KAJIAN ISLAM DAN KARYA PENA

KAJIAN ISLAM YANG MEMUAT HAL-HAL BERKAITAN TENTANG PENGETAHUAN ISLAM BAIK SADURAN ATAU KARYA ASLI. BAIK HAL AKIDAH, MUAMALAT, FIKIH ATAUPUN TASKIYATUN NUFS (PENYUCIAN HATI)

JUGA KARYA PENA UMUM BERUPA PUISI CERPEN DAN KARANGAN ATAU ILMU PENGETAHUAN UMUM DAN PENELITIAN ILMIAH

Minggu, 25 Desember 2011

NOVEL: "KETEGUHAN JANJI ILAHI" (PENDAHULUAN)


5
PENDAHULUAN
Segala puji bagi Allah, kita memujiNya, memohon pertolongan serta ampunan kepadaNya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan keburukan amalan-amalan kita. Barang siapa yang Allah tunjuki, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang Allah sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya hidayah.
Aku bersaksi tiada tuhan yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah semata, serta tiada sekutu bagiNya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad ibn Abdillah adalah seorang hamba sekaligus utusanNya. Amma ba’d
Ingatlah tatkala Allah Ta’ala berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” dan Allah berfirman, “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu” (An-Nisaa’:1). Serta Allah Ta’ala berfirman, “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.” (An-Nisaa’:3)
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, melalui Abdullah Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda pada kami: "Wahai generasi muda, barangsiapa di antara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia menikah, karena ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Barangsiapa belum mampu hendaknya berpuasa, sebab ia dapat mengendalikanmu." (H.R Bukhari-Muslim). Dan Beliau juga bersabda, “Dari Anas Ibnu Malik Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam setelah memuji Allah dan menyanjung-Nya lalu bersabda: "Tetapi aku sholat, tidur, berpuasa, berbuka, dan menikahi perempuan. Barangsiapa membenci sunnahku, ia tidak termasuk umatku." (H.R Bukhari-Muslim). Dari Jabir bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila salah seorang di antara kamu melamar perempuan, jika ia bisa memandang bagian tubuhnya yang menarik untuk dinikahi, hendaknya ia lakukan." (Riwayat Ahmad dan Abu Dawud dengan perawi-perawi yang dapat dipercaya. Hadits shahih menurut Hakim). Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apabila datang laki-laki (untuk meminang) yang kamu ridhoi agamanya dan akhlaknya maka nikahkanlah dia, dan bila tidak kamu lakukan akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang meluas.” (HR. Tirmidzi dan Ahmad).
Segala puji Bagi Allah yang telah memberikan manusia rasa cinta dan kasih sayang, hingga keduanya pun melakukan hubungan, lalu Dia memperbanyak keturunan Adam di muka bumi, lalu mematikan mereka lalu membangkitkan mereka serta membalas amalan perbuatan mereka. Ia Ta’ala mengampuni kepada siapa yang dikehendakiNya dan memberikan siksa kepada siapa yang Ia kehendaki.
“JATUH CINTA”, merupakan fitrah yang dimiliki setiap insan. Darinya hubungan antara seseorang dengan lawan jenisnya tercipta. Darinya, manusia melakukan sebuah interaksi yang sangat menarik dan indah serta memberikan kesan-kesan yang menyejukkan pada hati manusia. Kebahagiaan merupakan suatu yang fitrah tuk dirasakan anak Adam, dari jatuh cinta-lah kebahagiaan itu muncul. Dua kata yang sangat singkat, namun memiliki makna serta urusan yang mendalam dan kompleks. Gelombang-gelombang indah terkadang berfrekuensi dengan hati menimbulkan kesejukan yang terpatri dalam hati tiap insan.
Allah Ta’ala telah menetapkan bahwa syariat Islam unggul di atas segalanya. Ia telah menetapkan aturan serta larangan yang ada di dalamya dengan penuh hikmah. “Jatuh Cinta” bisa menjadi menyusahkan dan menyedihkan, tatkala tidak diatur sesuai syariat Islam hingga Allah ridho kepada cinta itu sendiri. Ia dapat mencekik siapapun yang ceroboh tuk berjalan melaluinya, sebagaimana para pejuang tertangkap dan dihukum gantung bersama perjuangannya. Ia dapat membakar sebagaimana para tentara yang makar tertangkap hidup-hidup dan dibakar di khalayak umum bila tidak hati-hati mengambil langkahnya. Jatuh cinta bisa menjadi racun bagi siapa yang meminum tanpa mengetahui ramuan apa yang ada di dalamnya. Benar, jatuh cinta bisa menjadi madu yang manis bila sesuai aturan pakai, akan tetapi bisa menjadi racun yang sangat pahit bila ceroboh dalam meramunya.
Maka, Allah Ta’ala telah memerintahkan kita untuk terus mendekatkan diri padaNya, serta memerintahkan menikah bagi hamba-hambaNya. Sedangkan RasulNya Shalallahu ‘alaihi wasallam telah mengatur tentang teknisnya, sebagaimana penjabaran atas perintah Allah Ta’ala. Dan telah memotivasi agar menikah karena Allah dan telah menetapkan bahwa menikah merupakan pintu gerbang antara halal dan haram dalam melakukan suatu perbuatan antara seorang laki-laki dan perempuan yang bukan mahram.
Menikah merupakan dapat menyelamatkan diri dari dosa besar, sebagaimana Allah Ta’ala mengharamkan atas zina, bahkan mendekatinya saja dilarang. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (Al-Israa’:32). Maka menikah adalah pintu gerbang dari keselamatan bagi seluruh manusia di dunia. Zina dampaknya sangat buruk di dunia maupun akherat. Anak dari hasil zina tidak memiliki wali, tidak saling mewarisi antara ayah dan anak yang lahir dari bagian tubuhnya, anak menjadi terlantar dan tidak memiliki kasih sayang yang semestinya, serta dampak buruk lain apabila perkara ini telah menyebar di muka bumi. Na’udzubillah min dzaalik.
Menikah, merupakan suatu hal yang nikmat bagi yang pernah merasakannya. Akan tetapi banyak pula yang merasakan pahitnya menikah bila diramu dengan ramuan yang salah. Ramuan itu berasal dari pertemuan pertama serta prosesnya. Dalam Islam tidak disebutkan proses yang baku dan kaku, akan tetapi ada garis-garis besar dan rambu-rambu yang harus dilaluinya. Sebagaimana khalwat (berduaan), ikhtilath (bercampur baur antara laki-laki dan perempuan), sering komunikasi dengan menyatakan hal-hal yang tidak penting akan tetapi dibuat seakan-akan penting untuk pendekatan yang tidak seperlunya dan hal-hal lain yang mengarah kepada keburukan lahir dan batin, merupakan larangan dalam Islam yang memiliki maslahat besar.
Akhir zaman merupakan ujian berat bagi Kaum Muslimin di dunia, khususnya di Indonesia yang belum memiliki lembaga khusus untuk mengatur masalah pernikahan kecuali Kantor Urusan Agama (KUA) dan itu saja terbatas dalam tugasnya. Padahal ada ratusan ribu bahkan jutaan pemuda yang memiliki problematika tentang pernikahan. Banyak di antara mereka ‘wajib’ secara biologis, ‘wajib’ secara batin, akan tetapi terpaksa dijadikan ‘sunnah’ karena polemik pribadi, mulai dari nafkah/pekerjaan yang sulit hingga kesepakatan kedua orang tua. Lembaga-lembaga baik pemerintah maupun swasta seakan diam, masyarakat seakan hanya menonton kisah-kisah unik di sekitarnya, dan para ulama pun seakan hanya menjadi motivator di balik layar tanpa bisa berbuat apapun, padahal pemuda serta pemudi tak kalah hebatnya menanggung derita yang mereka sadari maupun tidak mereka sadari, mereka tidak saja membutuhkan motivasi, tetapi juga solusi. Seakan mereka melihat sicercah cahaya, akan tetapi mereka kesulitan menemukan sumber cahaya itu.
Ilmu agama, adalah hal yang sangat menentukan baik atau buruknya perkembangan zaman, baik atau buruknya pemuda dan pemudi hingga baik atau buruknya perkembangan suatu bangsa. Ironisnya, banyak para muda dan mudi saat ini yang jauh dari agamanya, bukan karena dia nakal dan bandel untuk diajak menimba ilmu agama akan tetapi orang tuanya yang ‘cuek’ terhadap masalah agama dan hal-hal yang menyangkut keimanan hari kebangkitan. Kini dunialah yang menjadi acuannya, dan ilmu dunia yang menjadi pangkal pendidikan mayoritas orang tua hingga sang anak pun berpatokan kepada kenyamanan dunia sedangkan akherat hanyalah bumbu sedap untuk kehidupannya.
Masa-masa labil mayoritas dimiliki remaja hingga menginjak dewasa (mencapai usia 40 tahun dalam usia dewasa yang syar’i). Masa-masa labil ini kerap kali membuat orang tua bingung dalam mendidik mereka, secara biologis mereka sudah dianggap dewasa akan tetapi secara pemikiran masih mengalami pasang surut antara anak-anak dan berpikir rasional. Masa-masa inilah orang tua justru memiliki peran penting dalam mengarahkan dan membina anak-anaknya berdasarkan ilmu agama. Karena apabila jauh dari agama, maka sang anak pun akan bingung dalam hidupnya idealisme apa yang harus dia pegang dalam warna kehidupannya yang masih ‘abu-abu’. Apabila masa ini tidak ditanamkan keimanan dan dibina dengan baik oleh orang tua mereka, guru-guru mereka, pendidik-pendidik mereka maka akan menimbulkan ledakan permasalahan yang hebat akibat ulah dan tingkah polahnya.
Gejolak biologis masa remaja, memicu dia untuk melakukan hal-hal yang mengandung semangat dalam meraih cita-cita dan impiannya. Remaja yang jauh dari agama tentu tidak ambil pusing dalam menggapai mimpi-mimpi mereka, kecuali setelah penyesalan menjemputnya. Mereka cenderung menghalalkan segala cara yang penting cita-cita dan mimpi-mimpi itu terwujud, entah bagaimana caranya. Berbeda dengan seorang remaja yang mengetahui dasar-dasar akidah agama dan syariat agama yang dimuliakan ini, tentu mereka berpikir keras bagaimana untuk mewujudkan kebutuhan biologisnya, kebutuhan batiniahnya, kebutuhan panca inderanya hingga kebutuhan-kebutuhan lain yang ia idamkan agar mendapat restu dan ridho Allah Ta’ala. Di masa-masa labil dan kritis ini, banyak kalangan thalib al-‘ilm (penuntut ilmu) membahas dalam karya-karya tulis serta gaung-gemanya tentang menikah, padahal dia sendiri terkadang belum menikah. Gaung dan gema itu seakan-akan menjadi simbol mereka dalam mendobrak fitnah yang mencengkram mereka, serasa mereka ingin keluar dari belenggu dahsyat yang saat ini menekannya. Tak hayal, sedikit banyak di antara mereka pun termakan fitnah yang besar, larangan agama dilanggar, hingga ia pun jatuh terjerembab dan ingin sekali bertaubat. Tiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan, hanya yang beriman dan bertakwa yang sadar dan kembali dengan bertaubat kepada Allah Ta’ala.
Realitas mengatakan bahwa banyak remaja yang ingin menikah, namun orang tua tak tahu apa yang harus mereka lakukan. Orang tua khawatir, ‘besok anakku makan apa’ bila dilamar seorang shalih namun pengangguran. Padahal bila mereka mau sedikit merenung dan memahami, Allah telah berjanji dengan janjiNya yang kokoh, Ia akan membantu orang yang menikah demi menjaga diri dari perbuatan maksiat[1]. Banyak orang tua yang menghalangi anaknya untuk menikah hanya karena melihat urusan dunia, padahal diharamkan bagi seorang wali menunda pelaksanaan pernikahan putrinya, jika telah ada kesempatan dan waktu yang tepat [2]. Adapula orang tua yang justru membiarkan anaknya larut dalam kebingungan dengan menasehatinya tentang kekhawatiran-kekhawatiran yang sangat mendalam bila putrinya menikah muda.
Tokoh agama Yahudi pun menyatakan, “Kita harus melampiaskan insting biologis kita, dengan dalih bahwa tanpa hal itu akan menyebabkan seseorang akan mengalami gangguan jiwa.”[3] Begitu dahsyatnya hingga orang Yahudi pun faham bagaimana cara menghancurkan umat Islam, khususnya pemuda masa kini. Mulai majalah, buku cerita, televisi, hingga internet serta media-media lain berusaha dikuasai umat lain hanya untuk menghancurkan para pemuda Islam melalui jalur ‘rangsangan’ seksual mereka. Akibatnya, banyak sekali kejahatan-kejahatan serta kenakalan-kenakalan remaja merajalela. Remaja kini mulai tampak kebrutalannya mulai dari ghibah (menggunjing), namimah (adu domba), merokok, musik, hingga pergaulan bebas, durhaka kepada orang tua, bahkan meninggalkan sholat[4]. Keprihatinan orang tua pun meningkat, bahkan teramat prihatin mereka, hingga mereka pun mendiamkannya berbuat maksiat. Na’udzubillah tsumma na’udzubillah.
Begitu indah ayat-ayat Allah, antara qhauliyyah (ayat-ayat berupa teks) dan khauniyyahNya (ayat-ayat berupa kejadian), tak kan pernah bersetru kedua ayat tersebut bahkan keduanya saling mendukung antara satu dengan lainnya. Barang siapa mentaatinya, maka ia akan menemukan kejadian yang indah, dan barang siapa yang mengingkarinya maka kepedihan akan menghampirinya. Hidup memang penuh ujian, akan tetapi taubat dan rahmatNya tetaplah terbuka. Banyak kisah kehidupan manusia yang sangat indah yang dapat dijadikan pelajaran, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (Q.S Yusuf:111).  Maka sebagai bentuk pelajaran bagi kita, kisah kehidupan merupakan suatu hal yang indah untuk dijadikan bertafakkur kepada Allah Ta’ala.
Saya (insya Allah) akan menuliskan suatu kisah yang dapat dijadikan hikmah bagi kalangan pemuda dan orang tua serta para pendidik untuk lebih memperhatikan permasalahan pemuda dan pemudi khususnya masalah keterikatan hati dan cinta. Keduanya merupakan fitrah bagi siapapun yang merasa dirinya manusia, akan tetapi dapat menjadi ujian permasalahan yang hebat bila tidak hati-hati dan menjalankannya sesuai dengan perintah Ilahi. Bukan hanya orang awam, tapi para penuntut ilmu syar’I bahkan ustad pun bisa terjebak dalam fitnah ini bila tidak hati-hati. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Tidak ada fitnah yang aku tinggalkan setelahku yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada fitnah wanita.” (H.R Bukhari-Muslim).
Kisah dalam novel merupakan kisah seseorang yang sangat saya kenal, dia menceritakan kepada saya mengenai kisahnya dalam potongan-potongan memorinya. Dia ingin agar kisahnya bisa dijadikan pelajaran berharga bagi para pemuda agar mereka menyadari betapa fitnah wanita ini sangat berbahaya. Dia pun mengajak para pemuda untuk mempercepat menikah sebelum hal-hal yang tidak diinginkan terjadi pada mereka. Begitupula dengan wanita, ia ingin agar para gadis tidak banyak berangan-angan kosong hingga menyebabkan dirinya jatuh terjerembab dalam tuntutan yang dahsyat di hari kiamat, serta mengajak para wanita menjaga dirinya dari kerusakan lahir dan batin yang membuatnya susah dalam hidupnya[5]. Begitu pula untuk para orang tua, agar mereka memahami bagaimana kebutuhan anak-anaknya, dan bagaimana sepak terjang musuh-musuh Islam dalam mempropagandakan menikah di usia matang (menurut musuh-musuh Islam) dan melarang menikah pada usia muda, padahal propaganda itu sangatlah membahayakan mental para pemuda Muslim itu sendiri. Siapakah musuh kita? tidak lain adalah setan dalam bentuk Jin dan Manusia.
Maka sebagai penutup pengantar ini, marilah kita merujuk ayat Allah yang berfirman, “…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (Al-Maa’idah:2). Semoga novel ini dapat ditulis secara lengkap dan dapat dipaparkan secara indah, baik dalam hal alur, maupun bahasa walaupun ada beberapa yang memang perlu dirahasiakan karena suatu kemaslahatan serta nama-nama yang disamarkan atau bahkan digantikan. Oleh sebab itu, apabila ada nama, identitas, dan semua hal yang sama dengan para pembaca kami memohon maaf yang sebesar-besarnya. Adapun dalam penulisan novel ini terdapat sedikit penambahan dan pengurangan, namun insya Allah tidak melenceng terlalu jauh kepada alur aslinya.
Akhirnya, marilah kita memohon kepada Allah Ta’ala semoga kita dapat mengambil pelajaran yang ada di dalamnya, hingga kita menjadi insan yang lebih bertakwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla.

Disusun di Malang
23 Muharram 1433 / 19 Desember 2011
ARNANDA AJI SAPUTRA




[1] Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ada tiga golongan yang pasti Allah akan menolongnya, yaitu:…orang yang menikah demi menjaga diri dari perbuatan maksiat…” (dirujuk dari Kitab Tuhfatul ‘Arus, hal:9)

[2] Dirujuk dari Kitab Tuhfatul ‘Arus, hal:81

[3] Dirujuk dari Kitab Tuhfatul ‘Arus, hal:11

[4] Dirujuk dari Kitab Waa Syabaabaah, Maa Lakum Laa Tarjuuna, Lillaahi Waqaraa. Pemuda Takut Dosa (terj). Muhammad al-Qadhi. 2010. Al-Aqwam.
[5] Berdasarkan kisah nyata yang ia alami, insya Allah akan diceritakan beberapa pengalaman wanita yang berangan-angan kosong dan akibatnya di dunia. 

nB:
Untuk mendownload versi File PDF, silahkan click link

Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Berdiskusi...Tangan Kami Terbuka Insya Allah