KAJIAN ISLAM DAN KARYA PENA

KAJIAN ISLAM YANG MEMUAT HAL-HAL BERKAITAN TENTANG PENGETAHUAN ISLAM BAIK SADURAN ATAU KARYA ASLI. BAIK HAL AKIDAH, MUAMALAT, FIKIH ATAUPUN TASKIYATUN NUFS (PENYUCIAN HATI)

JUGA KARYA PENA UMUM BERUPA PUISI CERPEN DAN KARANGAN ATAU ILMU PENGETAHUAN UMUM DAN PENELITIAN ILMIAH

Minggu, 14 April 2013

SECUPLIK UNTAIAN MUTIARA

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ 
JADILAH ORANG YANG BERTAUHID WAHAI ADIKKU
ARTIKEL SOSIAL: KOMUNITAS KAKAK ADIK-ASUH, EDISI KHUSUS
 Secuplik Untaian Kata 
Tentang Hubungan Antara Sabar, Yakin dan Pengesaan Kepada Allah

Jaman ini adalah jaman di mana hari akhir semakin dekat. Saya tidak akan menuliskan tanda-tandanya secara detail dan mengurai ayat demi ayat, hadits demi hadits, akan tetapi saya akan mengungkap secara singkat dan global saja selebihnya adalah cerita nyata yang kami alami di Komunitas Kakak Adik Asuh (Kadiksuh). Komunitas yang kami bina dan kami kelola, penuh dengan kumpulan generasi muda berbakat dan memiliki potensi luar biasa. Sayang, bila mereka harus menjadi ‘pedang’ yang salah fungsi akibat salah dalam mengasah, mengasihi dan mengasuh mereka.
Salah satu hal paling menonjol dalam pendidikan anak-anak yang sarat dengan ketergelinciran adalah masalah AQIDAH/Keyakinan terhadap syariat dan kabar tentang apa saja yang dikabarkan Allah dan RasulNya Shalallahu ‘alahi wa sallam kepada manusia. Hal tersebut sangat erat sekali dengan kondisi akhir zamman sekarang ini. Orang yang yakin akan agama Islam dan benar dalam keyakinannya, maka dia bisa menjadi orang yang sabar karena dia memahami makna kehidupan dunia ini. Akan tetapi, saat ini pendidikan anak-anak sarat dengan pengkhultusan terhadap dunia dengan berbagai macam caranya, maka jadilah mereka manusia yang egois dan mementingkan dirinya sendiri.
Mereka mementingkan dirinya sendiri untuk dapat meraih yang terbaik dan terbanyak dari dunia yang sempit ini. Mulai dari yang modern dengan berbagai caranya, seperti kerja keras banting tulang, pergi pagi pulang petang dengan melupakan ibadah kepada Allah. Atau menghalalkan segala cara seperti riba, mencuri/korupsi, memalsukan surat-surat kuasa, hingga berbebut kekuasaan dengan cara-cara berpolitik kotor dan sebagainya. Hingga pada saatnya, orang-orang pinggiran pun menginginkan dunia dengan caranya, yaitu mengunggulkan keyakinannya untuk meraih dunia. Akan tetapi sayang, kekuatan keinginannya kepada harta dunia dan ketidaksabaran mereka terhadap ujian yang melanda mereka menggeser AQIDAH/keyakinan Islam yang benar menjadi sebuah keyakinan baru yang batil, akan tetapi dikemas dalam bingkai agama Islam. Sehingga tampak seolah-olah karya mereka masuk ke dalam ajaran Islam. Padahal mereka sudah hampir merusak Islam seperti Yahudi dan Nasrani andai Allah tidak menjaga agama ini dengan Kemaha KuasaNya.
Keyakinan baru tersebut diaplikasikan ke dalam tindakan-tindakan ‘merenovasi’ ibadah-ibadah tertentu untuk mendapatkan BERKAH. Ibadah kepada Allah telah ditentukan sesuai tata cara yang ditentukan Allah melalui contoh yang diajarkan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam serta dilanjutkan dengan para sahabat dan siapa yang mengikutinya. Akan tetapi, keinginan BERKAH yang kuat untuk memiliki ‘sesuatu’ terhadap dunia ini membuat banyak orang mengabaikan kaidah tersebut. Karena ketidaksabaran mereka, mereka pun membuat aturan-aturan baru dalam ibadah dengan harapan Allah langsung memberikan apa yang dia minta, padahal penangguhan pahala mereka di akherat jauh lebih baik daripada apa yang mereka dapat di dunia.
Dalam masalah membuat-buat tata cara ibadah baru, marilah kita simak pelajaran dari kaum-kaum terdahulu. Bukankah Kaum Nabi Nuh diadzab karena melakukan sesuatu yang baru dalam ibadah mereka, dari yang tidak pernah dilakukan manusia sejak 1000 tahun setelah kenabian Adam ‘alaihissalam, dibuatlah hal yang menggemparkan dunia yaitu menyembah berhala berwujud PATUNG. Kabar secara mauquf[1] dari Sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu dinyatakan, “Antara Adam dan Nuh berjarak 10 Abad, semua berada dalam agama Islam, kemudian terjadi perpecahan di antara manusia dan diibadahilah berhala-berhala, sekutu-sekutu, dan patung-patung, maka Allah mengutus beberapa Rasul dengan ayat-ayatNya, keterangan-keteranganNya, bukti-buktiNya yang pasti dan dalil-dalilNya yang nyata.[2]” Diperkuat oleh Hadits Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa sallam diriwayatkan dari ‘Atho’ bin Yasar, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berdoa: “Wahai Allah janganlah Engkau jadikan kuburku sebagai berhala (tuhan yang disembah), besar murka Allah terhadap orang-orang yang menjadikan kubur-kubur Nabi-Nabi mereka sebagai masjid-masjid[3]” Mengingat berhala itu bukan hanya patung, akan tetapi apa saja yang disembah selain daripada Allah Ta’ala.
Saya tulis artikel ini, karena masalah ‘baru dalam ibadah’ berdampak sangat buruk bagi AQIDAH/keyakinan generasi muda serta pengetahuan mereka terhadap agama ini. Kalau mereka bodoh dengan agama ini, lantas siapa lagi yang akan menolong agama Allah di Indonesia ini? Akankan kita merasakan keredupan agama Islam di Indonesia ini bagai di Andalusia? Negeri yang cerah dan terang benderang lalu diliputi kegelapan hingga saat ini? na’udzubillah min dzaalik. LANTAS, kalau tidak ada yang memurnikan ajaran agama ini, bagaimana agama ini bisa dikatakan benar? sudahkah kita merenung terhadap apa yang terjadi pada Yahudi dan Nasrani? Untuk mempersingkat saya akan ceritakan kisah dua orang adik kami.
Pada hari Sabtu sore tepatnya tanggal 6 April 2013,  Alhamdulillah acara temu Akbar dan Serah Terima Pengelolaan Komunitas Kakak-Adik Asuh dimudahkan oleh Allah. Hujan gerimis tidak menghalangi lancarnya acara penyerahan pengelolaan komunitas serta hadiah atas prestasi adik-adik kami. Setelah hadiah diserahkan kepada adik-adik asuh kami, lantas ada satu hadiah yang tetap mangkrak, tidak ada yang menerima? kemanakah gerangan adik Nasya, dialah yang berhak mendapatkan hadiah berupa sepeda pancal itu? Oh, Ternyata dia sakit Demam Berdarah Dengue (DBD), dan dia pun dikabarkan muntah darah, innalillahi wa innailaihi roji’un. Saya dan teman-teman pun bergegas ke rumah sakit untuk menjenguknya. Saat itu beberapa adik-adik pun turut serta, itulah semangat sosial mereka yang mulai tumbuh. Harusnyalah kita sebagai orang tua/kakak asuh mereka mendukung rasa simpati mereka untuk tumbuh menjadi empati.  
Setelah sampai di rumah sakit, seorang dokter mengabarkan bahwa Dik Nasya harus mendapatkan asupan darah (transfusi). Darah yang harus ditransfusi Golongan B, lantas acara sore itu terus berlanjut hingga malam dengan latar yang berpindah dari sanggar ke Rumah Sakit. Di rumah sakit kami cukup lama karena harus mencari orang-orang yang mau dan rela mendonorkan darahnya. Pendonor itu pun harus melalui kualitas kelayakan untuk diambil darahnya, serta darah yang layak untuk ditransfusi ke adik asuh kami.
Hari menjelang malam, yaitu Malam Ahad pukul 20:00 WIB. Saat itu salah satu adik asuh kami yang ikut ke rumah sakit bernama Dik Eliana sudah mulai mengambek, mengapa kakak-kakaknya tak ikut pulang. Padahal seharusnya menjenguk kan hanya sekedar menjenguk, belum lagi dia di SMS Dik Nila tetangganya untuk cepat-cepat pulang. Ngembeknya pun semakin menjadi-jadi. Melihat gelagat ini kami mencoba menjelaskan kepadanya bahwa Dik Nasya membutuhkan darah dan kakak-kakaknya mencari siapa yang cocok serta bersedia mendonorkan darahnya. Saya tanya kepadanya, “Mana adik dan orang tuamu?” Ia menjawab, “Ikut tour ke wali 5 kak.” “Owh, kapan pulang?” dia menjawab, “Ndak tau!” sambil ngambek. Kami pun kurang memperhatikannya karena memang kami sibuk dengan urusan administrasi pendonoran dan penyebaran informasi. Mengingat kondisi yang darurat atas kesehatan adik asuh kami, maka kami mencoba upayakan yang terbaik selanjutnya kehidupan hanyalah Allah Yang Maha Menggenggam.

Malam sudah semakin larut, pukul 20:30 WIB, maka mau atau tidak kami harus pulang ke sanggar untuk menemani adik-adik asuh kami pulang sebelum kami yang pulang. Mereka sudah tampak capek, tetapi Dik Eliana yang dari tadi ngambek malah makin menjadi-jadi. Sedangkan yang lainnya masih tampak ceria walau ada gurat kelelahan di wajah mereka. Lantas kami pun menunggu Angkutan Kota (Angkot) jurusan Bethek, akan tetapi kami menunggu cukup lama. Dik Eliana pun semakin ngambek dan meracau yang tidak-tidak, hingga kami pun menjadi bingung dibuatnya. Kami berusaha menenangkannya, tapi tetap saja membuat suasana cukup panas. Akhirnya, saya pun mencoba mendekatinya, lantas dia pun melontarkan kata-kata yang pedas. Saya berpikir, sekali-kali bahwa anak juga berhak dimarahi dengan marah yang mendidik. Kemudian saya pun berbicara dengannya dengan nada tinggi, lantas berpaling untuk menuju kakak asuh yang lain seraya berdoa kepada Allah agar Dia tidak memberi kepadaku dan juga yang lainnya anak-anak yang demikian sifatnya. Memang dia dikenal sebagai anak yang memiliki ego tinggi, walau dia adalah anak yang cukup baik tanggung jawabnya sehingga kami mengangkatnya sebagai salah satu adik yang kami percaya.
Alhamdulillah setelah menanti cukup lama, angkot pun datang. Setelah masuk, saya sengaja memilih duduk di sebelah persis Dik Eliana, dalam Angkot itu dia saya rangkul dengan persahabatan bagai kakak dengan adiknya sendiri. Kemudian dengan halus saya meminta maaf atas nada tinggi yang saya lontarkan dan menjelaskan apa yang terjadi serta apa keutamaan sabar terhadap apa-apa yang menimpa manusia. Nasehat itu meluncur pelan dan singkat, tetapi Alhamdulillah efeknya cukup besar, dia menundukkan kepalanya dan mulai patuh. Setelah sampai sanggar, kami pun shalat Isya’ kemudian pulang.
Keesokan harinya Dik Eliana SMS saya, dia meminta agar saya membuatkan teks puisi/lirik untuknya karena dia memiliki tugas kesenian dan pelajaran itu merupakan salah satu yang dia tidak sukai. Saya menyanggupi dan adik kandung saya pun menyanggupi untuk membantu membuatnya. Malam harinya, Dik Eliana datang bersama Yunus, adik kandungnya yang baru pulang dari perjalanan tour Wali 5. Mereka datang ke rumah saya dengan menaiki sepeda barunya yang kami hadiahkan kepada mereka karena prestasinya yang gemilang. Saat mereka datang, kami sedang mendengarkan radio dakwah Islamiyah. Setelah saya minta mereka masuk ke dalam rumah, saya dan adik kembali melanjutkan mencatat dengan serius apa yang disampaikan seorang ustad melalui siaran radio tersebut. Waktu itu membahas tentang Tafsir Surah Al-Kahfi, hikmah tentang peristiwa Nabi Musa dan Nabi Khidir. Sedang tamu-tamu cilik kami duduk dengan tenang seraya mendengarkan apa yang disampaikan ustad melalui radio.  
Mereka sabar mendengarkan kajian ustad kami, dan wajah mereka pun tampak menemukan suatu hal yang baru. Hingga kemudian sampailah ustad kami membaca doa, “Waj’al sa’rona ‘ala man tholamana (Dan, balaslah siapa saja yang pernah mendzalimi kami, Ya Allah!).” Doa itu diulang oleh ustad kami selama lebih dari 4 kali, sungguh luar biasa! Setelah selesai, saya pun mencoba menguak sedikit tentang doa itu dan maknanya. Mereka tampak asyik mendengarkan saya bercerita, dan mereka kemudian bersemangat untuk mempelajari agama Islam ini dengan baik saat mendengarkan ceramah yang mengandung tauhid itu. Tidak sebagaimana biasanya, mereka bandel masalah agama. Mengapa??
Hal ini terkuak tatkala adzan Isya’ berkumandang. Saya ajak Dik Yunus untuk shalat di masjid, walau usianya masih 7 atau 8 tahun akan tetapi saya mencoba agar dia mau kuajak ke masjid. Saya tidak menyuruhnya dengan paksa, akan tetapi saya mencoba menawarkan sesuatu padanya, “Mau sholat di mana, masjid atau rumah? Kak Nanda sholat di masjid. Ayo ke masjid sama Kak Nanda, kalau mau di rumah ya sholat sama Mbak Eli dan Mbak Anggun.” Alhamdulillah, dia pun sholat menyertaiku ke masjid karena dia satu-satunya laki-laki dan malu bila harus sholat bersama kakak-kakaknya yang perempuan di rumah. Di tengah perjalanan menuju masjid itulah saya kembali bertanya, “Ke Wali Lima ngapain aja? masuk ke makamnya?” Dia menjawab dengan Bahasa Jawa kasar[4], “Iya Kak, aku ke makamnya Wali Lima.” Di sana ngapain aja?” Dia menjawab, “Membaca (Surah) Yaasiin Kak.” Demi mendengar ini, kaget juga saya, ada juga toh ritual baca-bacaan Yaasiin di dalam cungkup kuburan?
Memang saya pernah diajak ke makam Wali Lima oleh ibu saat masih kecil, tour dalam rangka wisata kelulusan murid-muridnya. Tanggapan saya waktu itu, melelahkan!!! Bagi anak kecil, perjalanan keliling kuburan itu suatu yang menjemukan. Tapi di sisi lain asyik juga liat makam di hias-hias, membayangkan tatkala tidur nyaman di dalam bumi mendapatkan suatu ruangan sejuk dengan pengagungan yang luar biasa, doa-doa mengalir dan macam-macam pikiranku saat itu. Tapi akhirnya toh jemu juga, belum lagi ingat film-film Suzana yang saat itu marak, “Beranak Dalam Kubur” serta film horor “Si Manis Jembatan Ancol” kemudian film-film hantu yang menampilkan pocong, kuntilanak, jerangkong, genderuwo dan lainnya yang sering mengaitkan dengan suasana kuburan. Film-film itu menyebabkan Anak tidak diajak merenungi hakekat kematian, tetapi malah diajak untuk bertahyul dan macam-macam di sekitar kuburan.
Di sisi lain, orang-orang sepuh menuju kuburan dengan niat yang berbeda-beda. Ada yang meminta berkah pada Si Mayit, mengagungkan kuburan/penghuninya yang telah mati untuk mendapat pahala, bertawasul[5] dsb. Padahal Rasulullah mencabut larangan berziarah bukan untuk tujuan mengagungkan kuburan, tetapi untuk mengingat KEMATIAN dan HAKEKAT KEHIDUPAN. Selain itu Rasulullah juga melarang safar untuk zuarah kecuali ke tiga tempat[6].
Dalam perjalanan menuju masjid untuk Shalat Isya’ itulah aku membayangkan masa kecilku dahulu, di mana usiaku mungkin se Dik Yunus. Mungkinkah dia juga berimajinasi sepertiku saat tour ke Wali Lima? Tidur pulas dalam bumi dengan pengagungan, lalu muncul fikiran menakutkan akan keluar dari kubur sesosok makhluk putih berkafan yang meloncat-loncat? Ah, Allahu a’lam, yang jelas Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kamu menjadikan rumah-rumahmu seperti kuburan, karena setan akan lari dari rumah yang dibacakan padanya surat Al-Baqarah.[7]“ Nah, hadits ini pertanda bahwa di kuburan tak boleh membaca Al-Qur’an, andai boleh kenapa Rasulullah tak menyuruh orang hidup meramaikannya dengan bacaan Al-Qur’an? Hadits ini diperkuat dengan hadits lainnya yang melarang tentang membaca Al-Qur’an di perkuburan serta dalil para ulama 4 madzhab yang melarangnya serta berfatwa bahwa membaca Al-Qur’an di kuburan sejatinya ‘tidak diperkenankan’. Entah apakah orang yang membaca artikelku ini menyatakan bahwa penulis orang Wahabiyun, ataukah tuduhan macam-macam? Itu tidak penting! Akan tetapi aku hanya meyakini keyakinanku, berbeda pandangan terserah Anda. Hanya aku meyakini inilah yang rajih dan kuat untuk diamalkan. Maka hendaknya bolehlah saya mengajak adik asuh saya untuk mengamalkan yang sunnah? masalah tuduhan Wahabiyun atau apalah maka itu hak Anda dan Allah adalah sebaik-baik Hakim Yang Maha Adil.
Teringat hadits itu pun aku berkata kepada Dik Yunus, “Adik, alangkah baiknya bila adik berdoa kepada Sunan-sunan itu. ‘Wahai Allah ampunilah dosanya, angkatlah derajadnya dan berikanlah rahmatMu bila memang itu benar-benar kekasihMu.’ Hendaknya ndak membaca Al-Qur’an di kuburan siapapun termasuk para sunan. Maka dia dengan polosnya menjawab dengan Bahasa Jawa kasar, (artinya) “Ndak membaca Al-Qur’an kok Kak, hanya membaca Yaasiin.” Dibuat kaget aku mendengarnya, JADI selama ini Yaasiin menurut pemikiran anak-anak itu bukanlah Al-Qur’an?? Maka aku katakan kepadanya, “Adik, Yaasiin itu apanya Al-Qur’an? Coba Adik buka Al-Qur’an pasti di dalamnya ada Surah yang namanya Yaasiin, jadi Yaasiin itu salah satu surah dalam Al-Qur’an.” Innalillahi wa innailaihi roji’un, seberapa peran orang tua memahamkan anak-anak mereka dan tidak hanya menjalankan ritual-ritual saja.
Mencoba mengingat sebuah kisah yang terjadi pada Dik Eliana, ibunya pernah bercerita bahwa beliau memarahi habis-habisan anaknya karena gurunya telah mengabarkan bahwa raport sekolahnya buruk. Setelah raport diterima, ternyata nilainya baik semuanya, ternyata diketahui bahwa gurunya itu BERCANDA. Bukan ruang mengkritik gurunya ataupun ibunya, tetapi cobalah kita renungkan. Apabila memang orang tua hanya berorientasi kepada ritual dan juga material, tanpa memandang untuk apa hakekat agama ini dalam menegakkan keyakinan, keadilan, akhlak dan maslahat.
LANTAS, sepandai-pandai anak dalam memahami suatu pelajaran ada kalanya anak itu tidak mahir dalam pelajaran yang lainnya. Boleh jadi dia pun mahir dalam satu bidang, tapi tidak dalam satu bidang yang membahas bab lainnya. Contohnya, penulis dahulu sangat mahir dalam hal materi sudut dalam Matematika akan tetapi lemah dalam hal geometri serta dakam hal kesenian. Begitu juga dengan Dik Eliana, boleh jadi dia dikenal pandai saat SMP memahami matematika, tapi bukan hal kesenian kan dan juga bab tertentu dalam pembahasan materi matematika? Maka apakah bila nilainya buruk tapi hasil dari kejujurannya lantas dimarahi habis-habisan, apakah ibunya akan menghilangkan sifat jujurnya hingga dia menjadi anak pendusta yang curang? Lantas, apakah nilai yang bagus dari hasil kecurangan anak dan kedustaannya orang tua memuji-mujinya bahkan menyanjungnya di hadapan orang lain? DEMI ALLAH saat ini banyak orang tua yang demikian, hanya dilihat POKOKNYA NILAI harus mendapat bagus!
Ah, TEORI bila orang tua menekankan kejujuran, keikhlasan namun tatkala sang anak mendapatkan nilai buruk walau jujur mayoritas mendapatkan MARAH dan ANCAMAN orang tuanya. Begitupula gurunya, marah-marah dengan nilai muridnya yang jujur, kapasitas belajar digunakan dalih dan alasan. Anak kecil memang suka main, tetapi waktu bermainnya dahulu HABIS digunakan untuk belajar di sekolah dan diharuskan mentaati berbagai peraturan. Sedangkan saat-saat usia baligh, dimana tanggung jawab sudah mulai diemban dia justru melampiaskan masa kecilnya dengan BERMAIN sepuasnya dan tidak mau belajar. Belum lingkungannya yang mendukung mereka untuk melepaskan diri dari jeratan pendidikan semasa pertumbuhannya. Bermain sambil berlajar, merupakan metode yang baik akan tetapi PERCUMA bila jauh dari agama.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan orang tua untuk mengajaknya shalat di saat umur 7 tahun, dan memukul dengan pukulan mendidik bila tidak mau sholat di usia 10 tahun. Lantas, apakah hal ini dilakukan oleh para orang tua kebanyakan saat ini? Hampir pasti sedikit yang mengamalkannya. Lantas dikemanakan SUNNAH RASULULLAH MUHAMMAD Shalallahu ‘alaihi wa sallam? Apakah agama ini hanya sebatas ritual, sholat untuk menggugurkan kewajiban, sholat sunnah Dhuha untuk menambah rizki dagangan agar laris, Puasa Sunnah Senin dan Kamis untuk mendapatkan lancar jodoh lancar pula ujiannya, membaca mujarabat untuk melancarkan pensil ujian memilih sendiri jawaban yang benar, hingga ritual aneh-aneh untuk lulus sekolah dengan nilai yang baik? MATERIALISME telah direngkuh dengan kedok agama, padahal Akherat itu jauh lebih kekal daripada dunia ini. Allah berfirman, “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.[8]
Maka sebaik-baik perkara adalah menjalankan Agama Islam sesuai dengan porsinya yaitu apa yang telah diterangkan Allah dan RasulNya dalam masalah ibadah. Tidak pula menjadikan alat untuk menambah materi belaka. Hingga karena inginnya kita merengkuh banyak materi maka ritual ibadah pun ditambah-tambah sendiri tanpa ‘SEIJIN’ Allah, sehingga tidak sesuai dengan ajaran yang dibawa oleh utusanNya shalallahu ‘alaihi wa sallam yang murni. Begitupula muamalat, harus sabar dan ikhlas untuk mendapatkan apa yang ingin diraih, lakukan apa saja yang bisa kita lakukan selama tidak ada dalil yang melarangnya. Hanya saja perlu akhlak dan perilaku yang baik, sabar dan tawakal kepada Allah dan hindari sifat egois dalam memenuhi kebutuhan diri kita sendiri. Bentuk sifat simpati, kembangkan sifat empati dengan tidak memandang ‘cover’ materi sebagai patokan keberhasilan, seperti NILAI RAPORT, UJIAN serta KELULUSAN.
Alangkah baiknya, seorang anak yang TIDAK LULUS UJIAN AKHIR NASIONAL akan tetapi dia telah belajar dengan tekun dan disiplin. Saat ujian pun dia tidak mencontek dan berusaha keras jujur, kemudian setelah mengetahui nilainya yang ‘gagal’ di mata manusia, dia kembalikan kepada Allah. Tiada yang sia-sia dari apa yang Allah tentukan, PASTI ada hikmah di dalamnya. SEDIH adalah wajar, akan tetapi menyalahkan Allah tatkala gagal adalah suatu hal yang keji dan tidak dapat diterima karena Allah Maha Baik. Betapa banyak anak yang SUKSES menjadi pengusaha tatkala bangkrut dalam usaha awalnya. Betapa banyak anak menjadi siswa dengan nilai UNAS tertinggi di sekolahnya tatkala di saat ujian pertamanya dia tidak lulus, akhirnya dia pun mengulang pelajaran yang sama sehingga jauh lebih faham atas apa yang dia pelajari.
Maka, marilah kita didik anak-anak kita, adik-adik kita serta murid-murid kita untuk bertauhid mengesakan Allah. Sehingga dengan TAUHID yang benar mereka akan memiliki AQIDAH/keyakinan yang benar tentang agama Islam hingga mereka pun mencintainya. Bila mereka cinta kepada Islam, maka mereka pun ingin mempelajarinya dan mengamalkannya dalam kehidupannya dengan sabar. Maka, semoga Allah akan menurunkan rahmatNya, keselamatanNya dan barakahNya pada kita semua. Aamiin.
Akhirnya, semua hanyalah milik Allah dan kepadaNya lah semua akan kembali.
Allahu a’lam.
Malang, 29 Jumadil Awwal 1434 / 10 April 2013
@nd.

Untuk mengunduh file PDF:

Disponori oleh:
Training & Motivation "CAHAYA HATI"



[1] Suatu kabar yang disandarkan pada Sahabat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Tentu kabar itu juga karena mereka mendengar keterangan dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, karena kalau tidak maka tidak mungkin ada keterangan seperti demikian. Hal ini menunjukkan penjagaan para sahabat terhadap syariat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam.
[2] Dirujuk dari Kitab Tafsir Ibnu Katsir Jilid 4. Tafsir Surat Yunus: 18&19. Hal 257.
[3] HR. Malik, di dalam kitab Al-Muwaththo’, no: 376.
[4] Ini juga merupakan salah satu akhlak yang hilang dari anak didik di negeri ini.
[5] Berdoa kepada Allah melalui perantara, dalam hal ini melalui perantara mayat/kuburan dari Sang Wali.
[6]Safar untuk berziarah hanyalah boleh dilakukan ke tiga masjid: Masjidil Ka’bah (Masjidil Haram), Masjidku (Nabawi) dan Masjid Iliya’ (Baitul Maqdis)”. (HR. Muslim dalam Shahihnya no 1397).
[7] HR Muslim
[8]Al-Qur’an, Surah Al-Kahf: 46
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Berdiskusi...Tangan Kami Terbuka Insya Allah