KAJIAN ISLAM DAN KARYA PENA

KAJIAN ISLAM YANG MEMUAT HAL-HAL BERKAITAN TENTANG PENGETAHUAN ISLAM BAIK SADURAN ATAU KARYA ASLI. BAIK HAL AKIDAH, MUAMALAT, FIKIH ATAUPUN TASKIYATUN NUFS (PENYUCIAN HATI)

JUGA KARYA PENA UMUM BERUPA PUISI CERPEN DAN KARANGAN ATAU ILMU PENGETAHUAN UMUM DAN PENELITIAN ILMIAH

Jumat, 05 April 2013

PENTINGNYA DAKWAH PADA TUNAS GENERASI MUDA

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
PENTINGNYA DAKWAH KEPADA TUNAS GENERASII MUDA
didukung oleh: Trainer and Motivation "Cahaya Hati"
http://swaranda.blogspot.com/p/blog-page.html
Segala Puji Bagi Allah, Tuhan Semesta Alam yang telah menciptakan manusia dari satu generasi ke generasi, satu tahap ke tahap yang lain. Dialah yang menggilirkan umat dan Dialah yang Menghidupkan serta yang Mematikan para hambaNya. Semoga shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad beserta keluarga Beliau, para sahabat Beliau serta umat yang mengikuti Beliau sesuai sunnah Beliau hingga akhir zamman. Amma ba’d.
Terlintas dari benakku, tatkala pada suatu malam aku berpikir bahwa perjuangan membangun masyarakat ini bukanlah hal yang sepele. Membangun kekuatan negara itu juga bukan semudah membalik tangan. Perlu kekuatan yang kokoh untuk mempertahankan wilayah, negeri atau kehormatan, perlu semangat yang berkobar untuk menegakkan panji-panji agama Islam serta kebenaran. Semua itu tidak akan mampu dilaksanakan kecuali pada tangan-tangan para pemuda dan pemudi Kaum Muslimin semuanya.
Mengapa harus pemuda/i? pertanyaan ini sebenarnya secara singkat mudah saja dijawab, karena sunatullah telah menetapkan bahwa pemuda memiliki fisik yang prima dan saat itulah masa-masa kekuatan berkumpul pada raganya. Sedangkan jiwanya penuh dengan ambisi, semangat dan keberanian yang masih menggelora. Berbeda tatkala usia telah menginjak senja, pemikirannya telah menurun, semangatnya melemah dan fisiknya pun mencapai saat untuk istirahat[1]. Dan inilah sunatullah yang ditetapkan atas manusia yang masih hidup di dunia.
Dalam sejarah kebangkitan Islam, peran pemuda sangat vital dalam mendobrak kemajuan dan perjuangan mempertahankan aqidah serta kehormatan agama. Dalam sejarah perluasan Islam pun, peran pemuda sangat vital guna melaksanakan visi dakwah menyebarkan cahaya Ilahi di bawah panji-panji Laa ilaha ilallah. Dalam perjuangan membela kehormatan Islam, tatkala kedaulatan dalam beragama dan bermasyarakat diganggu oleh musuh-musuh Allah, RasulNya dan kaum Muslimin, peran pemuda pun sangat vital untuk menggempur mundur bahkan menguasai wilayah-wilayah yang tidak menjadi hak mereka. Dalam sejarah awal turunnya Al-Qur’an dan awal dakwah Rasulullah pun, seorang pemuda bernama Ali ibn Abi Thalib, Bilal ibn Rabbah, Ammar ibn Yassir, serta pemuda-pemuda lainnya radhiyallahu ‘anhuma ajma’in menjadi sosok yang meneguhkan khormatan dan kebenaran cahaya Ilahi. Mereka rela diancam, diboikot, disiksa, disuruh bertempur bahkan rela dibunuh atau terbunuh untuk mempertahankan keteguhan hak asasi dan kehormatan mereka, yaitu mengakui “Tiada Ilah (sesembahan) yang berhak disembah dengan sebenar-benar penyembahan kecuali Allah Ta’ala, yang tiada sekutu bagiNya. Serta Muhammad ibn Abdillah Shalallahu ‘alaihi wasallam adalah utusanNya.”
Dari kalimat Syahadatain inilah kehormatan manusia tertancap, kesejahteraan terjaga, keselamatan terjamin dan kemerdekaan terpenuhi. Para pemuda itu tahu, bagaimana peran mereka untuk mempertahankan kalimat sakral tersebut bukan hanya diucapkan, akan tetapi direnungkan dalam hati, diamalkan, dan DIPERTAHANKAN. Inilah yang menjadi catatan gemilang hingga Allah Ta’ala meridhoi Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersama-sama para sahabatnya yang diberi kemampuan menaklukkan Kota Mekah. Di mana saat itu Mekah merupakan pusat kemusyrikan, kemudian atas izin Allah mereka mengubahnya menjadi Kota Suci Kaum Muslimin serta pusat peradaban.
Pada perjalanannya, Islam pun kembali memiliki pemuda-pemuda yang tangguh. Mulai dari Khalid ibn Walid, di usia yang belia dengan gemilang dia maju bergerak untuk mengacaukan pasukan Romawi dan Persia, dua kekuatan raksasa saat itu. Jaman pun berganti, pemuda semacam Solahuddin al Ayubbi yang menaklukkan Al-Quds atas Kaum Nasrani yang juga disegani kawan maupun lawan[2]. Serta muncul lagi sosok pemuda yang dikabarkan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam jauh sebelum kelahirannya, yaitu Muhammad Sang Penakluk (Muhammad Al-Faatih) yang jiwa mudanya bergelora karena motivasi langsung dari Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam, padahal Rasulullah telah meninggal dunia jauh-jauh hari sebelum Konstantin ditaklukkan olehnya[3].
Kini...
Kini kita ketahui semuanya, bahwa seakan-akan cahaya Islam surut walaupun tentu Allah masih menurunkan Ath-Tahaaifah Al-Manshurrah[4]. Para pemudanya secara mayoritas sibuk dengan urusan dunia, bahkan ada di antara mereka yang bergelimang dalam kemaksiatan. na’udzubillah tsumma na’udzubillah.
Khususnya di Indonesia, sejarah kemerdekaan ini sangat panjang wahai kawan! Maka janganlah kau sia-siakan! Kita juga telah mengenal bahwa sejarah kemerdekaan ini karena Allah memberikan karunia atas pemuda-pemuda yang beriman dan bertakwa, tangguh dan bersahaja. Indonesia tidak akan mampu merdeka tanpa adanya para santri-santri dan juga peran para ulama yang menggembleng santrinya dengan ikhlas dan disiplin. Begitu juga dengan Jenderal Soedirman tatkala memimpin perang gerilya. Sebelumnya, beliau dan teman-temannya adalah seorang santri yang belajar menggenggam senapan tempur sederhana. Akhirnya beliau rahimahullah ta’ala pun rela bertempur mati-matian di atas tandu bersama para prajuritnya.
Kawan...
Indonesia tak kan merdeka, tanpa kenekatan para pemuda yang berhasil menculik dan meyakinkan Bung Karno serta tokoh-tokoh RI pada saat itu. Memang itulah pemuda, sukanya nekat, tapi kalau memang itu untuk kebaikan apa salah mereka untuk mendobrak sebuah jalan kemerdekaan?  Bagaimana keberanian Bung Tomo dalam berteriak “ALLAHU AKBAR!” pada medan jihadnya di Radio RRI saat pasukan pemuda yang lain juga mempertaruhkan nyawanya di depan Hotel Yamato yang diduduki tentara gabungan Belanda dan Inggris. Padahal saat itu negeri ini (khususnya di Surabaya) mendapat ancaman digempur habis-habisan secara serentak dari darat, laut dan udara. Tapi? mereka tak gentar sedikit pun, hingga Inggris dan Belanda kewalahan. ALLAHU AKBAR!
Kini...
Pemuda kita khususnya di Indonesia sibuk mengejar mimpi-mimpi mereka. Mimpi apakah mereka hingga mereka tak sadar bahwa di depan pintu mereka ada malaikat maut siap mencabut nyawanya? Mimpi apa mereka hingga tak sadar bahwa Yahudi, Nasrani, Syi’ah dan aliran sesat lainnya siap menghantarkan kita ke lembah kemusyrikan padahal semua semesta bersujud hanya kepada Allah saja? Mimpi apakah mereka, hingga tatkala mereka telah masuk ke lembah kemusyrikan mereka “cuek” terhadap Tuhannya, padahal seluruh langit dan bumi mulai dari bintang-gemintang yang sangat besar hingga dzarrah (atom) bersujud kepada Allah saja? Relakah saudara-saudara kita yang mengaku Islam (akan tetapi melakukan penyelewengan) dihinakan oleh Allah kemudian diejek oleh seluruh makhluk pada akhir zamman nanti?
Sebagai kaum Muslimin yang meyakini bahwa Islam adalah agama rahmatalil ‘alamin, tentu kita tak rela bila anak Adam disisihkan oleh Iblis Laknatullah ke dalam kelompok terpencil yang dihinakan oleh seluruh makhluk langit dan bumi. Kita berusaha mengajak mereka masuk ke dalam jama’ah alam semesta, yaitu jama’ah yang mentauhidkan Allah Ta’ala dengan menggenggam segala perintahnya, mengajarkan mereka berbudi pekerti sesuai syariat Islam, dan tentu saja membangun pemuda yang tangguh, jenius serta gagah berani melindungi kehormatan Islam dan Kaum Muslimin.
Wahai kawan...
Jangan kau bermimpi Islam ini dapat tegak lurus kembali sebagaimana jaman Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat radhiyallahu ‘anhum apabila kita tidak memperhatikan anak-anak kaum Muslimin!!!
Jagan kau bermimpi dakwah ini dapat menyebar tatkala kau cuek terhadap pertumbuhan anak-anak mereka! Jangan kau bermimpi bahwa kejayaan Islam bisa tegak sebelum kau menyatukan hati-hati anak-anak mereka! Jangan kau bermimpi Panji Ar-Roya dan Al-Liwa bisa berkibar tatkala kau acuh terhadap isu yang menimpa anak-anak mereka! Jangan kau bermimpi mereka menjadi penolong agama Allah tatkala kau tidak mau menolong akidah mereka! Jangan kau berangan-angan mereka menjadi kekasih Allah Ta’ala tatkala kau tak mengasihi mereka! Jangan kau membayangkan mereka akan menjalankan Sunnah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam tatkala kau lari dari tanggung jawab mengajarkan sunnah kepada mereka secara lembut! Jangan kau bermimpi masjid-masjid menjadi basis kekuatan, tatkala kau pun tak memakmurkannya! ‘aina antum yaa shabaab? ‘aina antum yaa ‘alim? ‘aina antum yaa thalib al-‘ilm? ‘aina antum yaa Mu’minun?
Inilah yang membuat kami ingin berbagi bersama adik-adikku di Komunitas Kadiksuh. Jarang aku lihat mereka yang terjun dengan istiqomah membina mereka yang ada di jalanan, yang ada di kampung-kampung, yang ada di kolong jembatan dan di pasar-pasar. Adapun di antara mereka yang terjun dengan ikhlas dapat dihitung dengan jari.
Ada di antara mereka yang terjun tapi tidak membawa cahaya Ilahi, justru membawa kesumpekan bagi kehidupan anak-anak kaum Muslimin. Mereka hanya menawarkan tawaran semu, yaitu tawaran harta, sekolah untuk cari duit serta mungkin juga tawaran terampil untuk bisa cari makan. Hanya itu? yah, kemungkinan besar hanya itu. Kalau toh ada yang lain, tak lepas dari kebutuhan materi belaka. Itu “MAYORITAS”. So, tentu ada juga yang ndak!
Mending wahai kawan  kalau hanya itu...
Ada juga di antara para penggiat sosial yang tak sadar bahwa mereka terjun kepada adik-adik jalanan, adik-adik perkampungan dan adik-adik yang butuh pendidikan dengan menebarkan racun-racun musuh-musuh Allah. Mereka mengusung demokrasi dan mengajarkan anak/adik didiknya menjadi anak yang berkuasa dengan modal kekuatan jumlah dan kekuatan bicara. Mereka mengusung liberalisasi dan kebebasan yang tidak tahu apa hakikatnya kebebasan itu, hingga setelah dewasa anak/adik didikanya tampak sebagai pembangkang arturan yang nyata. Mereka mengusung materialisme hingga mereka tak sadar bahwa tatkala besar nanti atau paling tidak saat mereka sudah membutuhkan materi itu, anak/adik didiknya menjadi buta terhadap halal dan haram. Ingatlah hai kawanku, bahwa berperang dengan Allah, tak kan mungkin bisa menang kecuali Allah memberikan kesempatan sebentar saja tuk menghirup nafas lega di dunia. Ah...dunia, paling-paling usia manusia sepanjang 100 tahun pun mentok saat ini, dan juuarang banget.
Dan tahukan yang paling mengenaskan?!?!?!
Mereka mengusung kebebasan beragama, hingga tanpa sadar anak/adik didiknya telah mendustakan ayat-ayat Allah. Mereka akan menyesal ketika belenggu dan rantai dipasang di leher mereka, seraya mereka diseret, ke dalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam api, kemudian dikatakan kepada mereka: "Manakah berhala-berhala yang selalu kamu persekutukan, (yang kamu sembah) selain Allah?" Mereka menjawab: "Mereka telah hilang lenyap dari kami, bahkan kami dahulu tiada pernah menyembah sesuatu". Seperti demikianlah Allah menyesatkan orang-orang kafir[5].
Maka, nikmat Allah Ta’ala datang padaku tatkala salah satu sahabat terbaikku Arga Adi Yuwono, SE mengajakku untuk mengisi tausiyyah di sanggar bacanya. Saat aku turun langsung ke lapangan, aku kagum sekali dengan semangat adik-adik sore itu. Tampak keceriaan mereka dan keramahan mereka kepada ‘kakak-kakak’ pengasuhnya begitu ceria. Jangankan kakak-kakak pengasuh mereka, kepadaku yang baru kenal saja mereka sudah mencoba mengakrabkan diri. “Luar biasa!” pikirku. Biasanya anak-anak itu malu-malu, takut dan tak mudah bergaul pada awal-awalnya. Tapi keceriaan mereka membuatku terbuka, bahwa mereka punya potensi untuk maju. Keceriaan dan keakraban mereka bukan main-main bila dibina dan digali lebih jauh. Itulah simpatiku pertama kali kepada Sanggar Baca Darul Musthofa (Sebelum Terbentuk Komunitas Kadiksuh).
Itu pulalah awal jatuh cintaku kepada dunia pendidikan nonformal kepada anak-anak. Sedangkan aku juga melihat rumah-rumah warga yang sangat rapat sekali. Kemiskinan sangat tampak dari sisi materi.
Bila kita melihat di jalan besar mungkin tak tampak pemandangan demikian, akan tetapi tatakala kita turun ke lembah-lembah dan pinggiran sungai tampak sekali hawa-hawa problematika masyarakat itu semerbak. Akan tetapi aku tak sanggup menciumnya saat itu, yang kucium adalah aroma kecintaan antara mereka, kebersatuan dan kerukunan. Bagaimana tidak? aku dikerumuni oleh adik-adik yang bersalaman denganku dan menanyakan siapa namaku, aku pun berkenalan dengan mereka. Tatkala aku memberikan wacana indahnya silaturahim kepada warga masyarakat, aku melihat banyak sekali adik yang hadir didampingi kakaknya, juga berdampingan bersama orang tua mereka. Tampak akrab dan rukuuuun begitu... ^-^
Tapi...
Apakah memang demikian?
Itulah kisah-kisah yang akan aku sampaikan pada episode berkutnya insya Allah. Mau tahu lebih dalam dan banyak???
Makanya, gabung yuks di Komunitas Kakak Adik Asuh (Komunitas Kadiksuh). Insya Allah dapat menambah ilmu dan juga bahan renungan kita di sepertiga malam terakhirnya. Alangkah bersyukurnya kita dibesarkan di lingkungan yang indah dan nyaman... ^-^

Komunitas Kadiksuh...
“Dengan Asma Allah. Berguna Bagi Negeri, Membangun Sejuta Mimpi”

Disusun di Malang
Tanggal 7 Sya’ban 1433 / 26 Juni 2012 

Format PDF:
http://www.ziddu.com/download/21952501/KEPADATUNASGENERASIIMUDAIndahnyaKadiksuhEpisode1.pdf.html






[1] Abu Muawiyah. 2009. Pemuda Dalam Islam. (Online) http://al-atsariyyah.com/pemuda-dalam-islam.html. 26 Juni 2012. 
[2] Andri, K. 2011. Perang Salib, Prespektif, Historis, dan Empiris. Markaz Dakwah: Malang. 
[3] Motivasi ini diambil dari Hadits yang diriwayatkan dari Abu Qubail, ia berkata: “Kami pernah berada di sisi Abdullah bin Amr bin al-Ash, ia ditanya: “Yang manakah diantara dua kota yang akan ditaklukan lebih dahulu, Konstantinopel atau Roma?” , kemudian Abdullah meminta peti kitabnya yang masih tertutup. Abu Qubail berkata: “Kemudian ia mengeluarkan sebuah kitab dari padanya. Lalu Abdullah berkata: ‘Ketika kami sedang menulis di sekeliling Rasulullah SAW tiba-tiba beliau ditanya: ‘Yang manakah diantara dua kota yang akan ditaklukkan terlebih dahulu, Konstantinopel atau Roma?” Kemudian Rasulullah menjawab: “Kota Heraklius akan ditaklukkan terlebih dahulu, yakni Konstantinopel.” (Disarikan dari http://harakatuna.wordpress.com/2008/09/15/episode-panjang-menuju-penaklukan-konstantinopel/).
[4]     Golongan orang-orang yang selamat berdasarkan keterangan dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, “Akan senantatiasa ada segolongan dari umatku yang tegak memperjuangkan kebenaran, dan mereka tidak akan
terpengaruh dengan orang-orang yang memusuhi dan memerangi mereka”.(HR Muslim).
[5] Al-Qur’an, Surat Al-Mu’min: 71-74
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Berdiskusi...Tangan Kami Terbuka Insya Allah