TAFSIR SURAT AR-RAHMAN AYAT 7
“Matahari dan Allah Telah Meninggikan Langit
dan Dia Meletakkan Neraca”
(DAHSYATNYA CIPTAAN ALLAH TA’ALA)
Rangkuman Kajian Ba’d Maghrib
di Masjid Abu Dzar Al-Ghifari
Tertanggal 24 Shafar 1433 / 18 Januari 2012
oleh: Ust. Abdullah Shaleh
al-Hadhromi
A. Fungsi-Fungsi
Langit dan Definisinya
Langit diciptakan oleh Allah, diantara fungsinya
adalah menjadi atap bagi makhluk yang ada di Bumi.
Dalam Bahasa Arab, definisi langit adalah: Semua
yang di atas kita dan yang menaungi kita adalah langit. Akan tetapi devinisi
makna adalah, langit yang ada di angkasa luar.
Allah berfirman dalam Q.S Al-Anbiya: 32, “Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap
yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan
Allah) yang terdapat padanya.”
Makna: yang dimaksud “dijaga” adalah terpelihara dari keruntuhannya (hingga Allah
menghendaki) serta terjaga oleh setan-setan. Sebelum Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam lahir, setan
diperkenankan untuk menaiki langit namun setelahnya langit dijaga ketat dari
para setan kecuali sedikit yang dikehendaki Allah. Berita-berita langit inilah
yang seringkali dihembuskan setan kepada tukang ramal dengan menambah-nambah
apa yang ia dengar. Beritanya sudah tidak asli lagi karena penuh dengan
kebohongan dan penambahan keasliannya.
Perhatikan firman Allah, “Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu
lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan
bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur
urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu
meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.” (Ar-Ra’d: 2).
Ulama shalih terdahulu menyatakan tentang ayat
ini:
a. Ibnu Abbas, Khotadah, Hasan al-Bashri, Al-Hafidz
Ibnu Katsir dan ulama lainnya rahimakumullah
Ta’ala, “Langit itu punya tiang, hanya tiangnya tidak kelihatan.”. Artinya
kamu melihat langit itu tanpa tiang sebagaimana yang kamu lihat (padahal ada
tiangnya).
b. Mu’awiyyah dan lainnya mengatakan, “Bahwa
langit itu bagi bumi sebagai kubahnya bumi, benar-benar tanpa tiang.”
Diriwayatkan dari Khotadah dimana Ibnu Katsir berkata, “Inilah yang paling
tepat.” Yaitu langit benar-benar tanpa tiang.
B. Dahsyatnya
Luas dan Besarnya Langit Allah Ta’ala
Tafsir Ibnu Katsir menyatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tiadalah
langit tujuh lapis dan apa yang ada di antaranya dibanding Kursi Allah
sebagaimana gelang yang dilemparkan ke tengah tanah lapang. Sedangkan Kursi
dibanding Arsy adalah sebagaimana gelang yang dilempar di tanah lapang.” ALLAHU AKBAR !!
Bila kita perhatikan dalam hadits yang lainnya,
yang dimaksud “Kursi” adalah “Tempat
Pijakan Kaki Raja”, sedangkan “Arsy”
adalah “Singgasana Raja”. Allah menciptakan keduanya untuk melengkapkan
keagungan kerajaanNya, karena setiap raja memiliki dua komponen ini dan Allah
menunjukkan bahwa KerajaanNya Maha Sempurna. Akan tetapi Allah tidak
membutuhkan keduanya dan Allah Maha Mulia lagi Maha Besar dari keduanya.
Arsy tak bisa diukur besarnya kecuali Allah Yang
Maha Tahu.
Ibnu Katsir, “Ada sebagian para ulama mengatakan
bahwa jarak antara Arsy dengan bumi sebagaimana perjalanan 50 tibu tahun Demikian
pula jarak antara ujung-ujung Arsy seperti perjalanan 50 ribu tahun, dan Arsy
tersusun dari Permata Yakudz berwarna merah.”
hitungan 50 ribu ini tidak bisa disamakan seperti
kecepatan cahaya apalagi kecepatan onta sebagaimana banyak ahli tafsir
menyatakan hal itu. Karena kecepatan cahaya dalam sains ditaksir mencapai 3x108
m/s, dan jarak antara Bintang Alpha Century yang merupakan bintang terdekat
dari bumi berjarak sekitar beberapa juta tahun cahaya. Begitupula jarak antara
galaksi Bima Sakti dengan Andromeda sekitar miliaran tahun cahaya, padahal
orang beriman yakin itu belumlah langit lapis pertama maupun kedua, melainkan
langit kedua karena masih terjangkau oleh teropong dunia, padahal komponen
lagit pertama dan kedua berbeda dengan langit dunia yang dihiasi
bintang-bintang, lihat Q.S Al-Mulk: 55, “Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit
yang dekat dengan
bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar
syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.”
Langit yang dekat adalah dekat dengan bumi, artinya langit dunia…Allahu a’lam.
Maka, ini hanya Allah yang tahu apa yang dimaksud kecepatan 50 ribu taun itu,
yang jelas kecepatannya melebihi kecepatan cahaya berkalli-kali lipat.
Mengingat Rasulullah pun Mi’raj menuju Sidratil Muntaha hanya dalam waktu
semalam. Kalau pun dipatok dengan kecepatan cahaya 3x108 m/dt hal
itu merupakan hal yang diluar logika sains. Sehingga yang paling aman kita
katakan Allahu a’lam.
Dalam syarah kitab tauhid disebutkan keterangan dari
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
“Antara langit yang satu dengan yang kedua berjarak seperti perjalanan 500
tahun (keterangan sama dengan di atas), dan masing-masing jarak antara langit
selanjutnya sebagaimana 500 tahun.” dan di riwayat lainnya, “Ketebalan langit
seperti perjalanan 500 tahun, dan lagit pertama menuju langit ke dua 500 tahun.
Tebal langit kedua 500 tahun, langit kedua hingga ke tiga 500 tahun, terus
demikian hingga langit ketujuh. Setelah sampai langit ke tujuh menuju Kursi
seperti perjalanan 500 tahun. Setelah Kursi ada lautan yang sangat luas sejarak
perjalanan 500 taun. Arsy ada di atas lautan itu. Dan Allah ada di atasnya
Arsy, akan tetapi tiada sesuatu pun di antara amalan kita yang tersembunyi dari
Allah.”
Kedua keterangan tersebut memang dari Abdullah ibn Mas’ud radhiyallahu ‘anhu (Marfu’ = hukum hadits yang sampai kepada para sahabat saja dan tidak berlanjut kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam), akan tetapi para ulama menjelaskan bahwa tidak mungkin Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata demikian bila tidak mendapat keterangan dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, selain itu Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu tak suka mengambil riwayat-riwayat Israiliyyat (Riwayat-riwayat yang disampaikan oleh Yahudi dan Nasrani). Sebagaimana dinyatakan oleh Syaikh Utsaimin rahimahullah Ta’ala.
Kedua keterangan tersebut memang dari Abdullah ibn Mas’ud radhiyallahu ‘anhu (Marfu’ = hukum hadits yang sampai kepada para sahabat saja dan tidak berlanjut kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam), akan tetapi para ulama menjelaskan bahwa tidak mungkin Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata demikian bila tidak mendapat keterangan dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, selain itu Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu tak suka mengambil riwayat-riwayat Israiliyyat (Riwayat-riwayat yang disampaikan oleh Yahudi dan Nasrani). Sebagaimana dinyatakan oleh Syaikh Utsaimin rahimahullah Ta’ala.
(nB: Dalam
menanggapi keterangan seperti ini, kita harus meyakini tanpa memelesetkan
maknanya sebagaimana Kursi dinyatakan ‘ilmu’, tanpa mengingkarinya, serta tanpa
menyerupakannya dengan makhluk”. Cukuplah kita katakan, “Sami’na wa Atho’na = Kami
dengar dan kami taati/yakini).
Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap, dan
sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorangpun yang dapat menahan
keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha
Pengampun.” (Faathir: 41)
Dijelaskan bahwa Langit dan Bumi ditahan untuk
tidak hancur dan runtuh. Akan tetapi bagaimana keadaan mereka saat hari kiamat?
Allah berfirman, “Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya
padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit
digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa
yang mereka persekutukan.”
Hal ini menunjukkan langit yang sangat besar dan
dahsyat menurut manusia, mereka kecil di hadapan Allah. Apalagi kita sebagai
manusia yang tinggal di planet yang sangat kecil, Bumi??? Apakah hebatnya kita?
dan apa yang berhak kita sombongkan? mereka kaum kafir berkeinginan melawan
Allah? akankah mereka menang melawanNya?
Didukung lagi dalam ayat yang lain, Allah
berfirman, “(Yaitu) pada hari Kami gulung
langit sebagai menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah
memulai panciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu
janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya.”
C. Allah
Bersemayam di Atas Arasy/di Atas Langit
Hal ini kita katakan sami’na wa
atho’na (kami dengar dan taat) tanpa mengingkarinya, menyelewengkan
maknannya, dan tanpa menyerupakan dengan makhluk.
C.1 Dalil
Al-Qur’an
Banyak bukti akan hal ini dalam berbagai ayat:
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah
yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada
siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan
dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah,
menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta
alam.” (Al-A’raf: 54).
Allah berfirman, “Sesungguhnya Tuhan
kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy
untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at
kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu,
maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?” (Q.S
Yunus: 3)
Allah berfirman, “Allah-lah Yang
meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy,
dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang
ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda
(kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.” (Q.S
Ar-Ra’d: 2).
Allah berfirman, “Yang menciptakan
langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, kemudian dia bersemayam di atas Arsy,
(Dialah) Yang Maha Pemurah, maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih
mengetahui (Muhammad) tentang Dia.” (Al-Furqaan: 59).
Allah berfirman, “Allah lah yang
menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam
masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. Tidak ada bagi kamu selain dari
padaNya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at[1189].
Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” (As-Sajdah: 4).
Allah berfirman, “Dialah yang
menciptakan langit dan bumi dalam enam masa. Kemudian Dia bersemayam di atas ´Arsy, Dia mengetahui apa yang masuk ke
dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan
apa yang naik kepada-Nya. Dan Dia bersama kamu di mama saja kamu berada.
Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Al-Haadid: 4).
Semua menerangkan bahwa Allah Ta’ala
bersemayam di atas ‘Arsy. Ini menunjukkan dalil bahwa Allah Ta’ala berada di atas. Inilah akidah
para nabi, para rasul dan para ulama shalih terdahulu. Bukti bahwa ini adalah
akidah para nabi adalah, Firman Allah Ta’ala
“Ketika Allah berfirman: "Hai Isa,
sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta
membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang
mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian
hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan diantaramu tentang hal-hal
yang selalu kamu berselisih padanya.” (Q.S Ali-Imran: 55). Apa maksud kata
mengangkat itu?
Serta Firman Allah Ta’ala, “Bahkan, Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.” (Q.S An-Nisaa’: 158).
Dan Allah berfirman, “Barangsiapa
yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya.
Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan
yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya. Dan orang-orang yang merencanakan
kejahatan bagi mereka azab yang keras. Dan rencana jahat mereka akan hancur.”
(Q.S Faathir: 10). Kata naik berarti?
Allah pun berfirman, “Dan berkatalah Fir'aun: "Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya
aku sampai ke pintu-pintu, (yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan
sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta". Demikianlah dijadikan
Fir'aun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan dia dihalangi dari jalan
(yang benar); dan tipu daya Fir'aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian.” (Al-Mu’min: 36-37). Menyatakan berarti Nabi Musa ‘alaihissallam menyatakan bahwa Allah
berada di atas langit.
Allah berfirman, “Apakah kamu merasa
aman terhadap Allah yang (berkuasa)
di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu,
sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?, atau apakah kamu merasa aman
terhadap Allah yang (berkuasa) di
langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu
akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku?” (Q.S Al-Mulk: 16-17). Pengulangan 2 kali bersama
penekanan-penekanannya.
Bagaimana bersemayam Allah? itu adalah pertanyaan yang “sangat tidak
pantas” ditanyakan. Kita meyakini bahwa Allah bersemayam, akan tetapi bagaimana
dan bagaimanannya, kita tak kan pernah mampu memikirkannya.
Hal ini membantah pernyataan bahwa Allah berada di mana-mana. Dan bahkan
ada yang menyatakan “Allah berada tidak di alam, tidak di luar alam, tidak di menyatu
dengan alam dan tidak terlepas dengan alam.” Ini adalah kaum mu’tazillah yang
sangat membingungkan manusia dalam hal aqidah, padahal “sudah jelas” apa yang dinyatakan dalam Al-Qur’an.
C.2 Dalil As-Sunnah
Dalam Hadits ada banyak keterangan
1. Nabi sering
melihat ke atas tatkala beliau mengharap Kiblat dipindahkan oleh Allah dari
Masjid Al-Aqsha ke Masjid Al-Haram.
2. Rasulullah
menyatakan kepada seorang budak, “Ainallah?” (Dimanakah Allah?). Lalu budak itu
menjawab, “Di atas langit” Rasulullah pun menyetujui hal ini. Cek kembali
hadits di Al-Muttafaq ‘alaih atau
yang lainnya.
C.3 Dalil Ijma’
Di kalangan ulama terdahulu yang shalih (para sahabat) tidak ada yang menta’wilkan (menerjemahkan dengan
logika).
C.4 Dalil
Akal
Pantaskah Allah itu berada di bawah bersama kita? ataukah di atas?
Bagaimana seorang pemimpin ditempatkan di bawah/bersama anak buahnya
tatkala gedung itu bertingkat?
Dan lebih mulia siapakah pencipta dengan makhlukNya?
C.5 Dalil
Hati Nurani yang Bersih
Tatkala kalian berdoa kepada Allah, kemanakah hati kalian cenderung? di
atas ataukah di mana-mana?
Dan tatkala ada seseorang yang menyatakan kebingungannya, ia seringkali
menyatakan, “Terserah Yang di Atas saja!”, apakah ada orang yang menyatakan, “Terserah
yang ada di mana-mana?”
Tatkala seseorang berdoa, hatinya selalu cenderung menuju ke atas. Oleh
sebab itu syariat doa yang ditentukan adalah mengangkat tangannya ke atas
langit.
Sebuah riwayat Sahih dinyatakan oleh Imam Ibn Dhahabi, yang menyatakan, “Abu
Ma’al al-Juhaini rahimahullah Ta’ala mengatakan
bahwa Allah Ta’ala, Dzatnya
dimana-mana. Seorang muridnya pun bingung dengan keterangan gurunya, ia merasa
bahwa Al-Qur’an menerangkan Allah ta’ala
di atas langit akan tetapi gurunya menyatakan di mana-mana. Akhirnya muridnya
berkata, “Wahai guru, coba kita pakai hati nurani. Tiadalah seseorang yang
kenal Allah, ketika mengucapkan ‘Yaa Allah’ melainkan condongnya ke atas,
apakah begitu?” gurunya berkata, “kamu membuat saya bingung sekarang.”
Adapun dalam firman Allah, “Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa
yang ada di langit dan di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang,
melainkan Dia-lah keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang,
melainkan Dia-lah keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang
kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia berada bersama mereka di
manapun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari
kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
segala sesuatu.” (Q.S
Al-Mujadilah: 7)
Dan
Firman Allah, “…Janganlah kamu berduka
cita, sesungguhnya Allah beserta kita….” (Q.S At-Taubah: 40)
Dan
Firman Allah, ”Allah
berfirman: "Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu
berdua, Aku mendengar dan melihat." (Thaaha: 46).
Ayat-ayat yang
menyatakan ‘Allah bersama kita” berarti, “Allah bersama kita dengan IlmuNya, sedangkan DzatNya di atas Langit.”
Selesai disusun
di Malang
Tanggal 7
Rabi’ul Awwal 1433 / 30 Januari 2012
@nd
Untuk mendengar
langsung materi kajian, dapat mendownload pada link
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Berdiskusi...Tangan Kami Terbuka Insya Allah