KAJIAN ISLAM DAN KARYA PENA

KAJIAN ISLAM YANG MEMUAT HAL-HAL BERKAITAN TENTANG PENGETAHUAN ISLAM BAIK SADURAN ATAU KARYA ASLI. BAIK HAL AKIDAH, MUAMALAT, FIKIH ATAUPUN TASKIYATUN NUFS (PENYUCIAN HATI)

JUGA KARYA PENA UMUM BERUPA PUISI CERPEN DAN KARANGAN ATAU ILMU PENGETAHUAN UMUM DAN PENELITIAN ILMIAH

Sabtu, 20 November 2010

KISAH SEORANG TUKANG SULAP


 KISAH SEORANG TUKANG SULAP

 Segala Puji Bagi Allah Ta’ala. Semoga shalawat serta salam tetap tercurah pada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad serta para sahabat dan ummatnya yang setia mengikuti sunnahnya hingga akhir zamman. Amma ba’d.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an, “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui” (Al-Baqarah: 102).

Imam Muslim meriwayatkan  di dalam kitab sahihnya melalui hadist Al-A’Masy dari Abu Sufyan dari Talhah ibnu Nafi’ dari Jabir ibnu Abdullah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam, bahwa Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda, “Sesungguhnya Iblis itu meletakkan singgasananya di atas air, kemudian ia mengirimkan bala tentaranya kepada umat manusia, maka setan yang paling besar fitnahnya kepada manusia akan memperoleh kedudukan yang terdekat di sisi Iblis. Salah satu dari mereka datang lalu mengatakan, ‘Aku terus menerus menggoda si Fulan, hingga ketika aku meninggalkannya ia mengatakan ini dan itu’. Iblis menjawab, ‘Demi Allah, kamu masih belum melakukan sesuatu (belum berhasil)’. Lalu datang lagi yang lainnya dan menyatakan, ‘Aku tidak beranjak darinya hingga aku dapat memisahkan antara seseorang dengan istrinya’. Maka Iblis memberinya kedudukan yang tinggi dan dekat dengannya serta selalu bersamanya seraya berkata, ‘Kamu benar’.

Ayat maupun hadist yang panjang menceritakan betapa bahayanya ilmu sihir. Ilmu sihir memang benar-benar ada dan memiliki hakekat (kenyataan) yang dapat mencelakakan manusia. Akan tetapi ilmu sihir ini tidak memberikan bahaya sama sekali kepada manusia bila Allah tak menghendakinya. Inilah yang perlu digaris bawahi dan merupakan akidah atau landasan iman manusia, maka syariat Islam merupakan syariat yang lengkap yang telah mengatur semua sisi kehidupan manusia serta hukum yang harus ditegakkan untuk menjamin kesejahteraan umat manusia dan kehidupan mereka. Termasuk juga bagaimana Islam memberikan kejutan keras bagi para penyihir dan siapapun yang mengamalkan ilmu sihir itu.

Artikel ini tidak membahas tentang hakekat ilmu sihir, status tukang sihir, serta apapun yang berkaitan dengannya secara detail, karena hal itu telah dibahas oleh para ulama. Ibnu Katsir Rahimahullah Ta’ala juga telah membahasnya panjang lebar dalam kitab tafsirnya baik tafsir yang lengkap maupun ringkasannya. Namun, artikel ini akan memaparkan kisah singkat yang mengandung unsur pembelajaran dan pengetahuan bagi pembaca tentang bagaimana Islam memperlakukan tukang sihir dan salah satu hakekat tukang sihir itu.

Ibnu Katsir dan para ulama ahlu as-sunnah (ahli hadist) menyatakan bahwa bentuk sihir itu bermacam-macam. Dalam tafsirnya, beliau rahimahullah menukil dari Abdullah ar-Razi’ bahwa macam sihir itu ada delapan jenis. Artikel ini tidak memaparkan mengenai jenis-jenis sihir tersebut, untuk mengetahui lebih lanjut dapat merujuk pada kitab “Tafsir Ibnu Katsir Jilid I (terjemahan) dengan penerbit Imam Syafi’ie (tafsir ringkas Ibnu Katsir yang ditahqiq oleh DR. Abddullah Ibn Muhammad Ibn Abdurrahman Ibn Ishaq Alu Syaikh)” atau dapat pula merujuk kitab “Tafsir Ibnu Katsir Juz I Penerbit Sinar Baru Algesindo (terjemahan tafsir lengkap Ibnu Katsir). Abdullah ar-Razi’ (yang dinukil Ibnu Katsir Rahimahullah) menyatakan bahwa di antara kedelapan jenis ilmu sihir, salah satunya adalah tipuan dan sulap mata, dasarnya adalah bahwa pandangan mata itu bisa dikecoh karena terfokus pada obyek tertentu tanpa memperhatikan yang lainnya, kemudian ia mengaku mendapat kesaktian karena mempelajari suatu ilmu ini dan itu. Atau dia berpura-pura mengaku mendapat mukjizat dari Allah, apapun macamnya bila dia melakukan ilmu sulap, yang demikian itu adalah tergolong ilmu sihir. Ilmu sihir jenis ini termasuk kategori ilmu yang memiliki unsur permainan dusta, berbeda dengan jenis ilmu sihir yang lainnya.

Telah sahih riwayat yang dinukil dari berbagai sumber dan telah dituliskan dalam tafsirnya, bahwa Khalifah Umar Ibn Khaththab Radhiyallahu ‘anhu pernah memerintahkan gubernurnya agar menghukum mati setiap tukang sihir, laki-laki maupun perempuan. Kemudian mereka pun menghukum mati tiga orang tukang sihir (Diriwayatkan oleh Imam As-Syafi’I dan Imam Ahmad Ibn Hambal, keduanya pernah menceritakan bahwa Sufyan Ibn Uyainah pernah memberitahu mereka, dari Amr Ibn Dinar dari Bajalah Ibn ‘Abdah. Imam Bukhari juga meriwayatkan dalam kitab sahihnya).

Imam Ahmad Ibnu Hambal Rahimahullah mengatakan, dalam atsar sahih dari ketiga sahabat Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam disebutkan bahwa penyihir dihukum mati. Imam Turmudzi Rahimahullah meriwayatkan melalui hadist Ismail Ibn Muslim dari al-Hasan dari Jundub al-Azdi Radhiyallahu ‘anhu menceritakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda: “Had (hukuman mati) bagi penyihir ialah ditebas lehernya dengan pedang”.
Sahabat Jundub Radhiyallahu ‘anhu sangat kokoh dalam memegang teguh hadist itu, begitu pula dengan sahabat Ummar Ibn Khaththab dan juga Ummul Mukminin Hafsah Radhiyallahu ‘anhuma. Semua sepakat tukang sihir dari jenis apapun adalah dihukum mati (semua ilmu sihir haram dipraktikkan. Namun bila mempelajarinya, maka terdapat rincian hukum yang harus diteliti lagi. Untuk lebih lengkapnya lihat kitab yang telah dirujuk dan tanyakan pada ulama Ahlus as-Sunnah yang mengikuti manhaj Salaful Ummah).

Maka terdapat kisah menarik yang dilakukan oleh sahabat Jundub Radhiyallahu ‘anhu dalam memegang teguh ajaran Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, guru dan tauladan terbaik kaum Muslimin (Artikel ini menukil dari kisah yang ditulis Ibnu Katsir. Ibnu Katsir Rahimahullah tidak menuliskan pelaku riwayat, namun dalam kitab lain ditulis pelakunya, yaitu Sahabat Jundub Radhiyallahu ‘anhu).

Kisah (Diceritakan oleh Ibnu Katsir Rahimahullah Ta’ala dalam Tafsirnya):
Telah diriwayatkan melalui berbagai jalur  bahwa Al-Walid Ibn Uqbah pernah memiliki seorang tukang sihir untuk memainkan atraksi di hadapannya (yang dimaksud adalah tukang sulap). Permainan sihir yang ditampilkan itu adalah dia menebas batang leher seseorang. Kemudian pesulap itu membawa kepala orang yang ditebasnya sambil berteriak-teriak, setelah itu ia mengembalikan kepala orang yang dipancungnya seperti semula. Maka orang-orang berkata, “Maha Suci Allah Yang Menghidupkan kembali orang-orang yang mati!”.

Kejadian tersebut dilihat oleh seorang laki-laki yang shalih (Jundub radhiyallahu ‘anhu.red) dari kalangan Kaum Muhajirin. Pada keesokan harinya ia datang dengan menyandang pedangnya, sedangkan si Pesulap itu seperti biasa mempermainkan permainannya. Lalu lelaki Muhajirin itu langsung mencabut pedangnya dan ditebaskan ke leher sang pesulap sambil kemudian berkata kepada penonton, “Sekiranya dia memang benar, niscaya dia dapat menghidupkan dirinya sendiri”. Kemudian ia membacakan Firman Allah Ta’alaMaka apakah kalian menerima sihir itu, padahal kalian menyaksikannya?” (Al-Anbiya: 3). Kemudian Sahabat Jundub Radhiyallahu ‘anhu dipenjarakan beberapa lama lalu dibebaskan kembali.

Tentu saja pesulap itu tak kan pernah bisa menghidupkan dirinya sendiri, ia telah mati dan tak mampu berbuat apapun. Seandainya yang dipenggal oleh sahabat Jundub Radhiyallahu ‘anhu adalah Al-Walid Ibn Uqbah sendiri, tentu pesulap itu pun tak kan pernah dapat menghidupkannya. Karena tukang sulap tetaplah tukang sulap dan tak ada satu makhluk pun yang bisa menghidupkan apa yang telah mati kecuali Sang Pencipta Makhluk, kemudian beberapa makhluk yang memang telah diijinkan Allah, salah satunya adalah Nabi Isa Almasih wa ‘alaihisallam, Malaikat yang diutusNya serta Al-Masiihud Dajjal (rujuk pada Kitab Hadist mengenai Huru-Hara Hari Kiamat, Kitab karya Ibnul Qoyyim maupun yang lainnya). Selain itu dan selain yang tidak ada keterangannya dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, maka hanya omong kosong, tipuan dan khayalan belaka.

Ilmu sihir memang benar-benar ada, namun ia tak kan pernah bisa memberikan manfaat (salah satunya menghidupkan yang mati). Andai ia bisa menghidupkan yang mati atau mengembalikan kepala yang putus kepada badannya atau yang lainnya, maka ia pun menjadi orang yang dapat menghidupkan orang-orang yang dihukum mati dalam tahanan atau bahkan ia dapat menghidupkan orang dalam kuburnya dan itu adalah mustahil.
 Maka hati-hatilah dalam menyikapi ilmu ini, ikutilah Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam mengoreksinya serta memahaminya, tinggalkan praktiknya dan pengamalannya. Serta yang paling penting adalah, ikutilah ulama yang benar-benar mengikuti manhaj (jalan) para Salaful Ummah yang setia pada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam. Terutama akhir jaman yang kini telah muncul berbagai fitnah besar dan dahsyat serta akan bertambah dahsyat hingga Al-Mashihud Dajjal mati terbunuh oleh hamba Allah Yang Shalih sekaligus umat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, yaitu Isa Almasih waAlaihisallam (pada saat turun kembali, Isa Alaihisallam bukanlah sebagai nabi, namun sebagai Hamba Allah dan Ummat Rasulullah Muhammad Shallahahu ‘alaihi wasallam). Maka marilah kita berpegang teguh pada pusaka Allah, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah agar kita semua terhindar dari fitnah Iblis, Al-Masiihud Dajjal dan para pasukannya. Semoga kita diberi keistikomahan dalam kehidupan kita dan diwafatkan olehNya dalam keadaan Husnul Khotimah. Amin.

Alhamdulillah hamdan katsiro mubarokan fih. Allahumma shali ‘ala muhammadin wa ‘ala alihi wa sahabihi ajma’in. Allahu a’lam

@nd.

10 Dzul Qa’dah 1431/18 Oktober 2010

NB: Ini merupakan kisah para sahabat yang memang benar-benar mantab dalam imannya dan dalam dalam ilmunya, namun saat ini apa yang kita lakukan janganlah main hakim sendiri dengan menuduh salah seorang sebagai dukun lalu dengan sewenang-wenang menghukum secara masal. Hal itu merupakan tindakan kriminal yang sangat berbahaya, karena belum tentu pula yang dituduh adalah yang bersalah. Jadi, harus memiliki bukti kuat dan merujuk kembali pada aturan Al-Qur’an dan Sunnah untuk menghukumi seseorang (yaitu diputuskan melalui hakim yang ditunjuk pemerintah/khalifah) dan bukan dengan sekehendak hawa nafsu. Semoga bermanfaat. Allahu a’lam

Rujukan:
1. Al-Qur’an.
2. Al-Imam Ibnu Katsir Ad-dimasyqi. 2007. Tafsir Ibnu Katsir. Algesindo: Bandung.
3. _____. Ditahqiq oleh DR. Abdullah Ibn Muhammad Ibn abdurrahman Ibn Ishaq Alu Syaikh. 2008. Tafsir Ibnu katsi. (Ringkasan). Pustaka Imam Syafi’ie: Jakarta.
4. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil. 2006. Huru-Hara Akhir Zaman. Pustaka Ibnu Katsir: Bogor.
5. Kajian Mulazammah Ikhwan Hari Senin pada Bulan Oktober 2010


Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami

1 komentar:

deky pradana mengatakan...

ternyata sulap tidak baik ....hmmm

Posting Komentar

Silahkan Berdiskusi...Tangan Kami Terbuka Insya Allah