“INDAHNYA HARAPAN KEPADA ALLAH
TA’ALA”
TAFSIR SURAT AR-RAHMAN AYAT 46 – 47 (JILID II)
“Dan bagi orang yang takut atas kedudukan Tuhannya ada dua syurga. Maka
nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”
Rangkuman Kajian Ba’d Maghrib di Masjid Abu
Dzar Al-Ghifari
Hari Rabu, Tertanggal 1 Sya’ban
1433 / 20 Juni 2012
oleh: Ust. Abdullah Shaleh al-Hadhromi
Segala Puji Bagi Allah, Tuhan Yang
Maha Indah dan Maha Pemurah. Semoga shawalat serta salam tetap tercurah kepada
Sang Utusan Allah, Muhammad ibn Abdillah beserta keluarganya, para sahabatnya
serta umat yang setia mengikuti sunnahnya hingga akhir zamman. Amma ba’d.
A. Devinisi Ar-Rajaa’
Ar-Rajaa’ adalah senangnya hati karena dia menunggu apa yang akan datang, sesuatu
yang dicintainya. Secara mudah dia mengharapkan sesuatu atas apa yang ia cintai
dan ia ingin mendapatkannya. Mengharap sesuatu itu adalah dengan dilakukan
sebuah usaha terlebih dahulu, karena orang tanpa usaha tapi berharap
mendapatkan sesuatu maka ia adalah orang yang tertipu dan dungu.
Maka bagaimanakah sebuah perumpamaan yang lebih tepat
daripada seorang petani yang ia telah membajak sawah, kemudian menebar bibit
unggul, kemudian memupuknya dan menyirami serta menyianginya, lalu ia berharap
sebuah panen yang sangat menyenangkannya? maka inilah harapan yang benar. Sementara
kalau orang tak pernah berusaha dan menanam, lalu menunggu panen maka orang ini
adalah orang yang gila dan berangan-angan kosong.
Sebagaimana para ulama mengatakan, “Dunia ini ibarat sawah dan ladang,
hati ibarat tanah, dan iman ibarat benih, serta ketaatan-ketaatan ini ibarat
upaya untuk menjadikan tanah subur (membajaknya) dan mengairinya agar tumbuh
tanaman yang indah dan menghasilkan buah yang baik.”
B. Tiga Perkara
dalam Harapan
Oleh karena itu orang yang berharap itu pasti terkumpul dalam
dirinya tiga perkara, yaitu:
1. Ia mencintai apa yang ia harapkan, ia
suka apa yang ia harapkan. Tidak mungkin kita mengharap apa yang kita benci.
2. Orang yang berharap itu juga ada perasaan
takut, yaitu takut tidak mendapatkan apa yang ia harapkan.
3. Kita
berupaya maksimal untuk mendapatkan apa yang kita harapkan
C. Dalil Ar-Rajaa’
(Harapan)
Dalam Al-Qur’an ada satu ayat dimana ayat ini paling
menimbulkan sifat berharap kepada Allah, yaitu Al-Qur’an Surah Az-Zumar: 53,
“Katakanlah: "Hai
hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah
kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Orang yang dipanggil oleh Allah Ta’ala
di sini adalah orang yang telah berbuat dosa, orang yang telah berzina, minum
khamr, narkoba, mencuri, membunuh, syirik dan dosa apapun yang ia lakukan. Akan
tetapi Allah Ta’ala memanggilnya dengan kata yang sangat halus, yaitu Yaa
Ibadi (Wahai Hamba-hambaKu).
Oleh
sebab itulah Allah mengajak taubat kepada mereka, pintu taubat terbuka sebelum
nyawa sampai kerongkongan dan sebelum matahari terbit dari arah Barat. Sedangkan
Allah Ta’ala semenjak dahulu telah memiliki nama Al-Ghafur dan Ar-Rahim
(Maha Pengampun dan Penyayang). Sebelum langit dan bumi ini diciptakan, Allah Ta’ala
telah memiliki nama Al-Ghafur dan Ar-Rahman. Hal ini menandakan bahwa memang
nanti (setelah langit dan bumi diciptakan) ada orang yang akan berbuat dosa,
yang kemudian ia meminta ampun dan Allah Ta’ala pun mengampuni dan sang
hamba meminta kasih sayang, maka Allah Ta’ala pun menyayanginya.
Bahkan
ada sebuah riwayat, sebagaimana menjelaskan surat Al-A’raf: 156
“Dan tetapkanlah untuk kami
kebajikan di dunia ini dan di akhirat; sesungguhnya kami kembali (bertaubat)
kepada Engkau. Allah berfirman: "Siksa-Ku akan Kutimpakan kepada siapa
yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku
tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan
orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami."
Rahmat Allah Ta’ala meliputi
segala sesuatu yaitu meliputi semua dari makhlukNya. Sampai-sampai orang-orang
kafir pun mendapatkan apa yang mereka inginkan di dunia ini, akan tetapi sesuai
ketentuanNya, maka di akherat mereka akan mendapatkan siksa. Inilah yang
dimaksud dalam kalimatNya, “Siksa-Ku akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku
kehendaki”
Rasulullah
Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tatkala Allah Ta’ala
telah menciptakan makhluk, Allah menulis dalam suatu tulisan yang ada di sisi
atasnya ‘Arasy. Tulisan itu adalah ‘Sesungguhnya RahmatKu mengalahkan MarahKu.’
Dalam riwayat lainnya, ‘sesungguhnya RahmatKu mendahului MarahKu.” (H.R
Bukhari & Muslim). Maka secara bahasa kita dapat memahami bahwa yang lebh
mendominasi adalah rahmat Allah daripada marahNya.
Rasulullah
Shalallahu ‘alahi wasallam bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku di
tanganNya, kalau kamu tak punya dosa semuanya. Maka kamu akan dimusnahkan oleh
Allah, lalu diganti oleh kaum yang berbuat dosa, lalu mereka meminta ampun
kepada Allah kemudian Allah mengampuni mereka.” Maka berbuat dosa itu
wajar, hanya saja yang menjadi masalah adalah “Bagaimana Taubatnya”
Karena taubat merupakan kunci rahmat Allah Ta’ala. Sehingga janganlah
menunda-nunda taubat, karena bila menundanya akan terjadi tiga kemungkinan
besar, yaitu: (1) Mati sebelum taubat; (2) Boleh jadi umur kita panjang, tapi
taubat itu sulit sekali untuk dilakukan; (3) Bertambah melakukan kemungkaran
karena telah merasakan nikmatnya maksiat, na’udzubillah.
Jika masa
lalu adalah masa-masa suram penuh dosa, maka tinggalkan hari kemarin. Bukalah
lembaran baru yang putih berseri, Islam memandang har ini dan hari esok yang
kemarin sudah terjadi. Taubat adalah penutup lembaran hitam yang akan merubah
lembaran itu menjadi putih. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam
bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala membentangkan tanganNya pada malam hari
untuk orang yang bertaubat atas dosa mereka di siang hari. Dan Allah Ta’ala
membentangkan tanganNya di siang hari untuk menerima taubat orang yang berbuat
dosa di malam hari, hingga matahari terbit dari Barat.” (H.R Muslim).
Banyak
para ulama yang tadinya adalah mantan pendosa. Sebagaimana Fudhail ibn Iyyadh rahimahullah
yang dahulu adalah mantan perampok kemudian beliau bertaubat. Begitupula
Bisyir al-Haafiy rahimahullah adalah orang jahat yang kemudian bertaubat
dan menjadi ulama besar.
Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Orang yang beriman itu
didekatkan pada hari kiamat kepada Allah. Kemudian ia berbicara dengan Allah
Ta’ala tanpa penerjemah dan tanpa juru bicara. Kemudian Allah Ta’ala
menyebutkan semua dosa-dosa orang itu seraya dikatakan, ‘Apakah kamu ingat akan
dosa-dosamu yang ini dan yang itu?’ Lalu Sang Hamba itu pun menjawab, ‘Wahai
Tuhan aku mengaku semuanya’. Setelah kita mengakuinya dan merasa bakal binasa
dalam neraka, maka Allah Ta’ala menjawab, ‘sesungguhnya Aku dahulu di dunia
menutupi dosa-dosamu sehingga tak ada orang yang tahu dan kini aku ampuni
dosamu.’ Kemudian dia diberikan catatan amalannya
dari tangan kanannya dan dia memasuki syurgaNya” (H.R Bukhari).
Ada sebuah riwayat dimana tatkala itu Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wasallam dan
para sahabat membawa tawanan perang. Tiba-tiba ada seorang perempuan yang
masuk, ia terus masuk dan menerobos serta tak peduli dengan semua yang ada.
Hingga ia menemukan seorang bayi kemudian bayi itu digendong dengan penuh cinta
lalu disusuinya. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menyaksikannya, lalu Beliau Shalallahu
‘alaihi wasallam
bertanya, “Hai para sahabat bagaimana pendapatmu, apakah kamu percaya
kalau dikatakan bahwa ibu ini akan melemparkan anaknya ke dalam api?” Maka para sahabat menjawab,
“Tidak, demi Allah wahai Rasulullah. Ndak mungkin ibu itu melemparkan
anaknya ke dalam api.” Lalu
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sungguh,
Allah Ta’ala lebih sayang kepada hamba-hambaNya daripada ibu itu kepada bayinya.” (H.R Bukhari-Muslim).
Ada sebuah riwayat dimana Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wasallam
menceritakan, “Ada seorang yang membawa bekal untuk safar, lalu ia
kelelahan dan tertidur di bawah pohon yang rindang. Setelah ia bangun ia
mendapatkan kendaraan dan bekalnya hilang tanpa bekas. Akhirnya orang ini putus
asa. Akhirnya di tengah-tengah keputus asaan dan sambil menunggu kematian,
tiba-tiba kendaraannya muncul dengan muatan yang penuh bekalnya. Begitu
gembiranya ia sampai-sampai ia mengucapkan, ‘Wahai Allah, Kau adalah hambaku
dan aku adalah hambaMu.’ Demi Allah, Sungguh Allah lebih suka dengan taubat
hambaNya daripada seorang dari kamu dalam menemukan barangnya yang hilang tadi
itu.” (H.R
Bukhari-Muslim).
Dalam hadits Arba’in An-Nawawi dinyatakan bahwa, “Wahai
anak Adam! sesungguhnya tiadalah kau berdoa kepadaKu dan mengharapkan kepadaKu
maka dosamu akan Kuampuni semuanya dan aku tak peduli apapun dosamu. Wahai anak
Adam! kalau sekiranya dosamu mencapai awan-awan di langit kemudian kamu
bertaubat maka Aku ampuni dosamu. Wahai anak Adam! sesungguhnya apabila engkau
darang kepadaKu membawa dosa sepenuh bumi, kemudian kamu bertemu Aku pada hari
kiamat nanti dengan tidak menyekutukan apapun, maka Aku datang kepadamu dengan
sepenuh bumi ampunan.” (H.R
Tirmidzi sanad Hasan).
Dosa ada dua macam, yang diampuni dan yang tidak diampuni.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Semua umatku itu selamat kecuali al-Mujahirin”
Mujahirin adalah orang yang berbuat dosa dan ditutupi oleh Allah Ta’ala,
kemudian dia dengan bangganya menceritakan dosa itu kepada orang lain dengan
tujuan membanggakan dosanya. Maka orang yang menyembunyikan dosa-dosanya
bukanlah orang munafik sebagaimana dinyatakan oleh orang awam. Justru
menyembunyikan dosa adalah sifat orang yang malu karena Allah Ta’ala.
Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tiadalah seorang dari
kamu itu berwudhu, berkumur lalu menghirup air ke hidung kemudian dikeluarkan
lagi, maka dosa-dosamu rontok. Kemudian ketika kamu membasuh wajah, maka dosamu
rontok hingga tetesan air yang terakhir. Kemudian ketika membasuh tangannya,
maka dosa-dosa tangan rontok semua sampai tetesan air yang terakhir. Kemudian
dia mengusap kepalanya, maka dosa kepala rontok hingga tetesan air terakhir yang
ada di rambutnya. Kemudian dia membasuh kaki sampai mata kakinya, maka semua
dosa kaki rontok hingga tetesan terakhir. (dalam riwayat lainnya) Kemudian
dia membaca doa setelah wudhu, maka dibukakan delapan pintu syurga dan kita
disuruh memilihnya. Kemudian setelah itu ia sholat maka ia akan diampuni
dosa-dosanya.
Mustahil
orang yang ingin selamat dan diampuni tetapi tak mau taubat. Seorang ulama
mengatakan, tak mungkin orang ingin masuk syurga tapi perbuatannya selalu
bermaksiat. Ia telah berangan-angan kosong kepada Allah. Dan ada sebuah
ungkapan, “Kamu mengharapkan keselamatan, tapi kamu tidak menempuh jalan-jalan
keselamatan. Sesungguhnya perahu itu tak mungkin di jalan yang kering.”
Disalin di Malang, 21 Sya’ban 1433
/ 11 Juli 2012
@nd.
IKLAN:
Khusus
para sodaraku Ikhwan dan Akhowat yang ingin artikelnya menjadi dahsyat
dengan bahasa Inggris. Atau tuntutan akademik untuk translate
Indonesia-Inggris/Inggris-Indonesia. Atau merangkum kitab berbahasa
Inggris menuju Indonesia. KINI tidak usah repot-repot, kami menyediakan
jasa Translate yang murah meriah dan dapat dijangkau kalangan Mahasiswa
baik S1, S2, S3, maupun Kalangan Umum.
Lihat WEB kami:
terjemahok.com: untuk layanan umum
http://www.terjemahok.com/?page_id=60 : Untuk Layanan Proofreading/perbaikan susunan kata
http://www.terjemahok.com/?page_id=69 : Untuk layanan rangkuman
http://www.terjemahok.com/?page_id=2 : Untuk layanan translate
ATAU
Hubungi Manager Marketing Online ARNANDA AJI SAPUTRA di Nomor 0856 4950 9998
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Berdiskusi...Tangan Kami Terbuka Insya Allah