بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
PENTINGNYA
DAKWAH KEPADA TUNAS GENERASII MUDA
didukung oleh: Trainer and Motivation "Cahaya Hati"
http://swaranda.blogspot.com/p/blog-page.html
Segala Puji Bagi Allah, Tuhan Semesta
Alam yang telah menciptakan manusia dari satu generasi ke generasi, satu tahap
ke tahap yang lain. Dialah yang menggilirkan umat dan Dialah yang Menghidupkan
serta yang Mematikan para hambaNya. Semoga shalawat serta salam tetap
tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad beserta keluarga Beliau, para sahabat
Beliau serta umat yang mengikuti Beliau sesuai sunnah Beliau hingga akhir
zamman. Amma ba’d.
Terlintas dari benakku, tatkala pada
suatu malam aku berpikir bahwa perjuangan membangun masyarakat ini bukanlah hal
yang sepele. Membangun kekuatan negara itu juga bukan semudah membalik tangan. Perlu
kekuatan yang kokoh untuk mempertahankan wilayah, negeri atau kehormatan, perlu
semangat yang berkobar untuk menegakkan panji-panji agama Islam serta
kebenaran. Semua itu tidak akan mampu dilaksanakan kecuali pada tangan-tangan
para pemuda dan pemudi Kaum Muslimin semuanya.
Mengapa harus pemuda/i? pertanyaan ini
sebenarnya secara singkat mudah saja dijawab, karena sunatullah telah
menetapkan bahwa pemuda memiliki fisik yang prima dan saat itulah masa-masa
kekuatan berkumpul pada raganya. Sedangkan jiwanya penuh dengan ambisi,
semangat dan keberanian yang masih menggelora. Berbeda tatkala usia telah
menginjak senja, pemikirannya telah menurun, semangatnya melemah dan fisiknya
pun mencapai saat untuk istirahat[1].
Dan inilah sunatullah yang ditetapkan atas manusia yang masih hidup di
dunia.
Dalam sejarah kebangkitan Islam, peran
pemuda sangat vital dalam mendobrak kemajuan dan perjuangan mempertahankan
aqidah serta kehormatan agama. Dalam sejarah perluasan Islam pun, peran pemuda
sangat vital guna melaksanakan visi dakwah menyebarkan cahaya Ilahi di bawah
panji-panji Laa ilaha ilallah. Dalam perjuangan membela kehormatan
Islam, tatkala kedaulatan dalam beragama dan bermasyarakat diganggu oleh
musuh-musuh Allah, RasulNya dan kaum Muslimin, peran pemuda pun sangat vital
untuk menggempur mundur bahkan menguasai wilayah-wilayah yang tidak menjadi hak
mereka. Dalam sejarah awal turunnya Al-Qur’an dan awal dakwah Rasulullah pun,
seorang pemuda bernama Ali ibn Abi Thalib, Bilal ibn Rabbah, Ammar ibn Yassir, serta pemuda-pemuda lainnya radhiyallahu
‘anhuma ajma’in menjadi sosok yang meneguhkan khormatan dan kebenaran
cahaya Ilahi. Mereka rela diancam, diboikot, disiksa, disuruh bertempur bahkan rela dibunuh atau terbunuh untuk mempertahankan keteguhan hak
asasi dan kehormatan mereka, yaitu mengakui “Tiada Ilah (sesembahan) yang
berhak disembah dengan sebenar-benar penyembahan kecuali Allah Ta’ala,
yang tiada sekutu bagiNya. Serta Muhammad ibn Abdillah Shalallahu ‘alaihi
wasallam adalah utusanNya.”
Dari kalimat Syahadatain inilah
kehormatan manusia tertancap, kesejahteraan terjaga, keselamatan terjamin dan
kemerdekaan terpenuhi. Para pemuda itu tahu, bagaimana peran mereka untuk
mempertahankan kalimat sakral tersebut bukan hanya diucapkan, akan tetapi
direnungkan dalam hati, diamalkan, dan DIPERTAHANKAN. Inilah yang menjadi
catatan gemilang hingga Allah Ta’ala meridhoi Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wasallam bersama-sama para sahabatnya yang diberi kemampuan menaklukkan Kota Mekah. Di mana saat itu Mekah merupakan pusat kemusyrikan, kemudian atas izin Allah mereka mengubahnya menjadi Kota Suci
Kaum Muslimin serta pusat peradaban.
Pada perjalanannya, Islam pun kembali memiliki
pemuda-pemuda yang tangguh. Mulai dari Khalid ibn Walid, di usia yang belia dengan gemilang dia
maju bergerak untuk mengacaukan pasukan Romawi dan Persia, dua kekuatan raksasa
saat itu. Jaman pun berganti, pemuda semacam Solahuddin al Ayubbi yang
menaklukkan Al-Quds atas Kaum Nasrani yang juga disegani kawan maupun lawan[2].
Serta muncul lagi sosok pemuda yang dikabarkan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wasallam jauh sebelum kelahirannya, yaitu Muhammad Sang Penakluk (Muhammad Al-Faatih)
yang jiwa mudanya bergelora karena motivasi langsung dari Rasulullah Muhammad Shalallahu
‘alaihi wasallam, padahal Rasulullah telah meninggal dunia jauh-jauh hari
sebelum Konstantin ditaklukkan olehnya[3].
Kini...
Kini kita ketahui semuanya, bahwa
seakan-akan cahaya Islam surut walaupun tentu Allah masih menurunkan Ath-Tahaaifah
Al-Manshurrah[4]. Para pemudanya
secara mayoritas sibuk dengan urusan dunia, bahkan ada di antara mereka yang
bergelimang dalam kemaksiatan. na’udzubillah tsumma na’udzubillah.
Khususnya di Indonesia, sejarah
kemerdekaan ini sangat panjang wahai kawan! Maka janganlah kau sia-siakan! Kita juga telah mengenal bahwa sejarah
kemerdekaan ini karena Allah memberikan karunia atas pemuda-pemuda yang beriman
dan bertakwa, tangguh dan bersahaja. Indonesia tidak akan mampu merdeka tanpa
adanya para santri-santri dan juga peran para ulama yang menggembleng santrinya dengan ikhlas dan disiplin.
Begitu juga dengan Jenderal Soedirman tatkala memimpin perang gerilya.
Sebelumnya, beliau dan teman-temannya adalah seorang santri yang belajar
menggenggam senapan tempur sederhana. Akhirnya beliau rahimahullah ta’ala
pun rela bertempur mati-matian di atas tandu bersama para prajuritnya.
Kawan...
Indonesia tak kan merdeka, tanpa
kenekatan para pemuda yang berhasil menculik dan meyakinkan Bung Karno serta tokoh-tokoh RI pada saat itu. Memang
itulah pemuda, sukanya nekat, tapi kalau memang itu untuk kebaikan apa salah mereka untuk mendobrak
sebuah jalan kemerdekaan? Bagaimana
keberanian Bung Tomo dalam berteriak “ALLAHU AKBAR!” pada medan jihadnya di
Radio RRI saat pasukan pemuda yang lain juga mempertaruhkan
nyawanya di depan Hotel Yamato yang diduduki tentara gabungan Belanda dan Inggris. Padahal saat itu negeri ini (khususnya di Surabaya)
mendapat ancaman digempur habis-habisan secara serentak dari darat, laut dan
udara. Tapi? mereka tak gentar sedikit pun, hingga Inggris dan Belanda
kewalahan. ALLAHU AKBAR!
Kini...
Pemuda kita khususnya di Indonesia sibuk mengejar
mimpi-mimpi mereka. Mimpi apakah mereka hingga mereka tak sadar bahwa di depan
pintu mereka ada malaikat maut siap mencabut nyawanya? Mimpi apa mereka hingga
tak sadar bahwa Yahudi, Nasrani, Syi’ah dan aliran sesat lainnya siap
menghantarkan kita ke lembah kemusyrikan padahal semua semesta bersujud hanya
kepada Allah saja? Mimpi apakah mereka, hingga tatkala mereka telah masuk ke lembah
kemusyrikan mereka “cuek” terhadap Tuhannya, padahal seluruh langit dan bumi
mulai dari bintang-gemintang yang sangat besar hingga dzarrah (atom) bersujud
kepada Allah saja? Relakah saudara-saudara kita yang mengaku Islam (akan tetapi melakukan penyelewengan) dihinakan oleh Allah kemudian
diejek oleh seluruh makhluk pada akhir zamman nanti?
Sebagai kaum Muslimin yang meyakini
bahwa Islam adalah agama rahmatalil ‘alamin, tentu kita tak rela bila
anak Adam disisihkan oleh Iblis Laknatullah ke dalam kelompok terpencil yang
dihinakan oleh seluruh makhluk langit dan bumi. Kita berusaha mengajak mereka
masuk ke dalam jama’ah alam semesta, yaitu jama’ah yang mentauhidkan Allah Ta’ala
dengan menggenggam segala perintahnya, mengajarkan mereka berbudi pekerti sesuai
syariat Islam, dan tentu saja membangun pemuda yang tangguh, jenius serta gagah
berani melindungi kehormatan Islam dan Kaum Muslimin.
Wahai kawan...
Jangan kau bermimpi Islam ini dapat
tegak lurus kembali sebagaimana jaman Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam
dan para sahabat radhiyallahu ‘anhum apabila kita tidak memperhatikan
anak-anak kaum Muslimin!!!
Jagan kau bermimpi dakwah ini dapat
menyebar tatkala kau cuek terhadap pertumbuhan anak-anak mereka! Jangan kau
bermimpi bahwa kejayaan Islam bisa tegak sebelum kau menyatukan hati-hati anak-anak
mereka! Jangan kau bermimpi Panji Ar-Roya dan Al-Liwa bisa berkibar tatkala
kau acuh terhadap isu yang menimpa anak-anak mereka! Jangan kau bermimpi mereka
menjadi penolong agama Allah tatkala kau tidak mau menolong akidah mereka!
Jangan kau berangan-angan mereka menjadi kekasih Allah Ta’ala tatkala
kau tak mengasihi mereka! Jangan kau membayangkan mereka akan menjalankan
Sunnah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam tatkala kau lari dari
tanggung jawab mengajarkan sunnah kepada mereka secara lembut! Jangan kau
bermimpi masjid-masjid menjadi basis kekuatan, tatkala kau pun tak
memakmurkannya! ‘aina antum yaa shabaab? ‘aina antum yaa ‘alim? ‘aina
antum yaa thalib al-‘ilm? ‘aina antum yaa Mu’minun?
Inilah yang membuat kami ingin berbagi
bersama adik-adikku di Komunitas Kadiksuh. Jarang aku lihat mereka yang terjun dengan
istiqomah membina mereka yang ada di jalanan, yang ada di kampung-kampung, yang
ada di kolong jembatan dan di pasar-pasar. Adapun di antara mereka yang terjun
dengan ikhlas dapat dihitung dengan jari.
Ada di antara mereka yang terjun tapi
tidak membawa cahaya Ilahi, justru membawa kesumpekan bagi kehidupan anak-anak
kaum Muslimin. Mereka hanya menawarkan tawaran semu, yaitu tawaran harta,
sekolah untuk cari duit serta mungkin juga tawaran terampil untuk bisa cari
makan. Hanya itu? yah, kemungkinan besar hanya itu. Kalau toh ada yang lain,
tak lepas dari kebutuhan materi belaka. Itu “MAYORITAS”. So, tentu ada juga
yang ndak!
Mending wahai kawan kalau hanya itu...
Ada juga di antara para penggiat sosial
yang tak sadar bahwa mereka terjun kepada adik-adik jalanan, adik-adik
perkampungan dan adik-adik yang butuh pendidikan dengan menebarkan racun-racun
musuh-musuh Allah. Mereka mengusung demokrasi dan mengajarkan anak/adik
didiknya menjadi anak yang berkuasa dengan modal kekuatan jumlah dan kekuatan
bicara. Mereka mengusung liberalisasi dan kebebasan yang tidak tahu apa
hakikatnya kebebasan itu, hingga setelah dewasa anak/adik didikanya tampak
sebagai pembangkang arturan yang nyata. Mereka mengusung materialisme hingga
mereka tak sadar bahwa tatkala besar nanti atau paling tidak saat mereka sudah
membutuhkan materi itu, anak/adik didiknya menjadi buta terhadap halal dan
haram. Ingatlah hai kawanku, bahwa berperang dengan Allah, tak kan mungkin bisa
menang kecuali Allah memberikan kesempatan sebentar saja tuk menghirup nafas
lega di dunia. Ah...dunia, paling-paling usia manusia sepanjang 100 tahun pun
mentok saat ini, dan juuarang banget.
Dan tahukan yang paling
mengenaskan?!?!?!
Mereka mengusung kebebasan beragama,
hingga tanpa sadar anak/adik didiknya telah mendustakan ayat-ayat Allah. Mereka
akan menyesal ketika belenggu dan rantai dipasang di leher mereka, seraya
mereka diseret, ke dalam air yang sangat panas, kemudian
mereka dibakar dalam api, kemudian dikatakan kepada mereka:
"Manakah berhala-berhala yang selalu kamu persekutukan, (yang kamu sembah) selain
Allah?" Mereka menjawab: "Mereka telah hilang lenyap dari kami,
bahkan kami dahulu tiada pernah menyembah sesuatu". Seperti demikianlah
Allah menyesatkan orang-orang kafir[5].
Maka, nikmat Allah Ta’ala datang
padaku tatkala salah satu sahabat terbaikku Arga Adi Yuwono, SE mengajakku
untuk mengisi tausiyyah di sanggar bacanya. Saat aku turun langsung ke
lapangan, aku kagum sekali dengan semangat adik-adik sore itu. Tampak keceriaan
mereka dan keramahan mereka kepada ‘kakak-kakak’ pengasuhnya begitu ceria. Jangankan
kakak-kakak pengasuh mereka, kepadaku yang baru kenal saja mereka sudah mencoba
mengakrabkan diri. “Luar biasa!” pikirku. Biasanya anak-anak itu malu-malu,
takut dan tak mudah bergaul pada awal-awalnya. Tapi keceriaan mereka membuatku
terbuka, bahwa mereka punya potensi untuk maju. Keceriaan dan keakraban mereka
bukan main-main bila dibina dan digali lebih jauh. Itulah simpatiku pertama
kali kepada Sanggar Baca Darul Musthofa (Sebelum Terbentuk Komunitas Kadiksuh).
Itu pulalah awal jatuh cintaku kepada
dunia pendidikan nonformal kepada anak-anak. Sedangkan aku juga melihat
rumah-rumah warga yang sangat rapat sekali. Kemiskinan sangat tampak dari sisi materi.
Bila kita melihat di jalan besar mungkin
tak tampak pemandangan demikian, akan tetapi tatakala kita turun ke
lembah-lembah dan pinggiran sungai tampak sekali hawa-hawa problematika
masyarakat itu semerbak. Akan tetapi aku tak sanggup menciumnya saat itu, yang
kucium adalah aroma kecintaan antara mereka, kebersatuan dan kerukunan. Bagaimana
tidak? aku dikerumuni oleh adik-adik yang bersalaman denganku dan menanyakan
siapa namaku, aku pun berkenalan dengan mereka. Tatkala aku memberikan wacana
indahnya silaturahim kepada warga masyarakat, aku melihat banyak sekali adik
yang hadir didampingi kakaknya, juga berdampingan bersama orang tua mereka. Tampak
akrab dan rukuuuun begitu... ^-^
Tapi...
Apakah memang demikian?
Itulah kisah-kisah yang akan aku
sampaikan pada episode berkutnya insya Allah. Mau tahu lebih dalam dan
banyak???
Makanya, gabung yuks di Komunitas Kakak Adik Asuh
(Komunitas Kadiksuh). Insya Allah dapat menambah ilmu dan juga bahan renungan
kita di sepertiga malam terakhirnya. Alangkah bersyukurnya kita dibesarkan di
lingkungan yang indah dan nyaman... ^-^
Komunitas Kadiksuh...
“Dengan Asma Allah. Berguna Bagi Negeri, Membangun Sejuta
Mimpi”
Disusun di Malang
Tanggal 7 Sya’ban 1433 / 26 Juni 2012
Format PDF:
[1]
Abu Muawiyah. 2009. Pemuda Dalam Islam. (Online) http://al-atsariyyah.com/pemuda-dalam-islam.html.
26 Juni 2012.
[2]
Andri, K. 2011. Perang Salib, Prespektif, Historis, dan Empiris. Markaz
Dakwah: Malang.
[3]
Motivasi ini diambil dari Hadits yang diriwayatkan dari Abu Qubail, ia berkata:
“Kami pernah berada di sisi Abdullah bin Amr bin al-Ash, ia ditanya: “Yang
manakah diantara dua kota yang akan ditaklukan lebih dahulu, Konstantinopel
atau Roma?” , kemudian Abdullah meminta peti
kitabnya yang masih tertutup. Abu Qubail berkata: “Kemudian ia mengeluarkan sebuah
kitab dari padanya. Lalu Abdullah berkata: ‘Ketika kami sedang menulis di
sekeliling Rasulullah SAW tiba-tiba beliau ditanya: ‘Yang manakah diantara dua
kota yang akan ditaklukkan terlebih dahulu, Konstantinopel atau Roma?” Kemudian
Rasulullah menjawab: “Kota Heraklius akan ditaklukkan terlebih dahulu, yakni
Konstantinopel.” (Disarikan dari http://harakatuna.wordpress.com/2008/09/15/episode-panjang-menuju-penaklukan-konstantinopel/).
[4] Golongan
orang-orang yang selamat berdasarkan keterangan dari Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wasallam, “Akan senantatiasa ada segolongan dari
umatku yang tegak memperjuangkan kebenaran, dan mereka tidak akan
terpengaruh dengan orang-orang yang memusuhi dan memerangi mereka”.(HR Muslim).
terpengaruh dengan orang-orang yang memusuhi dan memerangi mereka”.(HR Muslim).
[5]
Al-Qur’an, Surat Al-Mu’min: 71-74
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Berdiskusi...Tangan Kami Terbuka Insya Allah