beliau)
24. Zainal Abidin (Ali ibn Husain ibn Ali ibn Abi Thalib)
25. Abu Muslim Al-Khaulani
26. Salim ibn Abdullah ibn Umar ibn Khaththab (Kisah 1 & 2)
27. Abdurrahman Al-Ghafiqi
28. Abdurrahman Al-Ghafiqi (Kisah heroik dalam memberi cahaya bagi Eropa)
29. Raja Najasyi (Ashhamah ibn Abjar)
30. Rufai’ ibn Mihraan (Abu Al-‘Aliyah)
31. Ahnaf ibn Qais (Kisah 1 & 2)
32. Abu Hanifah An-Nu’man (Kisah 1 & 2).

Itulah para tokoh tabi’in yang menjadi pilihan penulis untuk diangkat dan dirujuk dalam kisah-kisah kehidupan mereka. Hal ini tidak lain dengan tujuan untuk mengambil hikmah dan kebaikan yang ada pada mereka.

Buku ini memang membahas satu tokoh dalam beberapa episode (biasanya dalam 2 episode). Hal ini berarti ada penekanan di setiap episodenya tentang tokoh tersebut. Sebagaimana Abu Hanifah yang diceritakan dalam dua episode, episode pertama menceritakan tentang sosok beliau dan episode kedua menekankan tentang hujjah dan keutamaan beliau dalam hal ilmu terutama kecerdasannya.

Semoga resensi ini bermanfaat dan dapat menjadi rujukan bagi para saudara/i yang ingin mengambil contoh-contoh teladan yang belum ada bandingannya kecuali sebelum mereka. Adapun memang saat ini banyak manusia tidak tahu figur mana yang harus dicontoh dengan baik, sehingga mereka haus akan figur-figur manusia yang ingin mereka contoh tanpa bisa merasakan kelezatannya. Hal itu karena mereka “menyibukkan diri dengan mencontoh figur-figur kuffar yang tak punya iman.” Allahu a’lam bish shawwab.



[1] Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Berdiskusi...Tangan Kami Terbuka Insya Allah