ASTRONOT PERTAMA DALAM SEJARAH MANUSIA
MENGUAK FAKTA SEJARAH ANTARIKSA
Alhamdulillah, Segala Puji Bagi Allah Ta’ala dengan pujian yang sempurna,
Dialah yang menegakkan Langit tanpa tiang dan menghamparkan Bumi dengan
hamparan yang indah. Semoga shalawat
serta salam tercurah pada Nabi Besar Muhammad beserta keluarganya, para
sahabatnya dan ummatnya yang setia mengikuti ajaran yang dibawanya hingga akhir
zamman. Amma ba’d.
Astronot adalah sebutan untuk orang yang telah melakukan
perjalanan ke luar angkasa. Sedangkan Wikipedia memberikan arti spesifik
tentangnya, yaitu sebutan bagi orang yang telah menjalani latihan dalam program
penerbangan antariksa manusia untuk memimpin, menerbangkan pesawat, atau
menjadi awak pesawat antariksa. Menurut Wikipedia bahwa manusia pertama yang ke
luar angkasa ialah Yuri Gagarin pada 12 April 1961 menggunakan Vostok 1[1].
Namun benarkah demikian?!?!
Sebagai orang yang beriman, maka tentu saja kita perlu
memikirkannya kembali, siapakah orang yang pertama kali ke luar angkasa untuk
menjalankan suatu misi besar umat manusia? Apakah misi yang diembannya hingga
ia terbang ke luar angkasa menembus atmosfir Bumi? Mari kita simak
keterangannya.
Misi para astronot (sebutan Amerika, dan Kosmonot untuk
sebutan Rusia) bermacam-macam, ada yang ingin mengetahui kondisi luar angkasa,
menjelajah Bulan dan planet-planet dalam Tata Surya, ada juga yang melakukan
untuk kepentingan riset teknologi dan kesehatan. Kesmuanya memiliki peran dan
fungsi yang penting untuk menambah ilmu pengetahuan dunia kita. Namun bila kita
merenung kembali ternyata ada pula misi penerbangan antariksa yang lebih hebat
dari itu. Tidak hanya menambah ilmu pengetahuan saja, namun misi ini merupakan
misi penyelamat manusia, hanya saja bagi saiapa yang memang mau untuk diselamatkan.
Ternyata manusia yang pernah terbang menembus atmosfir Bumi
dengan membawa misi yang dahsyat adalah Utusan Allah, Muhammad Ibn Abdillah Shalallahu ‘alaihi wasallam. Seribu
tahun sebelum Yuri Gagari, Edwin Aldrin dan Neil Amstrong menjelajah luar
angkasa, Muhammad Ibnu Abdillah Shallahu
‘alaihi wasallam telah menembus batas atmosfir Bumi yang berwarna biru ini.
Orang-orang beriman akan percaya tanpa pembuktian terlebih dahulu ketika Allah
berfirman, “Maha Suci Allah, yang telah
memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil
Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya
sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui”[2]
dan dilanjutkan dengan firmanNya, “Dan
sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada
waktu yang lain, yaitu di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat
tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratull Muntaha diliputi oleh
sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang
dilihatnya itu dan tidak pula melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat
sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar”[3].
Dalam ayat ini Allah menceritakan sebagian perjalanan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam yang telah
terbang dengan sangat cepat dari Al-Haram di Mekkah menuju Al-Aqsha di
Yerusallem Palestina yang saat itu masih dikuasai oleh Bangsa Romawi. Kemudian
dilanjutkan bersama dengan Jibril alaihisallam
ke Sidhratul Muntaha dan dilanjutkan
menghadap Allah Ta’ala secara
sendirian[4].
Di sinilah tempat tertinggi dan terjauh yang pernah dijelajah oleh manusia
dengan membawa kehormatan yang khusus diberikan oleh Allah Ta’ala pada satu-satunya makhluk, yaitu kepada Muhammad Ibnu
Abdillah Shalallahu ‘alaihi wasallam.
Bila para astronot sudah gembar-gembor membanggakan misinya
bisa ke luar angkasa, paling-paling itu hanya sampai di Bulan saja dan menurut
kabar manusia akan diterbangkan dan didaratkan ke Planet Mars, itu pun masih ‘AKAN’.
Sedangkan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wasallam merupakan manusia yang pertama kali menembus galaksi Bima Sakti
(Milky Way) menuju Sidhratul Muntaha
bersama dengan Jibril alaihissalaam, kemudian naik lagi menuju tempat
dimana Beliau Shalallahu ‘alaihi wasallam
bertemu langsung dengan Allah Ta’ala,
Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Raja Alam Semesta Raya.
Tempat itu merupakan puncak tertinggi dari langit yang pernah
dijamah manusia. Tentu saja tempat ini jauh dari galaksi kita Bima Sakti,
karena tempat ini berada di atas langit ke tujuh. Padahal selama ini ilmuwan
sudah berhasil meneropong bintang paling jauh dengan jarak jutaan tahun cahaya, jarak yang cukup jauh dan bahkan sangat jauh.
Namun tatkala Allah Ta’ala berfirman,
“Maka Dia menjadikannya tujuh langit
dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami
hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami
memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa
lagi Maha Mengetahui”[5].
Menurut FirmanNya, Allah Ta’ala
menghiasi ‘Langit TERDEKAT’ dengan bintang-bintang yang
cemerlang, itu menunjukkan bahwa bintang terjauh yang pernah dilihat manusia
dengan teropong tercanggih dengan jarak jutaan tahun cahaya saja masih
menunjukkan wilayah langit terdekat dengan manusia (langit dunia). Bilamana langit
ke tujuh atau di atas itu??!!! Allahu Akbar!!!
Lalu Apa Misi yang Dibawanya??
Misi ini sebenarnya milik Allah Ta’ala untuk menyelamatkan manusia dari tempat yang paling
berbahaya di semesta raya. Tempat paling berbahaya itu bukanlah Gunung Merapi,
Segitiga Bermuda, Bintang Merah Raksasa, atau bukan pula Lubang Hitam (Black Hole) yang diyakini para ilmuwan
sangat berbahaya dan dahsyat hingga cahaya pun tak bisa menembusnya. Namun,
tempat berbahaya itu adalah “Neraka”. Allah Ta’ala
berfirman, “Sesungguhnya neraka
Jahannam itu (padanya) ada tempat pengintai, lagi menjadi tempat kembali bagi
orang-orang yang melampaui batas,
mereka tinggal di
dalamnya berabad-abad lamanya, mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan
tidak (pula mendapat) minuman, selain air yang mendidih dan nanah”[6]
dan masih banyak lagi ayat yang menerangkan kedahsyatannya.
Maka Allah Ta’ala ‘menerbangkan’
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam
dalam rangka memenuhi undanganNya yang mulia guna menyelamatkan manusia dengan
perintah shalat lima waktu yang merupakan sarana untuk meminta tolong padaNya. Begitu
pentingnya Shalat Lima Waktu, hingga Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda, “Pemisah antara seseorang
dengan kesyirikan dan kekafiran adalah meninggalkan Shalat!”[7]
Sehingga para ulama telah sepakat seluruhnya bahwa orang yang meninggalkan
shalat baik karena sengaja ataukah karena malas lepas dirinya dari Agama Islam,
karena pada hakekatnya mereka menyepelekan perintah Allah Ta’ala yang
besar dan mulia[8].
Maka marilah kita perhatikan persiapan sholat kita dengan
sebaik-baiknya. Perhatikan rukun-rukunnya, wajibnya serta sunnah-sunnahnya.
Karena perintah sholat begitu besar, sampai-sampai Allah Ta’ala mengundang
langsung NabiNya, Muhammad ibn ‘Abdillah Shalallahu ‘alaihi wasallam ke
hadapanNya di atas langit yang ke tujuh dengan kendaraan yang serba cepat yaitu
Al-Buraaq.
Allahu a’lam.
Ditulis di Malang, 7 Shafar 1432 / 11 Januari 2011
Diedit di Malang, 4 Sya’ban 1433 / 23 Juni 2012
@nd.
[1] Wikipedia. Antariksawan. http://id.wikipedia.org/wiki/Astronot.
Diakses pada 7 Shafar 1432 (11 Januari 2011)
[2] Al-Qur’an,Surat Al-Isra: 1
[3]
Al-Qur’an, Surat An-Najm: 13-18
[4]
Risalah Dakwah Mau’izah Hasanah. Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. http://mimbarjumat.com/archives/114.
Diakses pada 7 Shafar 1432 (11 Januari 2011)
[5]
Al-Qur’an, Surat Fushilat: 12
[6] Al-Qur’an,
Surat An-Nabaa’: 21-25
[7]
Hadits yang dikisahkan oleh Jabir ibn Abdullah dan ditakhrij oleh Imam Muslim
Rahimahullah Ta’ala
[8]
Syaikh Shalih ibn Fauzan al Fauzan. 1427/2006. Kitab Shalat, terj Kitab
Ash-Shalat, Pen: Asmuni. Darul Falah: Jakarta.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Berdiskusi...Tangan Kami Terbuka Insya Allah